Mohon tunggu...
Ahmad Sugeng
Ahmad Sugeng Mohon Tunggu... Buruh - Pencinta Sejarah Lombok

Lombok Files

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mads Lange, Kalah di Lombok, Berjaya di Bali

10 Juni 2021   07:56 Diperbarui: 10 Juni 2021   08:14 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari ini, 1 Juni 2021, saya mendapat kesempatan mengunjungi kembali pulau Bali.

Selesai dengan urusan keluarga, kunjungan singkat ke Bali kali ini, saya gunakan untuk mengunjungi makam Mads Lange. Nama lengkapnya adalah Mads Johansen Lange. Lahir di Rudkobig, Denmark pada 18 September 1807.

Berbekal google map, bersama Fandy Endot adik kandung saya, kami menuju jalan by pass Ngurah Rai. Tanpa kesulitan yang berarti, kami akhirnya sampai di jalan Tuan Lange. Dari plank jalan, makam Mads Lange hanya berjarak 50 meter, tepat di sisi kiri jalan.

Makam itu terlihat terawat dengan ornamen yang indah di sana sini. Patung kepala Mads Lange nampak berdiri di depan makam. Berbagai prasasti tertempel di seputaran tempat itu. Isi prasasti rata rata adalah keterangan tahun pemugaran makam dan nama nama pemugar. Jika melihat nama nama di prasasti, besar kemungkinan, mereka ini adalah keturunan dari Mads Lange. Salah satunya adalah keluarga dari sultan Johor.

Saya cukup tertarik dengan kisah dan sejarah hidup Mads Lange. Memandang patung kepala dan monumen di atas makamnya, menyeret ingatan saya pada cerita 191 tahun yang lalu, saat Mads Lange muda menginjakan kakinya pertama kali di Lombok.

Mads Lange tiba di Lombok sekitar tahun 1830 bersama rekannya John Burd, kapten kapal The Syden. Awalnya mereka merupakan perwakilan dagang untuk  perusahaan multinasional Jardine  Matheson & Co yang berpusat di Canton, China.

Namun, berkat hubungan baiknya dengan Raja Karangasem Sasak, mereka diberi kemudahan untuk membangun sebuah firma sendiri bernama Burd & Co. Raja memberinya izin tinggal dan membangun kantor di Tanjung Karang.

Dari tempat ini Mads Lange mengumpulkan aneka hasil bumi mulai dari beras, ternak, kayu sepang dan lainnya untuk diekspor ke China, Singapura, Mauritius dan Australia. Dari luar ia kemudian memasok ragam barang semisal candu (opium) kain lena, amunisi dan senjata.

Alfons van der Kraan dalam Lombok: Conquest, Colonization, and Underdevelopment, 1870-1940 menyebut, pada rentang tahun 1775 sampai dengan 1840, trah trah Karangasem yang ada di Lombok bagian barat terpecah menjadi empat kekuatan utama. Para pengeran berebut kuasa. Yakni Cakranegara (Karangasem Sasak), Mataram, Pagesangan dan Pagutan. Dari empat kekuatan itu, Karangasem Sasak dan Mataram adalah dua kekuatan terbesar.

Karangasem Sasak, memanfaatkan Tanjung Karang sebagai pelabuhan utamanya, sedangkan Mataram menggunakan pelabuhan Ampenan. Awalnya persaingan dua pelabuhan ini sempat membuat perdagangan di pantai barat Lombok menggeliat. Para pedagang Perancis dan Bourbon kerap singgah melakukan pertukaran. Mereka menyukai beras berkualitas dengan harga terjangkau yang tersedia di Tanjung Karang.

Mads Lange, yang meminta perlindungan pada raja Karangasem Sasak menuai kesuksesan dalam usaha niaganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun