Mohon tunggu...
Gerardus Dewa
Gerardus Dewa Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Jurnalisme Sebagai Penangkal Hoax

9 Oktober 2018   00:33 Diperbarui: 9 Oktober 2018   01:24 1711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ratna Sarumpaet menjadi perbincangan dalam beberapa waktu ini, setelah kabar bohongnya, menghiasi media, namun, jika kita melihat kebelakang banyak rangkaian hoax yang sudah disebarkan oleh masyarakat. 

Polisi pun tidak tinggal diam dalam penanganan hoax ini, tercatat kelompok Saracen, Muslim Cyber Army menjadi target sasaran dari pihak kepolisian, mereka menggunakan sarana media sosial untuk menyebarkan hoaxnya, bahkan membuat media abal-abal yang mirip dengan media online yang familiar. Maka dari itu jurnalisme menjadi hal yang penting dalam penyebaran berita yang benar, karena pada dasarnya jurnalis yang menulis berita mempunyai kode etik yang menjadi panduan dalam penulisan berita.

Masyarakat Indonesia sangat tertarik dengan berita yang menghebohkan atau menyangkut masalah politik, maka hal inilah yang dimanfaatkan oleh penyebar hoax. 

Masyarakat Indonesia seakan-akan mudah 'dibodohi' dengan isu-isu tersebut, penyebar hoax dengan mudah menyebarkan berita itu dan masyarakat menelan mentah-mentah tanpa adanya verivikasi. Maka dari itu penulis berita atau jurnalis harus mengedepankan fakta, bukan opini yang ada dimasyarakat, apalagi opini dari si penulis berita tersebut. 

Hoax dalam Cambridge dictionary mempunyai arti tipuan atau lelucon, dalam konteks budaya hoax mengarah pada aktifitas menipu. Aktifitas hoax di Indonesia secara gamblang mulai terlihat menjelang Pemilihan Presiden tahun 2014, kemudian muncul kembali di tahun 2016 saat menjelang pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, isu politik dan agama menjadi hal yang empuk untuk dijadikan bahan hoax.

Tahun 2014

Hasil quickcount KPU
Hasil quickcount KPU
Tahun ini merupakan tahun yang panas bagi politik di Indonesia, banyak isu hoax yang menyerang salah satu pasangan Presiden dan Wakil Presiden waktu itu, dari masalah Jokowi yang dikaitkan dengan PKI, hingga perbedaan pada quick count yang ditayangkan pada salah satu televisi swasta. 

Berita bohong ini menjadi laris manis di masyarakat karena tidak ada tindakan tegas dari Lembaga terkait, seperti kepolisian dan KPU, hal ini yang membuat seolah-olah berita bohong dapat berjalan dengan mulus.

Tahun 2016

Pilkada DKI
Pilkada DKI
Tahun 2016 menjadi tahun yang panas bagi warga DKI Jakarta, warga DKI seolah-olah menjadi terpecah dalam 2 kubu, dan saling menyerang. Kasus Ahok berpidato di Kepuluan Seribu yang merembet ke kasus penistaan agama pun menjadi sasaran empuk untuk penyebaran berita hoax. 

Hoax atau berita palsu kebanyakan disebarkan melalui aplikasi media sosial, seperti Facebook, dan aplikasi pengiriman pesan Whatsapp.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun