Mohon tunggu...
PEMULA27
PEMULA27 Mohon Tunggu... Petani - Terima kasih

Petani Berdasi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Cinta dalam Relasi Intersubyektif

23 April 2021   12:40 Diperbarui: 23 April 2021   12:56 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manusia adalah makhluk sosial. Ia tidak dapat hidup sendiri. Ia membutuhkan orang lain. Kodrat manusia menjadi mungkin hanya dalam relasi intersubyektif. 

Relasi yang memberikan makna baru. Relasi intersubyektif mengandaikan adanya aktivitas mencintai.Aktivitas itu adalah aktivitas relasional antarsubyek.Armada Riyanto, Relasionalitas: Filsafat Fodasi Interpretasi: Aku, Teks, Liyan, Fenomen, Yogyakarta: Kanisius, 2018.

Aktivitas inilah yang memberikan kesadaran kepada subyek untuk keluar dari dirinya dan melakukan aktivitas mencintai. Untuk memperjelas tulisan ini, penulis akan mengurainya dengan bersumber pada satu tema dari buku Relasionalitas yang ditulis oleh Armada Riyanto dan mengelaborasinya dengan buku-buku yang lain. 

Poin-poin ini akan menghantar manusia untuk menemukan kodratnya yang sesungguhnya. Lebih dari pada itu manusia akan menyadari alasan keberadaannya dalam relasi dengan yang lain. Ada saat-saat di mana manusia harus keluar dari dirinya dan berelasi dengan sesama. Relasi ini menghendaki sesuatu yang dapat mengikat sehingga hubungan itu dapat bertahan dan mengalami kebahagiaan.

 Cinta, Relasi, Intersubyektif, Aktivitas, Bahagia.

Apa itu Cinta?

  • Berbicara tentang cinta tentu banyak orang telah mendefinisikannya. Semua pendapat yang diberikan sesuai dengan cara pandang masing-masing orang. Ada yang berdasarkan teori yang dipelajari, ada juga yang berdasarkan pengalaman pribadi dan hasil permenungan dalam keseharian hidupnya.  Menurut kebanyakan orang, cinta itu indah, kehadirannya tidak dipaksa. Cinta itu tidak indah jika tanpa ada rasa saling memiliki. Ada juga yang mengatakan bahwa cinta itu butuh pengorbanan dari orang-orang yang terlibat dalam proses mencintai. Lantas, apa itu cinta? Menurut Armada Riyanto:Cinta adalah relasional antara Aku dan Liyan, dalam maksut relasi cinta tidak pernah sepihak, tidak pernah berkisar pada ruang diri sendiri. Cinta adalah pengenalan terus-menerus kesadaran Aku dan kesadaran akan eksistensi Liyan. Cinta tidak mengabdi diri sendiri di satu pihak dan menghancurkan yang lain (Liyan) di lain pihak.

Berdasarkan pendapat Armada Riyanto ini, cinta tidak pernah berpusat pada diri sendiri. Cinta mengandaikan adanya relasi dengan yang lain. Untuk menggapai cinta dibutuhkan suatu kerelaan, pengorbanan, dan kerja keras dari orang yang ingin mengambil bagian dalam cinta. Cinta itu menjadi nyata hanya dalam relasi antara Aku dan Liyan. 

Dengan Liyan-lah Aku menemukan makna hidup. Dalam membangun relasi dengan sesama ini, tidak mudah untuk mendapatkan atau menemukan orang yang bisa mengerti dan memahami kehidupan orang yang berelasi dengannya. Hanya melalui relasi setiap pribadi bisa berbagi dan mampu melewati persoalan yang sedang dihadapi. 

Dengan demikian, Plato melihat bahwa cinta itu adalah suatu yang luhur dan mulia bukan sekedar keinginan-keinginan untuk mengejar kenikmatan duniawi, tetapi cinta lebih pada daya manusia untuk terarah pada kebaikan.Konrad Kebung, Plato dan Freud Dua Teori Tentang Cinta, Maumere: Ledalero, 2002.

Cinta membuat orang berani untuk meninggalkan segalanya demi memperoleh suatu relasi dengan yang lain. Dengan berelasi dengan orang lain, setiap pribadi akan mengalami perjumpaan. Perjumpaan ini memberikan kehangatan, peneguhan dan dukungan emosional. Sesama menjadi tempat untuk berbagi pengalaman hidup dan menemukan makna hidup. 

Dalam menjalani relasi, terkadang ada pengalaman rasa sakit, kecewa, putus asa dan ingin meninggalkannya. Semua itu terjadi karena dalam menjalin relasi, seseorang mengharapkan sesuatu yang berlebihan. Perluh disadari bahwa cinta pertama-tama bukanlah soal hubungan atau keterkaitan dengan seseorang atau sesuatu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun