Mohon tunggu...
Heriyanto Chanra
Heriyanto Chanra Mohon Tunggu... Guru - Luwes dan berorientasi pada kemajuan.

Filsuf kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Kecantikan Artifisial

14 November 2015   21:35 Diperbarui: 14 November 2015   21:41 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

MEMILIKI kulit putih dan wajah berseri-seri nampaknya telah menjadi idaman banyak orang. Seperti yang selama ini ditawarkan oleh berbagai produk kosmetik atau kecantikan di koran, majalah, radio, TV bahkan internet. Terpampang wajah-wajah rupawan banyak model di dunia dengan penampilan yang penuh percaya diri, menggoda siapa saja untuk membeli.

Kenapa dikatakan siapa saja, karena faktanya, produk-produk kecantikan tak hanya dikonsumsi kaum Hawa, kaum Adam pun tidak ketinggalan. Di Korea saja, rata-rata penjualan kosmetika melonjak naik di mana lebih dari 40%-nya digandrungi oleh para lelaki. Lebih dari setengah populasi lelaki Korea gemar berdandan, dan bedak menjadi produk unggulan yang senantiasa melengkapi perjalanan hari para lelaki di sana.

Bagaimana dengan kaum lelaki di Indonesia? Saya belum mendapatkan data yang resmi. Namun yang pernah saya selidiki melalui jejaring sosial, tren pemakaian produk kecantikan bagi pria di Indonesia lumayan meningkat. Terutama yang berkaitan dengan rambut dan wewangian. Ternyata pria di Indonesia juga tak mau ketinggalan tren. Apalagi kalau tren tersebut berkaitan dengan bintang sepakbola sekelas David Becham, Christiano Ronaldo, atau Lionel Messi. Apapun yang dikenakan para bintang tersebut, tak luput dari incaran kaum Adam di negeri ini, dari mulai shampo hingga pakaian dalam.

Saya maupun Anda tidak dapat memungkirinya. Setiap dari kita minimal adalah pengguna produk kecantikan. Anda tentunya mandi menggunakan sabun khan? Bagaimana dengan ketombe di rambut Anda? Pria yang aktif tentunya membutuhkan shampo untuk membilas kotoran di rambutnya. Pertanyaannya adalah, apakah shampo tersebut diiklankan oleh bintang sepakbola Christiano Ronaldo atau Lionel Messi?

Ini maksud saya, kita sudah masuk ke dalam segmen produk kecantikan. Masalahnya bukan di shampo, karena Anda bebas memilih shampo yang sesuai dengan selera Anda tanpa perlu shampo tersebut ‘bermerek’ Ronaldo, Messi atau bukan. Tapi ketika shampo tersebut diiklankan oleh seorang figur bintang, konsepnya menjadi berbeda. Produk tersebut akan menjadi produk kecantikan berkat kharisma yang dibawakan seorang bintang. Ceritanya akan berbeda kalau bintang tersebut tidak berwajah tampan atau tidak seterkenal mereka.

Pria masa kini memang tidak lepas dari produk kecantikan. Urusan kecantikan tak lagi menjadi domain wanita. Banyak pria menghabiskan jutaan rupiah sekali waktu untuk ke salon dan mempermak penampilannya. Bahkan tak jarang para pria mulai merambahi dunia bedah plastik. Kembali ke Korea, bedah plastik menempati peringkat pertama sebagai solusi praktis mengupgrade penampilan. Generasi muda Korea lebih menyukai solusi tuntas dan permanen atas penampilan mereka. Bagi mereka, biaya bedah plastik lebih menghemat pengeluaran rutin pergi ke salon. Kalau mau ganteng, ya ganteng sekalian. Kalau mau cantik, ya cantik sekalian. Kenapa mesti berproses memakan waktu dan tenaga?

Memang zaman sudah sedemikian praktis, kenapa mesti melakukan cara-cara lama yang kurang optimal? Zaman pula telah menggeser konsep seseorang terhadap sesuatu. Hingga akhir 1990-an, dunia Barat mungkin mendominasi konsep tentang kecantikan dengan white and blonde-nya. Namun paradigma dunia sudah mulai mengglobal, bahkan cenderung bergeser ke Timur. Kebudayaan-kebudayaan dan falsafah-falsafah kehidupan bangsa-bangsa Timur mulai bangkit kembali dan digandrungi oleh sebagian besar warga Barat dan dunia. Bruce Lee pun seolah-olah bangkit dari kuburnya.

Beladiri-beladiri khas Asia mulai mendunia, termasuk filsafat guru-guru besarnya. Dulu Hollywood punya superhero sekelas Sylvester Stallone atau Arnold Schwarzenegger, kini Bollywood (India) punya Shah Rukh Khan atau Salman Khan. Dulu ada Jean Claude Van Damme, kini ada Donnie Yen atau Iko Uwais. Dulu yang tampan hanyalah John Wayne atau Elvis Presley, kini ribuan aktor Asia wajahnya menghiasi perfilman dunia. Di Indonesia ada Nicholas Saputra, dan kawan-kawan.

Kembali ke soal kecantikan. Bedak mungkin dapat memutihkan wajah seseorang, namun tidak untuk membuatnya bercahaya. Parfum bisa mengharumkan tubuh, namun tidak untuk jangka lama. Banyak produk kecantikan bisa membantu meningkatkan kepercayaan diri seseorang, namun itu semua hanyalah sementara. Setelah produk habis dikonsumsi, kepercayaan diri menyusut kembali. Bintang-bintang datang dan pergi silih berganti, semuanya niscaya akan menua. Yang harum abadi adalah prestasi. Yang bercahaya adalah pancaran kepribadian. Dan yang bisa menjaga (kepercayaan) diri adalah ilmu dan iman.

 

Tangerang, 14 November 2015.

Di SMA Paradigma, Mauk.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun