Mohon tunggu...
G.B. Suprayoga
G.B. Suprayoga Mohon Tunggu... Ilmuwan - A PhD in spatial and transport planning; an engineer in highway construction; interested in enhancing sustainable road transport; cycling to work daily

Writing for learning and exploring

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Apa Hasil "Misi Perdamaian" Indonesia

2 Juli 2022   16:00 Diperbarui: 2 Juli 2022   16:09 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Jokowi dan rombongan mengakhiri kunjungan ke Eropa dan Uni Emirat Arab pada Sabtu, 2 Juli 2022. Kunjungan merupakan rangkaian dari kehadiran di  KTT G7  di Jerman. Seusai dari Jerman, Jokowi menemui Volodymyr Zelensky, Presiden Ukraina, pada tanggal 29 Juli dan Vladimir Putin, Presiden Rusia, pada tanggal 30 Juli 2022.

Publik  di seluruh dunia menyoroti pertemuan Jokowi dengan kedua pemimpin negara yang sedang berperang. Di Indonesia, media menyajikan kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Jerman sebagai 'misi perdamaian'. Sejumlah pakar hubungan internasional menganggap bahwa Jokowi melakukan lebih dari sekedar misi perdamaian. Sebagian lagi menyebutkan kunjungan Jokowi merupakan pameran (showcase) politik internasional Jokowi setelah absen sekian waktu dan upaya untuk memberikan warisan (legacy) atas pemerintahan yang akan berakhir pada 2024.

Baca: Sepuluh Jam Kunjungan Jokowi di Ukraina dan Misi Perdamaian

'Misi Perdamaian' untuk Rusia dan Ukraina

Jokowi menyampaikan kepada publik bahwa kunjungannya ke Eropa tersebut adalah mendorong negara-negara G7 dan para pihak yang berperang untuk mengupayakan perdamaian di Ukraina. Selain itu, seperti juga dikutip dari situs Sekretariat Negara, Jokowi akan mengajak Presiden Ukraina dan Presiden Rusia untuk membuka dialog dalam rangka perdamaian untuk membangun perdamaian. Media nasional arus utama (mainstreaming)  menyebut bahwa Jokowi membawa 'misi perdamaian' dalam lawatannya tersebut. Hal ini menjadikan bahwa ekspektasi publik adalah untuk mengakhiri perang, yang nampaknya tidak terwujud karena perang pun tetap berlangsung setelah kunjungan dilakukan.

Baca: Pergi ke Jermain, Ukraina, dan Rusia: Apa Misi Jokowi


Untuk itu, publik perlu mengetahui apa yang disebut dengan 'misi perdamaian' dan apa upaya dalam misi tersebut. Menurut Bonn International Center for Conversion, misi perdamaian (peace mission) didefinisikan sebagai operasi perdamaian multilateral yang dijalankan untuk (a) membantu mestabilkan suatu tatanan masyarakat setelah terjadi konflik (baik eksternal dan internal), dan (b) memelihara perdamaian dan untuk membangun landasan untuk perdamaian yang berjangka panjang. Misi perdamaian umumnya dilakukan oleh Perserikatan Bang-Bangsa, lembaga  multilateral, dan organisasi pakta pertahanan. Misi perdamaian memiliki berbagai dimensi antara pelibatan aktor militer dan  sipil yang bertanggung jawab untuk berbagai jenis aktivitas: politik, sosial, budaya, dan keamanan.

Definisi: Misi Perdamaian (Peace Missions)

Bagaimana publik memaknai misi perdamaian oleh Jokowi? Pidato Jokowi sebelum keberangkatannya secara berhati-hati tidak menyebutkan misi perdamaian. Ia hanya menyatakan bahwa akan bertemu dengan kedua pemimpin negara dengan agenda yang telah disiapkannya. Pertama, pertemuan dengan Zelensky adalah untuk membuka ruang dialog dalam rangka perdamaian dan pengaktifan rantai pasok pangan. Kedua, pada pertemuannya dengan Putin, Jokowi menyatakan kurang lebih sama, bahwa ia akan membuka ruang dialog agar terjadi gencatan senjata dan penghentian perang.

Media nasional dalam hal ini cenderung meningkatkan makna kunjungan Jokowi sebagai 'misi perdamaian'. Akibatnya, publik memiliki ekspektasi yang tinggi bahwa Indonesia bisa mewujudkan perdamaian antara Rusia dan Ukraina. Rakyat Indonesia tentu saja bangga apabila hal tersebut dapat dilakukan. Dengan kunjungan yang singkat, publik Indonesia yang kritis jelas ingin mendapatkan informasi langkah-langkah lanjutan untuk mengakhir perang setelah kunjungan.

Patut diakui bahwa kunjungan Jokowi adalah membawa kepentingan nasional. Pertama, Indonesia telah mengamankan pasokan pupuk. Putin menegaskan bahwa ia tetap akan memenuhi permintaan pupuk bagi para petani dari Indonesia dan 'negara-negara bersahabat'. Ia juga berkomitmen untuk menghormati kewajiban dalam menyalurkan energi, pupuk, dan makanan ke luar negeri.

Baca: Indonesian President Joko Widodo Meets Putin to deliver Zelensky's Message

Sebuah showcasing bagi politik internasional oleh Indonesia?


Dua hari pertemuan Presiden Jokowi menunjukkan kepada para pengkritiknya bahwa ia bisa berperan aktif dalam politik internasional. Selama masa pemerintahannya, ia tidak banyak melakukan kunjungan ke luar negeri dan lebih fokus pada persoalan domestik. Indonesia juga dianggap tidak memiliki kerangka sikap yang jelas dan tegas dalam menghadapi berbagai isu geopolitik internasional. Berbagai opini publik bisa menjadi sangat berbeda dalam memaknai makna yang disebut dengan 'misi perdamaian'.

Sebagai Presidensi G20, Indonesia seakan terdorong untuk lebih aktif dalam menanggapi isu-isu global. Indonesia memiliki sebuah kesempatan yang telah digunakan dengan sangat baik mengingat perang Rusia - Ukraina belum memiliki ujung akhir. Indonesia telah membangun jalinan komunikasi antara pimpinan negara yang tengah bertikai pada saat negara-negara Eropa ingin meneruskan perang sampai dengan Ukraina memenangkannya. Jokowi membangun kanal komunikasi yang tidak dilakukan oleh pemimpin negara-negara lainnya. Jokowi memulai komunikasi yang tersumbat dan bisa dilanjutkan pada kesempatan berikutnya.

Jokowi juga berhasil mendapatkan komitmen Putin untuk hadir dalam KTT G20 di Indonesia. Sementara, Zelensky akan hadir apabila perkembangan di Ukraina telah dianggap bisa ditinggalkan. Sebuah langkah simpatik dan cantik dengan mengambil kesempatan sebagai Presidensi G20

Publik tidak perlu terbawa oleh kenaifan bahwa Indonesia membawa misi perdamaian dengan persiapan yang terbatas. Langkah Jokowi ini seharusnya diikuti dengan sikap publik yang semakin cerdas dan kritis untuk menanggapi perkembangan geopolitik saat ini yang semakin tidak pasti. Publik harus mulai memikirkan kepentingan nasional dalam konflik global yang tengah berlangsung. Indonesia telah menjadi negara di Asia yang memiliki keberanian dan niat baik untuk membawa pesan perdamaian bagi pemimpin yang berperang, yaitu bagi Putin dan Zelensky.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun