Mohon tunggu...
Kaka Geb
Kaka Geb Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Pencinta Kopi, Puisi dan Senja_

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Hujan

22 November 2017   15:07 Diperbarui: 23 November 2017   02:04 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Bentangan langit legam tak mampu dilipat angin senja
butiran bening kuyup tak kasatmata berjatuhan dari langit yang lebam.
Cahaya senja telah sirna diselimuti berlapis lapis awan.

Sementara jauh di bawah atap langit adakah sesal pada petir yang menyambar dalam iringan kilatan resah?

Tentu saja. Isak tangis anak manusia yang masih dalam gendongan ibunya cukup memilukan.

Sungguh sangat menyayat hati tangisan langit dan anak itu.
Namun riuh hujan yang mengempas tak peduli lagi dengan isi hati manusia sebab ini musimnya untuk berpesta.

"Oh hujan yang resah,
basuhlah kaki yang berdebu ini agar nanti tidak menodai lantai putih tempatnya berpijak" demikian bisik ibu itu pada anak manusia dalam gendongannya_

Malang, 17:22
22/11/2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun