Mohon tunggu...
Gabriella Gebby
Gabriella Gebby Mohon Tunggu... -

Komunikasi Strategis 2015 - Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kontroversi Brent Spar, Contoh Komunikasi Risiko yang Salah

29 September 2017   22:34 Diperbarui: 30 September 2017   00:37 1129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Resiko merupakan hal atau kemungkinan yang dapat membahayakan organisasi. Dengan adanya resiko, perusahaan dapat melakukan pemetaan potensi resiko dan memilih kebijakan yang tepat serta untuk memahami stakeholders. Diperlukan adanya manajemen resiko yang bertujuan untuk penanggulangan bahaya-bahaya yang mengancam perusahaan (untuk jangka waktu yang panjang). 

Komunikasi resiko merupakan cara mengomunikasikan ketidakpastian mengenai isu yang berkaitan dengan organisasi terkait safety (keamanan), health (kesehatan), dan environment(lingkungan)/SHE serta memahami dan mengapresiasi kebutuhan stakeholders. Apabila sebuah resiko tidak ditangani dengan cepat oleh perusahaan, maka akan mengakibatkan krisis. Hal ini yang terjadi pada perusahaan minyak yakni Shell dan Exxon.

Kasus ini berawal dari perusahaan minyak dunia yaitu Shell dan Exxon yang secara berlebihan selama 5 tahun membuang pelampung penyimpanan minyak yang dikenal sebagai Brent Spar. Pelampung tersebut terletak di perairan dengan kedalaman 75 meter dan berat 14.500 ton. Brent Spar tidak digunakan lagi dan tidak memiliki daya jual, maka Organisasi Maritim Internasional memberikan 4 pilihan, yakni: 1) Membuang di daratan, 2) Ditenggelamkan di permukaan Brent Spar sekarang, 3) Diolah kembali, 4)Menenggelamkan di wilayah laut dalam. 

Shell memilih untuk mengambil pilihan keempat yakni menenggelamkan Brent Spar di laut dalam perairan Inggris untuk menghindari tingkat pencemaran air dan mengurangi pengurangan biaya pada Desember tahun 1994 atas izin dari Departemen Perdagangan dan Industri Inggris. Pemerintah Inggris meminta persetujuan dari negara-negara di Eropa untuk menenggelamkan pelampung minyak tersebut. Akan tetapi, belum ada respon yang berarti dari negara-negara terkait sampai batas waktu yang telah ditentukan. Akhirnya, pemerintah Inggris mengeluarkan lisensi untuk menenggelamkan minyak pada bulan Mei. Sebelum lisensi keluar, yaitu pada 30 April Greenpeace yang merupakan organisasi peduli lingkungan dan berfokus menjaga kelestarian planet bumi berhasil menduduki Brent Spar.

Hal yang menyebabkan isu Brent Spar semakin besar, yakni adanya perang media dimana Greenpeace menyebarkan berbagai foto yang menarik perhatian dari audience selain itu pemanfaatan media untuk melakukan pemberitaan yang dapat menyerang pihak Shell. Greenpeace mendapat sorotan dan dukungan dari publik untuk menentang tindakan yang dilakukan Shell mengingat perusahaan minyak dunia tersebut sangat sering mendominasi pasar dan mengeruk keuntungan yang besar. Kasus ini dianalogikan sebagai efek "David & Goliath" yang merupakan kisah pertarungan antara yang benar dan salah. 

David merupakan orang yang kecil mewakili Greenpeace yang merupakan sebuah organisasi peduli lingkungan, sedangkan Goliath menggambarkan sosok perusahaan Shell yang besar dan memiliki kekuasaan. Walaupun David dianggap lemah, akan tetapi ia yang berhasil memenangkan pertarungan dalam kasus ini Greenpeace berhasil menarik perhatian publik melalui berbagai strategi yakni pemberitaan melalui media.

Pemerintah Jerman melalui kementrian lingkungan dan pertanian memprotes tindakan yang dilakukan oleh Shell dengan cara mengumpulkan tanda tangan untuk menolak penenggelaman Brent Spar di laut dalam serta melakukan boikot terhadap perusahaan Shell sehingga mengurangi kepercayaan konsumen. 

Isu Brent Spar juga dimanfaatkan oleh politisi dari beberapa negara di Eropa yang tidak memiliki sumber minyak untuk mendapatkan perhatian publik agar dianggap sebagai politisi yang peduli akan lingkungan mengingat isu Brent Spar merupakan isu lingkungan yang sempat menjadi isu yang besar. Shell masih mendapatkan dukungan dari pemerintah Inggris yang berusaha mempersuasi negara-negara pendukung Inggris dalam Best Practicable Environmental Option (BPEO) akan tetapi tidak ada yang mendukung, kasus Shell terus mendapat tekanan dari negara lain seperti Jerman dan Belanda.

Akibat kontroversi yang timbul, akhirnya Shell membatalkan pembuangan pelampung minyak di dasar laut akibat kecaman dari berbagai pihak terutama dengan adanya boikot dari pemerintah di berbagai negara dan publik. Greenpeace juga menghargai tindakan yang diambil Shell untuk memperbaiki reputasi perusahaan dan mengharapkan pihak Shell segera menemukan solusiyang tepat untuk kasus ini. 

Shell mulai melakukan perubahan dengan memulai kegiatan membenahi kerusakan dan memperbaiki kepercayaan konsumen khususnya di Jerman dan Belanda dengan membuat iklan satu halaman penuh pada media cetak dengan judul "Kami Akan Berubah" dan mengakui kesalahan karena telah mengambil keputusan untuk membuang pelampung minyak di laut.

Komunikasi Resiko yang salah telah dilakukan oleh Shell, hal ini terbukti dengan turunnya kredibilitas perusahaan, mendapat protes yang luar biasa dari publik, dan Shell berhasil di boikot yang menyebabkan penurunan daya beli konsumen untuk produk yang dihasilkan Shell, publik juga telah memiiki stigma negatif kepada perusahaan Shell akibat isu tersebut. Shell hanya bergantung pada pemerintah Inggris yang selalu memberi dukungan dan bertentangan dengan Greenpeace. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun