Mohon tunggu...
Getha Dianari
Getha Dianari Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan Swasta

Tunggu sesaat lagi, saya akan menulis lagi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bisakah Wanita Berumah Tangga dan Berkarir Sekaligus?

20 Februari 2019   19:37 Diperbarui: 20 Februari 2019   19:59 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
thebusinesswomanmedia.com

Semoga tulisan ini mewakili pengalaman dan aspirasi wanita-wanita yang berkeluarga sambil berkarir, atau berkarir sambil berkeluarga? Boleh pilih mana saja, tidak ada ketentuan dalam menentukan rasio prioritas. Harapan ini saya lontarkan karena saya sendiri belum berkeluarga namun mendapat cukup banyak insight dari lingkungan sekitar sehingga dapat menuangkannya dalam tulisan.

Pada artikel Ekonomi Bikin Jatuh Hati dan Pelayanan di Era Citizen 4.0, Anda dapat memahami perkembangan saya seiring cita-cita yang juga berkembang. Namun satu hal, saya tidak pernah memaklumatkan "ibu rumah tangga" sebagai sebuah cita-cita. Saya tumbuh dalam lingkungan yang sedikit banyak menganut nilai patriarkis dan feminis sekaligus. Bagi saya, menjadi ibu rumah tangga bukanlah cita-cita, melainkan sebuah kodrat. Wanita seyogyanya istri dari seseorang sekaligus ibu dari seorang atau beberapa anak. Di sisi lain, nilai-nilai feminis memunculkan spirit untuk mengaktualisasi diri dalam lingkungan masyarakat, yakni menjadi sukses di bidang profesional tertentu.

Pertanyaannya, apakah dua hal ini saling kontradiktif atau malah bisa beriringan satu sama lain?

Ibu Rumah Tangga Penuh

Saya pelajari langsung dari ibu kandung sendiri, Mama, panggilan sayang kepada beliau. Mama menikah dengan seorang pria pegawai BUMN saat berusia 21 tahun. Mama tak sempat menyentuh pendidikan sarjana, namun barangkali Mama bersertifikasi kejuruan tata buku (sekarang disebut akuntansi). Berkat ilmu itu, Mama sempat akan bekerja di salah satu lembaga pemerintahan. Tapi pada akhirnya, keinginan itu tak sampai jua. Perundingan dengan sang pria pegawai BUMN membuahkan keputusan bahwa Mama harus bertanggung jawab penuh pada kewajibannya sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT). Berdasarkan pengakuan Mama di usia ke-53 saat ini, tak ada sedikitpun pernyesalan dari keputusan yang diambil tiga puluhan tahun silam itu, tidak sama sekali.

Ibu rumah tangga memiliki 24 jam untuk dialokasikan pada urusan-urusan rumah tangga. Melayani dan memenuhi kebutuhan diri sendiri, suami, dan anak-anak. Bagi ibu-ibu rumah tangga kreatif, mereka bahkan menghadirkan konsep-konsep mengenai Manajemen Keuangan Keluarga, Perencanaan Masa Depan Keluarga, Pedoman Rohaniah Keluarga, Dekorasi dan Tata Ruang Ala Keluarga, hingga Resep Makan Keluarga Berbumbu Cinta. Inilah prestasi-prestasi hebat para ibu rumah tangga dalam pengelolaan keluarga.

"Di balik kesuksesan suami, ada istri yang hebat. Di balik anak-anak yang hebat, ada ibu yang tangguh."

Pengabdian Mama adalah terlibat penuh dalam pengelolaan keluarga sedemikian rupa, mulai dari perencanaan, alokasi biaya, implementasi, hingga maintain urusan-urusan detil. Semua-semuanya itu dilakukan sigap 24 jam sehari, setiap hari, tiada henti. Bahkan saya menduga, Mama tidak pernah betul-betul tertidur karena memikirkan kegiatan esok subuh, "Aku harus buat menu sarapan apa ya untuk suami dan anak-anak? Nasi telur dadar atau nasi goreng? Atau aku belikan nasi uduk saja biar tidak telur telur lagi. Oh ya, pagar sudah kugembok belum ya barusan?".

Ibu rumah tangga penuh cenderung lebih mampu mengerahkan energi prima dalam melayani suami dan anak-anak.

Seumpama suami berangkat bekerja pukul 6 dan pulang pukul 6 petang, ibu mengantar anak-anak sekolah pukul 7 pagi dan menunggu di rumah sampai anak-anak pulang pukul 1 siang. Ini artinya, ibu memiliki self quality time selama 5 jam pada pagi hingga siang hari. Setelah melayani makan siang anak dan meninabobokan mereka hingga sore hari diperbolehkan keluar main dengan teman-teman, lagi-lagi ibu memiliki self quality time selama 3 jam saat anak-anak tidur siang.

Sembari mengawasi anak-anak bermain di luar, perkumpulan ibu rumah tangga senasib sepenanggungan akan berkumpul di teras-teras rumah, gazebo di bawah pohon rindang, pos-pos hansip, atau warung-warung terdekat sambil curhat atau menawarkan pakaian dan panci kreditan. Sehingga, pada sore hari ibu rumah tangga punya waktu bersantai selama 2 jam hingga maghrib sembari menunggu suami kembali ke rumah.

Ibu rumah tangga penuh save 10 jam dari self quality time dan 8 jam waktu tidur normal, untuk menghadirkan energi prima selama 6 jam penuh melayani suami dan anak-anak.

Karyawati Berumah Tangga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun