Mohon tunggu...
Getha Dianari
Getha Dianari Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan Swasta

Tunggu sesaat lagi, saya akan menulis lagi.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Apa Bedanya Ramadan Dulu dan Kini?

26 Mei 2020   10:45 Diperbarui: 26 Mei 2020   10:42 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: www.koppert.com

Setiap Ramadan punya cerita.

Bulan Ramadan tiga tahun lalu, aku belajar memahami arti perjuangan. Bolak-balik Bandung-Jakarta untuk tes dan interview kerja setelah cukup bersenang-senang dengan kehidupan kampus. Saat itu, menu buka puasa favoritku adalah roti croissant bekal dari Jakarta di perjalanan travel menuju Bandung. 

Inilah alasan mengapa sampai sekarang aku masih lebih memilih travel ketimbang transportasi lain sebagai sarana pulang-pergi Bandung-Jakarta. Ini juga mengapa aku suka sekali membeli croissant di mini market kantor entah untuk dijadikan menu sarapan, makan siang, atau makan malam.

Selama masa itu, aku bolak-balik ke toko buku dan institusi kursus Bahasa Inggris. Alih-alih mengambil kursus, aku hanya riset komparasi kualitas tempat-tempat kursus tersebut. Biaya kursus cukup mahal dan aku cukup tahu diri untuk tidak menyulitkan kedua orang tua membiayai kursus. Sebagai gantinya, aku belajar mandiri dari buku-buku TOEFL yang ada dan berusaha lulus tes di institusi kursus terbaik.

Aku buka-buka lagi materi kuliah tentang Bisnis, Manajemen, Ekonomi Strategi, dan Industri. Tekadku saat itu, aku ingin pandai mengerjakan psikotes, lulus TOEFL, percaya diri berbicara Bahasa Inggris dan bisa membangun jawaban-jawaban yang berkualitas saat interview.

Sementara itu, Ibu dan Ayah adalah sosok terdepan yang mendukung langkahku dengan berbagai cara. Berdoa, membagi ilmu dan pengalaman, bahkan Ibu selalu menemaniku saat harus bolak-balik Jakarta. Salah satu interviewer memuji Ibu yang bersedia lelah menemaniku, aku pun diam-diam menyanjungnya tetapi tidak ada satu katapun berhasil aku sampaikan, hanya pelukan yang bisa aku berikan sepanjang perjalanan di travel.

Aku sangat berterima kasih kepada Ibu. Melihat Ibu mau berjuang bersamaku, aku jadi lebih bersemangat untuk berusaha bisa direkrut di perusahaan yang ia senang jika aku bekerja di sana. Alhamdulillah, Tuhan menjawab doa dan usaha kami.

Setiap Ramadan punya cerita.

Rasanya jadi anak kost pada dua kali Ramadan yang lalu, hahaha... Meskipun ceritaku sering ditertawakan oleh Ayah, tetapi sebetulnya aku belajar memahami arti kesabaran. Melalui hari-hari biasa sebagai anak kost saja sudah sangat struggling, apalagi pada bulan Ramadan? Extra-struglling!

Sejak menjadi anak kost, aku memiliki gangguan tidur. Aku tidur lebih terlambat dari rata-rata jam tidur kebanyakan orang tetapi aku akan terbangun di jam yang sama setelah aku tidur di jam berapapun. Seandainya kemarin aku tertidur jam 1 dini hari, aku terbangun pada jam 5 pagi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun