Mohon tunggu...
Askara Aksara
Askara Aksara Mohon Tunggu... Lainnya - tempat paling menyenangkan untuk berhitung dengan aksara

tidak hanya aku padamu, tetapi juga darimu untukku. selamat berpesta kata

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Trapped

29 November 2021   06:59 Diperbarui: 29 November 2021   06:59 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Trapped by Jordi Koalitic

"Pasti menyenangkan ya jika aku bisa sebahagia gadis itu." gumamku. 

"Maksudmu, kamu tidak bahagia sekarang?" 

"Entahlah, mungkin? Banyak sekali hal kecil yang membuatku jatuh. Semacam aku selalu menemukan kerikil yang langsung membuatku terjatuh. Sekecil candaan "Apa susahnya sih ikut tertawa?" dari temanku, atau sekedar mengomentari cara berpakaianku yang tidak sefeminim teman perempuan yang lain bisa membuatku memaki diri sendiri. Mungkin aku sedang iri pada gadis itu, yang bisa tertawa sesuka hatinya, yang bisa menentukan jalan mana yang akan diambilnya, yang bisa tetap bahagia meski memiliki tanggung jawab yang besar dan sulit."

"Setiap orang punya fasenya masing-masing. Gadis itu sudah menemukan dirinya dan mungkin dia lebih mencintai dirinya sendiri daripada orang lain. Saya? Saya juga pernah berada di bawah seperti kamu dengan versi saya sendiri, juga pernah mengalami kisah si gadis." wanita itu tersenyum. "Dan saya memilih untuk menjadi bahagia seperti si gadis. Kalau kamu, saya tidak tau mana yang akan kamu pilih."

"Begitu ya. Apakah menjadi egois dengan mencintai diri sendiri itu se-membahagiakan itu?" wanita itu mengangkat sebelah alisnya sebentar lalu tersenyum lagi.

"Bukan egois, tapi itu adalah pilihan kita. Mencintai bukanlah hal yang egois. Namun bagaimana cara kita memperlakukan cinta itu yang menentukan apakah kita akan egois atau tidak." 

"Klasik. Tapi aku tetap tidak bisa mengerti. Selama ini aku menahan diri untuk tidak egois dan memikirkan diri sendiri termasuk mencintai." melihat kebingunganku, wanita itu menepuk punggung tangan kananku.

"Pelan-pelan saja. Tidak perlu terburu-buru. Prosesnya memang panjang dan akan sangat melelahkan tapi hasilnya akan membuatmu kuat. Pelan-pelan saja! Sekarang, untuk meredakan napasmu yang terlalu cepat, tarik napasmu yang panjang dan hembuskan pelan-pelan." aku mengikuti perintahnya. "Apakah sekarang lebih baik?" aku masih melakukan olah napas itu. 

"Jangan terlalu terlarut oleh gadis itu. Bagaimana jika kamu menyerap energi gadis itu untuk kehidupan nyatamu? Kehidupan setelah kamu bangun?" aku melihat wanita paruh baya itu. Kali ini aku memberanikan diri menatap matanya. 

"Aku takut." aku menelan ludah. Sesekali melihat matanya, kemudian menunduk lagi dengan dalam.

"Kenapa harus takut? Apakah menjadi bahagia adalah sebuah kesalahan?" aku mencuri pandang ke wanita paruh baya itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun