Mohon tunggu...
gerry katon
gerry katon Mohon Tunggu... Dosen - UNISA Yogyakarta - Pengajar dan Pemerhati

Hidup Bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Money

Pandemi dan Dampaknya terhadap Sektor Wisata Alam

16 November 2021   16:30 Diperbarui: 16 November 2021   18:13 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Oleh : Muhammad Iqbal dan Gerry Katon Mahendra-UNISA Yogyakarta

Ada banyak daerah di Indonesia yang salah satu penghasil pendapatan terbesar adalah pariwisata, salah satunya adalah Yogyakarta. Setiap daerah di Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang beragam. Potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh masing-masing daerah kemudian  digali  melalui  kegiatan  pemberdayaan.  Kegiatan  eksplorasi   sumber   daya alam dapat berupa pertambangan, pertanian, perkebunan, peternakan, hingga pengelolaan desa wisata berbasis kekayaan alam, yang pada umumnya mencakup kerjasama dalam kegiatan pengelolaan sumber daya alam dan keseluruhan budaya kearifan lokal yang dimiliki. Dan juga budaya tak berwujud yang terbentuk dalam berbagai bentuk sebagai respon dari komersialisasi. (Rudwiarti, Pudianti, & Vitasurya, 2017 dalam Mahendra, Gerry Katon dan Faidati, Nur 2021). Dalam kutipan atau jurnal ini  penulis  menyimpulkan  bahwa  di  Indonesia  memiliki  banyak potensi alam yang sangat beragam yang tersebar di penjuru Nusantara.

Salah satu contoh destinasi wisata yang terdampak akibat pandemic covid-19 di kabupaten Gunungkidul adalah Goa pindul  yang berlokasi  di  kelurahan  Bejiharjo  Kapanewon Karangmojo. Pemerintah Kabupaten Gunungkidul mendapatkan  asset  peningkatan pendapatan asli daerah khususnya destinasi Goa Pindul sangat signifikan  tahun  2010  hingga  tahun  2016 awal, telah mencapai 1,4 miliar rerata kurun waktu 5 tahun. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Maju Mandiri yang berhasil menjadikan  objek  wisata  Goa  Pindul  menjadi primadona bagi para wisatawan di wilayah Gunung  Kidul.  Keberhasilan  itu  membawa  penghasilan BUMDes Maju Mandiri mencapai Rp 5,8 miliar pertahun. Pengelolaan obyek itu berkat Dana Desa (DD), pengelolaan daerah wisata di Desa Bejiharjo itu mampu meningkatkan ekonomi masyarakat secara signifikan. BUMDes Maju Mandiri mulai mapan dan semakin berkembang sejak 2016. Mereka  memiliki  sejumlah  unit  usaha,  seperti  objek  wisata  Goa Pindul, pengelolaan sampah, pasar  desa,  usaha  persewaan,  dan  simpan  pinjam.  BUMDes mampu mendorong ekonomi masyarakat desa, baik itu dalam  usaha  atau  kesempatan kerja.Dalam mengelola  Goa  Pindul,  BUMDes  Maju  Mandiri  bekerjasama  dengan  11  kelompok sadar wisata dalam pelayanan wisatawan dan mempekerjakan 2.000 tenaga kerja. Selama tiga tahun beroperasi, kegiatan ini mampu mengurangi kemiskinan dari  23,2  prosen menjadi 18,3 prosen.Selain bisnis pariwisata, BUMDes Maju Mandiri juga mengolah sampah plastik menjadi  biji plastik dan pupuk organik. Unit pengelolaan sampah dibangun menggunakan Dana Desa (DD) sebesar Rp 100 juta. Selanjutnya, mereka menggandeng Universitas Gadjah Mada untuk kerjasama pendampingan.  Selain  itu,  ada  Dinas  Lingkungan Hidup dan BRI yang mendukung  kegiatan  ini  dengan  memberikan bantuan  mesin pengolah. Hal ini sesuai Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Perubahan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun terinspirasi dari Pasal 8 ayat (1), (2). Dalam Laporan Tahunan APBD Peningkatan Pendapatan Asli Daerah  (PAD)  melalui  Pengembangan  Destinasi  Wisata  Goa pindul Desa Bejiharjo sebanyak 18% dari 15.3 miliar asset pariwisata  Gunungkidul  dan pemasukan berbagai sektor pendapatan asset daerah (Inuk Fatimah Rahadita Sekarleta, 2016).

Strategi Penyesuian

Menyikapi masa pandemi  Covid-19  ini,  pemerintah   melakukan pelonggaran untuk membuka kembali aktivitas ekonomi meskipun masih dengan menerapkan pembatasan atau protokol kesehatan pada tempat dan fasilitas umum. Pemberlakuan New Normal mengakibatkan perilaku konsumen wisatawan kembali mengalami perubahan. Dengan dibukanya kembali sisi  penawaran dari industri pariwisata, konsumen wisatawan kembali merespon sebagai kebutuhan untuk melakukan kegiatan  wisata  yang  diaktifkan.  Dalam  upaya untuk  membangkitkan atau menghidupkan kembali pariwisata di tengah wabah covid-19 di  Gunungkidul yang tidak hanya di Goa Pindul Dinas Pariwisata berkolaborasi dengan Steakholder dari pihak-pihak terkait serta  selain itu melakukan upaya agar tetap menjaga operasional. Agar tetap menjamin keamaan pengunjung ataupun wisatawan setiap destinasi wisata di  Gunungkidul  terutama  di  Goa  Pindul  setiap  pokdarwis  memasang papan informasi dan tetap menjaga protokol kesehatan. Dalam hal kolaborasi Dinas Pariwisata Gunungkidul mengandeng aktor-aktor yang terlibat yaitu seperti akademisi, pebisnis dan  swasta.  Selain  kolaborasi  upaya  menjaga standar operasional juga dijalankan agar berjalan dengan lancar, karena banyaknya wisatawan atau pengunjung yang ingin berdatang ke Gunungkidul. Sehingga kunjungan- kunjungan mulai bergeliat kembali.

Terkait  kunjungan  yang  harus  menggunakan  antigen  itu  sama  sekali  tidak ada pengunjung atau wisatawan yang datang terutama di perbatasan atau berbatasan dengan wilayah Gunungkidul, wisatawan enggan atau  belum  mau  mengunjungi destinasi  wisata  yang  ada  di  Gunungkidul.  Kemudian  agar  pariwisata  mulai bergeliat kembali Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul dengan  Kementrian Pariwisata melakukan kegiatan 8 kali dari Kementrian yang di tempatkan di Gunungkidul terkait gerakan BISA (Bersih Indah Sejuk dan Aman). Gerakan BISA merupakan kegiatan dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi  Kreatif (Kemenparekraf) RI kemudian menjadi program setiap daerah, dalam rangka menggerakan  sektor  pariwisata  supaayaa  bangkit.  Dari  kementrian   memiliki program BISA dengan memberikan beberapa fasilitas kemudian melaksanakan program  kebersihan,  kemudian  melengkapi  sarana-sarana  yang  harus  di  sediakan di suatu destinasi. Program gerakan BISA diselenggarakan di seluruh Indonesia. Salah satunya dilaksanakan di Kabupaten Gunungkidul. Program gerakan  BISA dilaksanakan sejalan dengan prinsip adaptasi kebiasaan  baru  sehingga  di  lokasi wisata benar-benar aman dikunjungi. Tujuan dari kegiatan ini  untuk  memastikan kondisi di sekitar destinasi benar-benar menerapkan prinsip bersih indah, sehat dan aman.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun