Mohon tunggu...
Gerard ChristianReynaldi
Gerard ChristianReynaldi Mohon Tunggu... Lainnya - Aku siap

Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Upacara Labuhan Perlu Dilestarikan Sebagai Harapan Keselamatan

18 Desember 2020   16:30 Diperbarui: 19 Desember 2020   18:35 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

    Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beragam suku dan budaya. Detik.com. (2020) menjelaskan bahwa terhitung hingga Agustus 2020 jumlah penduduk di dunia tercatat 7,8 miliar jiwa dan Indonesia menduduki peringkat ke empat negara dengan jumlah populasi penduduk sebanyak 273,9 juta jiwa. Banyaknya jumlah populasi manusia di Indonesia berdampak kepada banyaknya kekayaan budaya yang terbentang dari Sabang hingga Merauke. Dari berbagai pulau di Indonesia pasti setiap daerahnya memiliki berbagai keragaman dan juga tradisi khas milik wilayahnya. Dalam setiap kehidupan manusia pasti memiliki aturan semacam adat hingga tradisi juga penciptaan budaya baru sehingga membentuk sebuah kebiasaan. Di Indonesia sendiri di setiap daerah pasti memiliki adat-istiadat yang berbeda dan melahirkan segudang tradisi dengan corak yang berbeda-beda. Keberagaman kebudayaan yang ada bisa membawa dampak positif hingga negatif bagi masyarakat Indonesia. Keberagaman yang ada di Indonesia pasti memiliki dua sisi yaitu sisi negatif dan sisi positif. Dari sisi positif, keberagaman di Indonesia bisa menjadi kekayaan yang tidak ternilai harganya. Namun sisi negatifnya keberagaman yang ada di Indonesia bisa memicu adanya gesekan-gesekan dari tubuh para etnis yang mengakibatkan sebuah konflik. Ketika antar etnis terjadi sebuah konflik maka akan timbul kesalahpahaman yang bisa membawa perpecahan antara kelompok yang memiliki latar belakang berbeda. Akibatnya kehidupan bermasyarakat dalam sebuah lingkungan menjadi tidak sehat dan berdampak pada sektor lain seperti sosial, ekonomi, hingga budaya (Arkanudin, 2006).

    Yogyakarta, sebagai kota pelajar dan budaya merupakan kota yang tidak pernah sepi wisatawan baik lokal hingga mancanegara. Sebagai daerah yang diistimewakan di Indonesia Yogyakarta memiliki keraton yang bernama Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang mana di keraton inilah letak Kesultanan Ngayogyakarta berada. Di kota ini, banyak budaya-budaya peninggalan nenek moyang yang hingga saat ini masih terjaga kelestariannya salah satunya upacara adat labuhan. Labuhan merupakan salah satu upacara adat yang dilakukan oleh raja-raja di Keraton Yogyakarta (admin, 2016). Upacara adat labuhan adalah upacara yang dilakukan untuk memohonkan keselamatan untuk Sri Sultan Hamengkubuwono raja Keraton Yogyakarta. Dalam upacara Labuhan ada sarat yang memiliki makna magis yang harus dicukupi guna dihubungkan dengan legenda-legenda yang ada di Yogyakarta. Contohnya saja dalam Upacara Labuhan tempat pelaksanaan acara adalah di Pantai Parangkusumo yang mana di Pantai Parangkusumo identik dengan legenda Ratu Pantai Selatan dan Panembahan Senopati.

    Upacara adat Labuhan dilaksanakan dalam empat waktu. Waktu yang pertama adalah satu hari setelah Jumenengan atau setelah diadakannya penobatan seorang raja. Waktu kedua adalah satu hari setelah tingalan jumenengan. Tingalan jumenengan merupakan peringatan yang dilakukan satu hari setelah satu tahun raja dinobatkan dan biasanya disebut sebagai labuhan kecil atau labuhan alit. Waktu yang ketiga adalah Labuhan yang dilakukan selama delapan tahun sekali dan disebut dengan Labuhan ageng. Waktu yang keempat atau yang terakhir adalah Labuhan yang dilakukan ketika ada kondisi tertentu contohnya ketika putri atau putra raja menikah (Admin, 2016). Selain memiliki waktu tertentu, upacara adat Labuhan juga memiliki lokasi-lokasi yang sudah ditentukan untuk penyelenggaraan upacara labuhan. Lokasi yang sudah ditetapkan diantaranya Pantai Parangkusumo, Gunung Merapi, Gunung Lawu, dan yang terakhir Dlepih Kahyangan.

    Dalam proses upacara adat Labuhan ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan seperti gunungan, hingga rambut serta kuku milik Sri Sultan. Sarat yang sudah dipersiapkan kemudian dibawa ke Kecamatan Kretek yang berada di kawasan Bantul. Disanalah bahan untuk Labuhan diterima oleh Bupati Bantul dan dibawa ke juru kunci Pantai Parangkusumo. Sesembahan kemudian diberi doa oleh sang juru kunci kemudian dilarung ke pantai. Warga masyarakat di sekitar pesisir pantai tempat Labuhan memiliki kepercayaan bahwa dengan diadakannya Labuhan akan membawa ketentraman, hingga keselamatan baik untuk Sri Sultan juga warga sekitar. Dari keyakinan tersebut warga Yogyakarta dan Keraton meyakini bahwa Labuhan adalah peninggalan tradisi yang perlu dilestarikan karena inilah salah satu identitas budaya yang dimiliki Yogyakarta.

    Identitas budaya adalah sebuah identitas yang terbentuk melalui sebuah struktur kebudayaan suatu masyarakat. Identitas budaya merupakan sebuah ciri milik seseorang yang merupakan anggota dari suatu ektik tertentu seperti tradisi, bahasa, agama, hingga budaya yang diturunkan dari nenek moyang (Liliweri, 2004). Samovar (2017) menjelaskan bahwa identitas budaya adalah karakter khusus sebuah sistem komunikasi kelompok yang muncul di situasi tertentu. “Diverse groups can create a cultural system of symbols used, meanings assigned to the symbols, and ideas of what is considered appropriate and inappropriate. When the groups also have a history and begin to hand down the symbols and norms to new members, then the groups take on a cultural identity. Cultural identity is the particular character of the group communication system that emerges in the particular situation (Samovar, 2017, p.56).

    Di Yogyakarta upacara adat Labuhan merupakan upacara yang sudah dilakukan sejak abad ke-13 tepatnya pada masa Kerajaan Mataram Islam. Upacara ini terus dilakukan dan dilestarikan hingga saat ini sudah menjadi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta karena masyarakat Yogyakarta meyakini dengan adanya Labuhan akan mendatangkan keselamatan, hingga kesejahteraan (Kumparan.com. 2020). Hal ini tentunya sesuai dengan identitas budaya yang dijelaskan oleh Larry A. Samovar bahwa ketika sebuah kelompok masyarakat mewariskan simbol dan norma secara turun temurun maka kelompok tersebut memiliki sebuah identitas budaya. Labuhan yang ada sejak abad ke-13 di masa Kerajaan Mataram Islam terus dilakukan hingga Kerajaan Mataram Islam sudah tidak ada dan menjadi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jika bukan karena diwariskan secara turun temurun mungkin adat Labuhan tidak akan ada hingga saat ini, dan inilah sebuah identitas budaya yang dimiliki oleh masyarakat Yogyakarta.

    Samovar (2017) menjelaskan bahwa antara budaya satu dengan yang lainnya akan memiliki perbedaan dari strata sosial, pola kepercayaan, hingga pola pikir akan sebuah kebudayaan tertentu. Tradisi Labuhan ini hanya ada di Yogyakarta, tidak di Sunda bahkan Kalimantan. Hal ini dikarenakan setiap daerah di Indonesia pasti memiliki etnis yang berbeda-beda cara berpikir, bersosial, berkomunikasi, sehingga mereka akan melahirkan tradisinya sendiri juga yang tidak dimiliki oleh orang lain. Mengingat sebuah identitas budaya adalah kekhasan yang dimiliki oleh sekelompok manusia. Masyarakat Yogyakarta mempercayai bahwa dengan adanya Labuhan akan ada keselamatan yang datang baik untuk warga Jogja juga untuk negara. Tapi mungkin saja orang Kalimantan memiliki cara pikir yang berbeda sehingga mereka tidak ada upacara adat Labuhan melainkan ada upacara Ngampar Bide yang dilakukan oleh hampir sub suku Dayak yang ada di Kalimantan. Perbedaan-perbedaan yang ada mendorong lahirnya sebuah identitas budaya yang beragam dimiliki oleh daerah-daerah di Indonesia. Untuk itu toleransi harus dipegang betul dalam setiap aspek kehidupan agar tercipta keharmonisan dalam berkehidupan sosial.

#kabuajyuas

Daftar Pustaka 

Alo, Liliweri. 2004. Wacana Komunikasi Organisasi. Mandar Maju : Bandung

Samovar, L. A., Porter, R. E., McDaniel, E. R., & Roy, C. S. (2017). Communication Between Cultures. Boston: Cengage Learning US.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun