Pada tengah hari, biasanya ibu mereka sudah kembali ke rumah. Melakukan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci dan beres-beres. Setelah selesai dengan pekerjaannya itu, barulah ibu mereka pergi ke kebun di belakang rumah, sekedar mencabut rumput atau membantu ayah mereka melakukan aktivitas di kebun.
Doni tahu apa penyebab kedua orang tuanya berkelahi. Sang penjual pupuk itu pasti berhasil membujuk ayahnya untuk membeli produk yang ia tawarkan. Kemudian, karena ibunya tidak menyanggupi, maka kemarahan ayahnya memuncak.
***
Bagi Doni ayahnya adalah seorang yang tidak waras. Ayahnya tega memupuk pohon sawit tiga kali dalam sebulan, sedangkan normalnya hanya dua kali dalam tiga bulan, itu pun dengan  jenis pupuk yang berbeda.
Setiap kali ibunya mengeluh mengenai beratnya pengeluaran perawatan sawit, maka ayahnya akan marah. Ia akan membentak ibunya dan mengatakan.
"kemana hasil penjualan sawit selama ini ?"
Ayahnya tidak pernah memperhitungkan pengeluaran untuk berbagai jenis pupuk, racun hama, kompos dan lain sebagainya. Pun ayahnya tidak menyadari, bahwa dosis yang ia gunakan untuk pemupukan dan perawatan empat kali lebih besar dari batas normal. Hal itu yang membuat penghasilan dari sawit tidak pernah terlihat, juga beberapa pohon sawit mengalami penyakit akibat berganti-ganti jenis pupuk.
Tidak ada keuntungan yang diperoleh dari berkebun sawit. Itulah mengapa ibunya memutuskan berjualan, agar mendapatkan sedikit tambahan uang. Ibunya khawatir kalau tiba-tiba ayahnya meminta uang untuk suatu keperluan. Jika ibunya meniadakan, maka tangan ayahnya akan segera mendarat
kewajah.
Doni teringat, kalau ibunya baru saja membayar tagihan listrik dan bulanan sekolah ia dan adiknya.
"Pantas saja ibu kembali menjadi sasaran amuknya," pikir Doni.
***
Doni mendengar suara sepeda motor di depan rumah. Dia adalah orang yang telah Doni tunggu.