Mohon tunggu...
Niko Nababan
Niko Nababan Mohon Tunggu... Guru - Manusia biasa yang berproses menjadi seorang guru

Temukan saya di: http://nikonababan.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Suatu Senja di Sukabumi

3 Januari 2019   00:49 Diperbarui: 3 Januari 2019   01:36 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: https://basabasi.co/

Sore itu menjelang malam  
hujan turun
tak ada yang curiga
Itu adalah hujan yang sama dengan hari biasanya

Beberapa tampak melakukan kegiatan
Ada mempersiapkan makanan untuk bersantap malam
ada yang menonton televisi, ada menyeruput secangkir kopi
ada pula yang berpamitan untuk pergi mengaji (1)

Meskipun hanya lereng miring yang terjal
tanahnya subur dan gembur
Bercocok tanam adalah cara untuk menjadi makmur
Air sangat mudah diserap tanah
sebab teksturnya seperti remah (2)

Namun jauh dibawah sana
air terus saja mengalir
berkumpul dan menggenang hingga menjadi berat
Tanah tak dapat lagi kompromi
Sudah berusaha ia menahan
Kiri-kanan saling bercengkraman
Kepada siapa dia memberitahukan ?
Tak ada yang melihat dikedalaman
hingga retakan tak dapat dihindarkan

Brukkk !
Tanah ambruk
Sangat cepat
Tanpa basa-basi dia lumat
semua yang menghadang dia serang
Dilampiaskannya semua kesesakan

Pemukiman rata dengan tanah
Harta benda kini hanya menjadi pusaka
Itu tak sebanding
dengan nyawa yang hilang sekejap mata
Limabelas tewas kabarnya
lainnya masih dalam pencarian (3)

Tak ada lagi perayaan
yang ada hanya tangisan
Cucuran air mata dan kesedihan
merayap hingga ketempat pengungsian

Pemandangan berubah seketika
Hijaunya pepohonan
persawahan dan berbagai jenis tanamannya
semua sirna
Sekarang semua rata dan tidak tertata (4)

Ini bukan kali pertama
Pernah beberapa kali terjadi
hanya saja longsornya kecil

Peringatan memang tak ada waktu itu
Tapi kabarnya bukan hal yang baru
Warga tau hal tersebut
Namun....
tidak ada instruksi untuk pindah
begitu seorang "menyebutkan"

Yang lain "membantahkan"
perbedaan adat dijadikan alasan
tentang rencana penundaan mitgasi
Diungkapnya pula masalah waktu
Puluhan tahun mereka disana
Mereka sah kan segara cara untuk bertahan,
hanya karena takut kehilangan tujuan (5)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun