Resah dan gelisah, tak kala kumendengar gemuruh ledakan itu.
Ingin kumerontah menyaksikan mereka terbujur kaku sembari tersenyum sinis seakan bumi tak layak lagi untuk didiami.
Sempat aku bertanya: dimanakah Allah sang penyelamat..?
Ataukah semua ini karma karena egoku..? Aku pun tak tahu.
Kejadian ini muncul seiring dengan sang fajar, namun tak pernah hilang kala sang senjah kembali kepelupuk mega.
Kedukaan terus menggerogoti kediaman hidupku.Â
Jiwa meberontak seolah-olah ingin meninggalkan raga yang tak berdaya.
Raga hanya bisa berteriak,kemanakah sang penyelamat..?
Hari-hari silih berganti tetapi masih dirundung sedih.
Kebahagiaan yang kudambahkan tak kunjung datang.
Kemanakah aku harus menjemputnya..?