Mohon tunggu...
Rizky Fachlevi
Rizky Fachlevi Mohon Tunggu... Seniman - Buruh Seni

Mahasiswa seni

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Vespa dan Fanatisme Politik

1 Juni 2019   01:32 Diperbarui: 1 Juni 2019   01:43 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fanatisme politik seperti hal di atas, telah banyak menjerumuskan bangsa Indonesia ke dalam perpecahan. Salah satu kasus yang mehebohkan negeri ini ialah, ketika mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaya Purnama (AHOK) didakwa atas kasus penistaan agama.

Kasus yang membawanya menuju jeruji besi itu, bagi saya pribadi, tidak lain dan tidak bukan merupakan bentuk fanatisme politik, dikala kontestasi politik pada pilgub DKI Jakarta.  

Ia didemo berkali-kali oleh masa aksi, yang bagi saya juga kepentingannya politis, terlepas dari pembuktian bersalah atau tidaknya yang bersangkutan.

Sampai mencuat sebuah kasus yang mengejutkan, ketika seorang nenek yang jenazahnya ditolak untuk disholatkan, karena memilih  Ahok pada pilgub DKI Jakarta.

Hal ini tentunya sangat mengejutkan masyarakat banyak, mengingat dalam hal ini hak-hak yang sifatnya spiritual dan sangat prinsipil ini, juga disangkut pautkan dalam urusan politik.  

Dari penjabaran di atas,  sebagai seorang yang skeptis dalam urusan apapun, saya kembali merenung dan bertanya-tanya, akankah saudara-saudara saya sesama bikers vespa, juga telah ter-hegemoni oleh politik hari ini.  

Manakala saya berkendara dan mendapati suatu kendala di jalanan, akan ada saudara saya yang berhenti dan berniat menolong, lalu menanyakan terlebih dahulu pilihan politik saya, dan kemungkinan tidak ditolong ketika dia mendapatkan jawaban saya.

Ya hal ini memang sangat jauh dan terkesan disangkut pautkan,  namun kembali lagi, melihat serangkaian kasus yang terjadi dan kasus dari seorang nenek, yang jenazahnya ditolak untuk disholatkan, karena pilihan politiknya. Tentunya kemungkinan tersebut pasti ada. Mengingat hak-hak individu sebagai warga negara, sudah dipengaruhi oleh kondisi politik.

Ketika saya hendak kembali melanjutkan perjalanan, saya jadi berfikir kembali, akankah saya bisa menaklukkan panasnya aspal dalam dinginnya suhu pagi hari.  

Namun jiwa saya langsung membantah perasaan saya,  perjalanan sudah dilakukan dan harus diselesaikan. Kembali pulang berarti menyerah pada ketakutan. Maka saya putuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan. Dengan ada atau tidaknya kemungkinan mendapat bantuan di jalanan. 

Roda kendaraan berputar memecah keheningan jalanan,  kepulan asap dari kenalpot menandai jauhnya perjalanan. Melewati jalanan yang diapit kebun dan hutan,  lalu perkampungan, dan padatnya lalu lintas perkotaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun