Mohon tunggu...
Gerry Gratias
Gerry Gratias Mohon Tunggu... Karyawan Swasta II Penikmat Jogja -

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Mengurai Kemacetan Melalui Rekayasa Lalu Lintas

31 Desember 2018   02:11 Diperbarui: 31 Desember 2018   02:35 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Di musim liburan seperti lebaran, liburan sekolah, hingga Natal dan tahun baru Jogja selalu padat kendaraan. Beberapa hari lalu saya harus menghabiskan hampir 45 menit di jalan raya untuk sampai ke rumah dari Plaza Ambarukmo. Padahal di hari biasa normalnya saya Cuma butuh 20 menitan saja. Bagaimana tidak, bus, sepeda motor, becak dan mobil jadi satu tumpah ruah dijalanan yang lebarnya hanya segitu-gitu saja saban tahun.

Beberapa teman berkelakar jalanan Jogja dipenuhi orang datang kondangan juga liburan. Kepadatan lalu lintas makin pelik dengan konvoi kendaraan kampanye beberapa Partai Politik yang memekakkan telinga.

Tak mau tinggal diam, Dinas Perhubungan Daerah Istimewa Jogjakarta melakukan rekayasa lalu lintas. Dalam bidang ilmu teknik, rekayasa lalu lintas mengacu pada sebuah upaya mengalirkan lalu lintas orang dan barang secara aman dan effisien dengan merencanakan, membangun dan mengoperasikan geometrik jalan, dan dilengkapi dengan rambu lalu lintas, marka jalan serta alat pemberi isyarat lalu lintas. 

Bulan lalu Dinas Perhubungan telah menguji cobakan rekayasa lalu lintas dengan memberlakukan jalan satu arah ke utara dari Jalan Gondomanan ke arah Malioboro dan dari selatan ke utara melalui RS PKU Muhammadiyah. Sebelumnya, Dinas Perhubungan juga telah memberlakukan jalan satu arah dari perempatan Mirota Kampus UGM (Jalan Kaliurang) ke selatan, membuka pembatas jalan C. Simanjuntak (perempatan Mirota Kampus UGM) dan membuat pembatas jalan di wilayah bunderan UGM.

Di musim liburan Natal dan akhir tahun ini beberapa ruas jalan juga tampak berbeda. Jalan Magelang misalnya celah diantara pembatas jalan ditutup dengan pagar. Pembatas jalan di depan Pom Bensin TVRI juga diperpanjang hingga ke depan toko Bakpia 75. Meski bertujuan baik, tidak melulu rekayasa itu berjalan mulus. Saya dan keluarga sempat panik dan kaget kala berkendara dengan mobil dari arah Ngasem ke utara. Kami hendak pergi ke sentra Bakpia Pathuk dan memotong jalan lewat perempatan Gerjen Kauman. 

Alangkah kagetnya dan bingung ketika beberapa pengendara jalan memberi isyarat larangan. Dari balik jendela mobil saya mendengar mereka berteriak ditutup.. ditutup.. Tapi saya dan keluarga tidak tahu menahu maksud mereka dan tetap melaju sampai ke mulut perempatan Gerjen. 

Di lain waktu saya baru tahu jika jalan itu ditutup untuk mobil dari arah selatan ke utara. Sebuah rambu larangan mobil sudah dipasang. Catnya masih tampak baru, pertanda belum lama.

Menata lalu lintas memang tidak mudah. Langkah-langkah nyata untuk mengurai kemacetan memang diperlukan. Selama transportasi massal di Jogja belum mumpuni, orang akan terus memilih pergi dengan kendaraan pribadi. 

Transportasi online yang sedang naik daun sedikit membantu, namun bukan berarti pemerintah bisa lepas tangan. Harapannya pemerintahan yang baru di tahun depan peka terhadap isu ini. Begitu pula yang bisa diharapkan pada sosok Bambang Soepijanto. Mantan Dirjen Planologi dan ketua APKINDO ini siap menjadi calon anggota DPD RI mewakili Jogjakarta dengan nomor urut 24 dan memegang semboyan DPDnya wong cilik yang siap Ngayomi, Ngayemi dan Ngayani.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun