Mohon tunggu...
Gede Udiastama M
Gede Udiastama M Mohon Tunggu... Pegawai Hotel -

Pria yang menyukai kata kata: tiada hari tanpa belajar, semua orang adalah guru, semua tempat adalah ruang kelas. Bekerja sebagai Learning & Development Manager di sebuah hotel bintang lima di Bali

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar pada Diam

18 Maret 2018   07:52 Diperbarui: 18 Maret 2018   20:46 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sabtu, 17 Maret 2018 adalah hari yang sangat spesial terutama bagi orang Bali. Dua hari raya besar datang bersamaan yaitu Hari Raya Nyepi dan Saraswati. Sungguh sesuatu yang istimewa karena hanya terjadi setiap 100 tahun sekali. Apa ada yang spesial dari hari itu?

Ada.

Bisa saja kita memaknainya berbeda beda. Namun entah kenapa saya merasa diingatkan. Saya selalu menganggap alam semesta sebagai guru. Ia selalu saja punya cara untuk mengajarkan saya sesuatu. Di hari spesial ini, saya merasa diingatkan sekali lagi, untuk tetap belajar pada diam.

Entah berapa tahun yang lalu, dengan seorang teman, saya pernah berdebat hebat mengenai pariwisata Bali. Kami berseberangan pendapat tentang kondisi pariwisata saat itu. Hal yang serupa terjadi ketika saya dan beberapa teman berbeda pendapat tentang politik. Kami adu komentar tentang siapa yang terbaik untuk memimpin bangsa.

Sudah menjadi ego kita sebagai manusia yang selalu ingin menang, yang selalu merasa paling benar. Ini pun terjadi pada setiap perdebatan. Semuanya ingin memenangkan perbebatan mereka dengan orang lain. Banyak kata akan diucapkan, banyak pendapat akan dilontarkan, semua tidak akan berakhir sebelum akhirnya kita merasa menang atau menjadi yang paling benar. Ini pun terjadi pada saya.

Hingga suatu saat saya belajar dari sebuah kalimat, yang akhirnya membuat saya memilih untuk diam. Saya tidak lagi banyak berdebat, mengurangi komentar maupun berselisih paham dengan orang lain, di dunia nyata maupun di dunia maya. Kalimat itu kurang lebih berbunyi: "hal yang paling benar adalah kedamaian".

Perdebatan sudah hampir pasti membuat kita kesal. Perdebatan juga sangat bisa menimbulkan perselisihan, permusuhan ataupun hal hal negatif lainnya.

Lalu, akan ada hal penting yang akan hilang dalam diri kita. Hal itu adalah kedamaian. Bagaimana tidak, saat berdebat, kita akan sibuk mencari kata kata untuk menunjukkan orang lain salah. Segala kenegatifan akan dengan cepat menguasai pikiran. Di saat inilah kedamaian akan mulai menjauh dan akhirnya hilang dari diri kita. Dan jika ia sudah sirna, apakah itu adalah hal yang benar?

Dengan kata lain, memperdebatkan kebenaran sebenarnya menjauhkan kita pada hal yang paling benar. Perdebatan menjauhkan kita dari kedamaian. Kalimat "hal yang paling benar adalah kedamaian", bisa mengajarkan kita satu hal. Diam adalah hal yang benar. Karena dengan diam, kita akan memenangkan kedamaian dalam hati dan pikiran kita.

Lalu apa hubungannya hari spesial ini dengan cara sang guru mengingatkan saya untuk kembali belajar pada diam?

Belajar dan diam adalah dua kata yang berkaitan erat dengan dua hari raya ini. Belajar sangat dekat sekali dengan Hari Raya Saraswati sebagai hari peringatan lahirnya ilmu pengetahuan. Sedangkan kata diam sangat identik sekali dengan Hari Raya Nyepi yang memang mesti sepi. Dan ketika dua hari raya besar jatuh di hari yang sama, bagi saya ini adalah cara alam semesta mengingatkan saya sekali lagi untuk belajar pada diam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun