Mohon tunggu...
Gentur Adiutama
Gentur Adiutama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Pecinta bulutangkis dan pengagum kebudayaan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Tiga Modal Positif dari Indonesia Open untuk Asian Games

8 Juli 2018   23:50 Diperbarui: 9 Juli 2018   09:28 2026
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kevin/Marcus juarai Indonesia Open untuk pertama kalinya. Foto: PBSI

Menjadi atlet yang diandalkan meraih prestasi karena diyakini punya kemampuan yang melebihi para atlet lainnya bukanlah hal yang mudah. Posisi itu seringkali justru menambah tekanan bagi mereka. Ada ekspektasi dari lingkungan sekitar yang harus dipenuhi bila tidak mau disebut gagal.

Terlebih lagi, para andalan ini bermain di Istora yang selalu penuh penonton sejak hari pertama hingga partai final. Pendukung Indonesia yang dikenal sangat loyal dan vocal dalam menyokong atletnya ini bisa jadi bumerang bagi atlet. 

Keinginan untuk tidak mengecewakan pendukung kadang berbalik menjadi jebakan psikologis berupa rasa nervous.

Dukungan fans kadang malah jadi tekanan. Foto: PBSI.
Dukungan fans kadang malah jadi tekanan. Foto: PBSI.
Perjalanan Owi/Butet dan Kevin/Marcus di Indonesia Open tahun ini menunjukkan bahwa mereka mampu menghadapi tekanan sebagai andalan tersebut. Owi/Butet tampil tenang dan sangat fokus sejak babak pertama. Semua pertandingan diselesaikan dalam dua set langsung dan berdurasi di bawah 40 menit.

Owi/Butet yang akan kembali naik ke peringkat satu dunia minggu depan ini tampil trengginas dengan mengandaskan lawan-lawannya. Zhang Nan/Li Yunhui dari Tiongkok di perempat final dan Chan Peng Soon/Goh Liu Ying di final yang diprediksi bakal jadi lawan yang sulit dikalahkan pun dibuat tak berkutik. 

Demikian juga saat mereka melawan pemain yang usianya lebih muda seperti Hafiz Faisal/Gloria Emanuelle Widjaja (Indonesia) di semifinal dan Yugo Kobayashi/Misaki Matsutomo (Jepang) di babak kedua.

Berbeda dengan Owi/Butet, pasangan ganda putra Kevin/Marcus beberapa kali berada dalam tekanan dan seolah hampir tersingkir dari turnamen. Di babak perempat final, Kevin/Marcus kehilangan set pertama dan tertinggal 6-11 dari Mads Conrad Petersen/Mads Pieler Kolding asal Denmark di interval set kedua. Untungnya mereka tetap tenang dan segera keluar dari tekanan tersebut hingga berhasil merebut set kedua 22-20 dan set ketiga 21-18.

Kevin/Marcus bersama ganda putra Jepang di podium juara Indonesia Open 2018. Foto: worldbadmintonnews Instagram.
Kevin/Marcus bersama ganda putra Jepang di podium juara Indonesia Open 2018. Foto: worldbadmintonnews Instagram.
Sikap yang sama dalam mengolah tekanan menjadi motivasi dan tetap fokus walau memanggul ekspektasi dari publik diharapkan dapat kembali ditunjukkan oleh Owi/Butet dan Kevin/Marcus saat bertanding di ajang Asian Games nanti. 

Modal dari Indonesia Open ini sangat berharga karena mereka berempat sudah pasti didapuk sebagai atlet yang digadang-gadang paling mampu mengumandangkan Indonesia Raya dan mengibarkan Merah Putih bulan depan.

Kedua, Owi/Butet mematahkan mitos tidak bisa juara Indonesia Open di Istora Senayan

Sudah jadi pembahasan umum bahwa ada mitos yang menyelimuti kiprah Owi/Butet sebagai pasangan ganda campuran terbaik Indonesia. Mereka mampu menjadi jawara di berbagai tempat di dunia termasuk dua kali juara dunia dan satu kali juara Olimpiade. Namun mereka tidak pernah bisa naik podium tertinggi di Indonesia Open yang digelar di Istora Senayan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun