Mohon tunggu...
Germanus ID
Germanus ID Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Orang Indonesia

Oleng, tapi Alhamdulillah masih sadar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Penetrasi Go Pay Memang Dalam, tapi Goyangan QR BCA Menggodaku

18 Februari 2020   13:50 Diperbarui: 18 Februari 2020   13:50 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

1 Januari 2020 menjadi moment paling mendebarkan bagiku. Bukan karena tahun baru dan rencana baru yang akan kujalani tetapi karena Bank Indonesia akhirnya merilis QRIS. Ini akan sangat membantuku mengurangi ceceran koin. Lagipula dompetku akan semakin ramping, tak banyak uang tunai yang kubawa. 

Seribu sayang, debaran hatiku tidak sampai terbawa sampai klimaks. Pembayaran lintas PJSP ternyata masih belum sepenuhnya diaplikasikan, setidaknya di tempatku. Padahal hari itu kuberniat untuk pake satu saja aplikasi E wallet di HPku, LinkAja. Aku bisa saja memilih Go Pay yang sudah umum dikenal, tapi pilihanku jatuh pada anak lama dengan wajah baru yang sudah bekerja sama dengan layanan transportasi publik. Apalagi didukung oleh bank-bank plat merah. LinkAja seperti pesona baru bagiku. 

Sebulan berlalu, pembayaran lintas PJSP mulai kelihatan bentuknya. Gembira sekali hatiku pada beberapa kesempatan QRIS berhasil dicetak dari EDC  yang tersedia. Untuk hal ini saya sangat bersyukur sudah ada EDC SPOTS Powered by Gojek yang sebelum aturan QRIS berlaku sudah bisa terima pembayaran QR dari Go Pay dan LinkAja (jika ada). Menariknya, kasir-kasir yang kutemui tidak tahu tentang QRIS. 

Mungkin saja saya kebetulan bertemu dengan kasir yang tidak tahu tentang QRIS, tapi tetap saja jumlah mereka banyak. (Semoga saat artikel ini ditulis banyak yang sudah tahu) Kasir-kasir bahkan lebih familiar dengan Go Pay ketimbang LinkAja. Beberapa kasir bahkan bersih keras LinkAja tidak diterima walaupun stiker LinkAja tertempel di bawah stiker Go pay di EDC SPOTS. Akhirnya terjadi diskusi yang berakhir dengan kesan saya menggurui mereka.

Pernah pada satu kesempatan, di  salah satu toko kelontong moderen  favoritku, aku berhasil yakinkan  kasirnya bahwa kode QR LinkAja bisa dicetak di EDC Mandiri. Selamat, QRIS tercetak, pembayaran berhasil. Kesesokan harinya kuingin mengulang lagi, tapi EDCnya sudah tidak kulihat. Mungkin dalam proses perbaikan.

Jadi kuputuskan untuk main aman. Tiap kali kalau saya ke toko yang ada tulisan Go Pay,  saya akan bilang bayar pakai Go Pay. Selain karena kasirnya lebih familiar dengan Go Pay, sudah bisa dipastikan di sana ada EDC SPOTS yang bisa cetak QRIS. Kalau sudah demikian berati saya bisa bayar pake LinkAja tanpa perlu menjengkelkan kasirnya dengan permintaan mau bayar pake QRIS atau LinkAja. 

Masalah lain muncul. Tidak semua EDC SPOTS berfungsi dengan baik. Aku pikir mungkin karena masalah koneksi, atau mungkin belum diperbaharui perangkat lunaknya.  Demi menghindari ketidaknyamanan, saya putuskan cek toko sebelah.

 Untuk pembelanjaan yang berhubungan dengan rasa lapar atau haus yang tak tertahankan, saya lihat-lihat dulu kasirnya. Kalau kasirnya kurang senyum kuusahakan bayar tunai dengan pecahan besar biar kasirnya tanya " Ada seribu? Ada lima ratus?

"Ga ada" jawabku datar

Setelah itu dia akan menggali laci uanggnya mencari-cari pecahan yang cocok. 

Senang  sekali rasanya kalau kasirnya sampai bilang " Maaf pak, ga ada dua ratusan. Didonasikan ya" 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun