Mohon tunggu...
Gideon Budiyanto
Gideon Budiyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Writer

Manusia pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Dua Puluh Lima Menit Itu

24 Juli 2020   22:38 Diperbarui: 24 Juli 2020   22:38 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by Pexels from Pixabay

Kamar isolasi ini menjadi saksi bisu
Ketika kenyataan manis dan pahit bersatu padu
Dan rengkuhan mimpi mencoba memeluk kalbu
Itu dua puluh lima menit yang lalu.

Orang-orang masih mengucap lirih
Harapan yang sama silih berganti
Menemani perjalanan sampai ke ujung waktu
Itu dua puluh lima menit yang lalu.

Masih dua puluh lima menit yang lalu
Aku berjuang dalam doaku untuk kemenangan ragamu
Berharap Tuhan berkenan melakukan mujizatNya
Atau bisa menatap wajahmu walau semenit saja.

Dua puluh lima menit pun sudah berlalu
Kau memilih pergi dalam diammu
Melepaskan semua beban dari tubuhmu
Juga meninggalkan tangis serta tawamu.

Selamat tinggal kawanku
Nikmatilah duniamu yang baru
Hanya tetaplah ingat dua puluh lima menit itu
Ketika aku berjuang untuk deritamu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun