Mohon tunggu...
Kaka Geb
Kaka Geb Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Pencinta Kopi, Puisi dan Senja_

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menanti Purnama di Bibir Motadikin

2 September 2017   00:53 Diperbarui: 2 September 2017   09:45 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumen Pribadi (Pantai Motadikin, Kab. Malaka, NTT)

Kau mungkin masih ingat tentang semua cerita yang pernah kita sebut pada gelora gelombang dan angin pantai.
Tentang mimpi-mimpi kecil yang kita titipkan pada cahaya senja.
Tapi tidak. Kau telah melupakan gelitik angin dan deru gelombang pantai senja itu.
Namun pernahkah kau tahu; aku masih melihat semua kisah dan jejak kita mengambang di sana.
Menantikan sekali lagi kecupan kecil untuk merayu, sampai kita lupa semua luka yang terlalu luka.
Seketika aku menoleh jauh di belakang punggungku, masih kulihat samar-samar kita duduk menanti purnama yang tak kunjung datang.
Dan itu sesal yang masih.
Sampai kau bergumam mengumpat pada seekor elang yang melintas di atas lembayung senja yang sesal.
"kita akan gagal meraih purnama."
Tapi apakah kau tahu, aku tak menyesali itu terlampau jauh, sebab aku sudah melihat ribuan purnama yang jatuh pada sosok gadis yang tak lekas lepas genggaman jemariku_


Malang, 2 September 2017|00:22

*Motadikin (nama salah satu pantai di selatan Kabupaten Malaka, NTT)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun