Menuju bulan keenam dari kasus pertama Covid-19 di Indonesia, bagaimana nih kondisi keuangan kamu? Apakah keuangan kamu dalam posisi aman, siaga, atau malah bahaya?
Kalau bicara soal pandemi, memang banyak sekali kekhawatiran dan pertanyaan-pertanyaan yang timbul mengenai bagaimana masa depan kita di tengah ketidakpastian ini (silakan baca: Kekhawatiran Hari Ini: Antara Pandemi dan Resesi).
Sebagian dari kita mungkin merupakan salah satu korban layoff, masih kesulitan mencari lapangan pekerjaan baru, ada juga yang barangkali sedang berjuang merintis usaha kecil, atau termasuk kelompok yang beruntung karena penghasilan masih stabil. Di samping berusaha meningkatkan produktifitas agar kita bisa mempertahankan kinerja perusahaan, mengembangkan ide-ide baru dalam usaha rintisan kita, atau sibuk mengasah skill baru, penting juga nih mempunyai pengetahuan yang cukup dalam mengelola keuangan secara mandiri.
Pada situasi apapun kita, merencanakan keuangan adalah hal yang penting agar kita bisa merasa aman baik pada masa kini maupun masa mendatang.
Dalam penulisan artikel ini, saya berkesempatan berkolaborasi dengan Sari Mawarni, seorang sahabat yang meniti karir di industri keuangan dan mempunyai interest dalam financial planning. Sari akan membagikan daftar prioritas dan apa saja yang bisa kita lakukan terhadap masing-masing prioritas tersebut untuk mengelola keuangan kita, khususnya milenial, selama pandemi.
1. Lunasi Utang Konsumtif
Siapa nih yang hobi banget belanja? Kamu tipe shopper yang suka nyicil atau bayar tunai?
Anggaran yang harus kamu prioritaskan dalam rencana pengeluaran rutin kamu adalah pelunasan cicilan. Cicilan disini bisa macam-macam bentuknya, entah kamu punya cicilan handphone, kamera, credit card, dsb. Utang ini lah yang harus pertama kali dilunasi. Bagaimana caranya?
Coba untuk merealokasi anggaran yang biasanya kamu pakai buat nongkrong di kedai-kedai kopi kekinian atau lakukan black period, yakni sisihkan semua uang setelah dikurangi pengeluaran pokok untuk membayar utang selama periode tertentu hingga lunas. Bagaimana contoh dari penerapan black period?
Jika kamu punya penghasilan Rp 10 juta, utang Rp 10 juta, dan pengeluaran pokok rutin sebesar Rp 5 juta. Selama masa black period, kamu akan mengalokasikan semua penghasilan setelah dikurangi pengeluaran pokok hanya untuk membayar utang hingga lunas. Dalam kasus ini, kamu akan mengeluarkan Rp 5 juta untuk membayar utang dan melakukannya lagi di bulan kedua. Sehingga di bulan ketiga, tidak ada lagi pengeluaran yang dialokasikan untuk utang dan kamu bisa lebih leluasa menggunakan anggaran untuk kebutuhan yang lain.
2. Miliki Dana Darurat
Dana darurat adalah dana yang sudah disiapkan yang akan digunakan ketika ada keadaan darurat. Analoginya menjadi sangat jelas bagi sebagian dari kita yang mungkin terkena pemotongan gaji atau kehilangan sumber pendapatan di masa pandemi. Kalau sudah menyiapkan dana darurat sejak awal, dana tersebut dapat cukup membantu kita untuk melewati masa-masa recovery selama mencari pekerjaan baru atau membuat sebuah usaha kecil-kecilan.
Berapa sih uang yang harus kita alokasikan sebagai dana darurat? Kebutuhan jumlahnya tergantung dari kondisi setiap orang. Sederhananya, untuk kamu yang masih single adalah 3 kali dari pengeluaran rutin bulanan, 6 kali untuk kalian yang sudah menikah, dan 9 kali bagi kalian yang sudah menikah dan punya 1 tanggungan anak.