Mohon tunggu...
Gayuh Ilham Widadi
Gayuh Ilham Widadi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Jangan lupa bersyukur

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Jordan Henderson, Perjuangan dan Segalanya untuk Liverpool

27 Juni 2020   11:04 Diperbarui: 29 Juni 2020   12:22 5214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kemenangan Henderson pada Final UCL 2019 (liverpoolfc.com)

Kewaspadaan terhadap Pandemi Covid-19 nampaknya agak terpinggirkan beberapa pekan ke depan menyusul euforia kebahagiaan seluruh masyarakat Liverpool dan penggemarnya di seluruh penjuru dunia setelah mereka secara resmi memenangkan trofi Liga Primer Inggris musim kompetisi 2019/2020.

Mereka dipastikan mengunci gelar Juara liga Inggris ketika Chelsea berhasil mengalahkan Manchester City 2-1 pada Jumat (26/6/2020) di Stamford Bridge.

Kekalahan menyakitkan yang membuat Manchester City tetap mengoleksi 63 poin, dan tertinggal 23 angka dari Liverpool dengan raihan 86 poin dari total 31 laga. Meskipun The Citizens masih menyimpan 7 pertandingan sisa, mereka tak mungkin lagi menyusul Liverpool di singgasana klasemen.

Ingar-bingar, suka cita berpadu menjadi satu, lautan merah menyala di hati Liverpudlian saat ini. 30 Tahun Penantian panjang akhirnya terbayar lunas. Beragam ungkapan bak menjadi penghias riuh juara, terlebih bagi sang juru taktik Jurgen Kloop.

Tangan dingin Kloop yang mampu merubah kesan Liverpool sebagai tim "biasa saja" sejak tiga musim lalu hingga sekarang menjema menjadi tim superior bukan hanya di ranah Britania, namun sampai ke Kompetisi bergengsi Eropa (Uefa Champions League)

Terbukti, saat mereka berhasil masuk partai final dalam dua kesempatan, yakni pada medio 2018 dan 2019. meskipun pada tahun 2018 tersebut habis dicukur Real Madrid kala itu, namun di kesempatan berikutnya mampu keluar sebagai juara setelah mengalahkan Tottenham Hotspur dalam final bertajuk "all england final".

Tak hanya itu, pemain seperti Mo Salah, Firmino, Allison Becker menjadi sorotan penting dalam perannya membawa Si Merah Merseyside menjadi kampiun.

Banyak pihak mengapresiasi perjuangan Liverpool dalam menggapai titel juara Liga Inggris kali ini. Mulai dari konsistensi tim hingga akhir gelaran yang dibuktikan dengan statistik mentereng, dengan total kalah hanya tiga kali dalam 31 pertandingan, serta polesan Klopp yang mengorbitkan pemain biasa saja menjadi tokoh sentral dalam perjalanan Liverpool menggapai trofi.

Barangkali publik mempertanyakan daya magis apa yang dimiliki Juru Taktik asal Jerman tersebut hingga pada akhirnya mewujudkan mimpi panjang ini. Mulai dari gaya permainan hingga tempaan khusus kepada pemain menjadi daya tarik tersendiri untuk diungkap.

Sejatinya menurut Jurgen kunci utama mereka dalam merengkuh hasil maksimal di setiap pertandingan ialah konsistensi dan semangat juang.

Tapi, melihat sosok penting namun kurang memiliki nama tenar dibawah arahan Klopp nampaknya menarik untuk disimak.

Siapakah dia?

Dia adalah sang kapten Jordan Henderson. Tidak banyak kalangan memberikan perhatian spesial kepadanya, Bahkan banyak juga dari mereka menggambarkan bahwa ia hanya sebatas pelengkap dalam permainan dan pemain "biasa saja" tanpa atribut menonjol.

Menilik cerita pada awal karirnya di usia 7 tahun, ia kerap bermain di posisi sayap maupun striker, hingga kemudian beralih menjadi seorang gelandang hingga sekarang.

Jordan telah menghabiskan 10 tahun karirnya bersama tim muda Sunderland. Jordan pernah membawa Sunderland U-18 meraih juara liga secara dua musim berturut-berturut.

Setelah pindah ke Anfield, debut pertamanya dimulai pada Liga Primer musim 2011/2012, kala itu bertandang ke mantan tim nya dimana ia menjadi bahan cemoohoan suporter tuan rumah. Hasil imbang 1-1 menjadi hasil akhir. Cukup sepadan dengan awal perjuangan Jordan.

Gol pertamanya datang ketika berhadapan dengan Bolton Wanderers di Anfield. Maklum, dalam perjalanan karirinya di Liverpool tidak semudah membalikan telapak tangan, serta tuntutan keluarga untuk masuk skuat utama Liverpool kala itu yang sangat besar dan tidak banyak diketahui banyak orang.

Benar kata pepatah " berakit-rakit ke hulu berenang-renang ketepian. Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian "

Berkat kerja keras pantang menyerah Jordan mulai bisa bermain reguler bersama Liverpool mulai musim 2013/2014 hingga sekarang, meskipun dalam perjalanannya tetap menemui halang rintag, salah satunya cidera metatarsal pada tahun 2019.

Di dapuk menjadi Kapten sepeninggal Steven Gerrard yang gantung sepatu sempat membuat keraguan seluruh insan Liverpoolisme.

Dietmar Hamann, gelandang Liverpool periode 1999 hingga 2006 mengatakan, "Saya pikir (Henderson) adalah pemain yang baik tetapi apakah dia seorang kapten Liverpool, saya akan menyerahkannya kepada orang lain."

Lalu Stan Collymore, mantan penyerang The Reds periode 1995-1997, mempertanyakan jiwa kepemimpinan Henderson apakah layak menjadi pemimpin?"

Begitu juga dengan sebagian besar penggemar Liverpool mempunyai pandangan sejalan.

Melihat keraguan dan kecaman publik terhadapnya, lantas tidak membuat dirinya berkecil hati. Tahap demi tahap ia lewati dengan penuh usaha dan perjuangan.

(Independent.ie) 
(Independent.ie) 

" Teruslah bermimpi, walau kenyataannya jauh berbeda, Percayalah, lelah ini hanya sebentar saja, Jangan menyerah, walaupun tak mudah meraihnya" Kata Ipang, dalam lirik lagunya berjudul Meraih Mimpi. Tepat menggambarkan perjuangan Hendo dalam mewujudkan ekspetasi publik terhadap dirinya.

2019 menjadi puncak pertama pencapaian ayah satu anak tersebut, dengan ban kapten melingkar di lengan kirinya dan mencatatkan menit bermain penuh tanpa statistik negatif. Ia berhasil menjuarai gelaran Sepakbola prestisius Eropa (Champions League) setelah mengalahkan Tottenham Hotspur 2-0 di Wanda Metropolitano. Ups udah tau tadi di atas ya. Gapapa deh. Lanjut gais.

Puncak kedua seorang Henderson hadir jumat kemarin 926/06), Liverpool resmi menjadi kampiun Liga Inggris Periode 2019/2020. Menambah kiat pembalasannya terhadap cemoohan kepadanya dahulu.

Meskipun musim ini Henderson hanya bermain 21 kali sebagai starter dan 11 kali sebagai pemain pengganti di liga. Jumlah menit bermainnya (1983) masih jauh di bawah sembilan pemain Liverpool lainnya.

Pada posisi yang serupa dengannya, Georginio Wijnaldum (2736 menit) dan Fabinho (2013) jauh lebih sering bermain daripada Henderson.

Tapi penampilannya sejauh ini dibarengi dengan statistik baik nan unik loh, antara lain; (Sumber: Wyscout)

Liverpool memiliki persentase kemenangan 80 persen di semua kompetisi ketika Henderson bermain musim ini. Catatan tersebut turun menjadi 61,5 persen saat Henderson absen.

Jordan Henderson membuat 10,5 operan sukses ke sepertiga akhir lapangan dalam 90 menit di Premier League 2019-2020. Catatan tersebut hanya kalah dari Trent Alexander-Arnold yang memiliki rata-rata lebih banyak.

Liverpool kebobolan 0,8 gol per pertandingan di semua kompetisi saat Henderson bermain musim ini. Itu meningkat menjadi 1,76 gol per laga saat Henderson tidak bermain.

Sebagai seorang gelandang ia telah melakukan 55 tekel di Premier League musim ini. Catatan tersebut menjadi yang terbanyak di antara pemain Liverpool lainnya.

Di Premier League, Jordan Henderson berada di urutan ketiga untuk penguasaan bola di daerah menyerang musim ini. Ia melakukannya 1,1 kali per 90 menit.

Lalu apa yang menjadikan Jordan Henderson yang biasa dikenal sebagai "pemain biasa saja" namun memiliki eksistensi di hati Klopp?

Gaya Bermain di Era kepelatihan Jurgen Klopp

Terhitung sejak didatangkan dari Sunderland 2011 silam, nilai lebih Henderson adalah kemampuannya dalam mengolah dan mengoper bola.

Ia memiliki akurasi serta ketepatan operan yang baik dan mempunyai atribut menyerang. Berbeda dengan kompatriotnya terdahulu yakni Lucas Leiva yang amat defensif, atau Joe Allen yang mahir mengatur tempo.

Posisi Bermain
Dilihat secara jeli dari posisinya, ia ternyata bukan gelandang murni, tapi lebih menjorok ke sisi sayap. Saat Juergen Klopp datang menukangi The Reds, ia mulai mendapatkan peran yang lebih vital.

Malah, dalam formasi 4-3-3, bisa dibilang Henderson memiliki peran yang paling penting. Berada di titik sentral menjadi pengatur ritme timnya.

Tak ada yang lebih baik dari Henderson soal distribusi bola. Menurut catatan WhoScored, Henderson menjadi pemain yang paling intens melepaskan umpan dengan rata-rata 72,5 umpan sukses per laga ---kendati, tetap dalam konteksnya manusia itu tidak ada yang sempurna dan selalu kurang di mata sesama manusia juga, tetap ada yang mengkritik bahwa mayoritas operan Henderson adalah ke samping, bukan langsung ke jantung pertahanan lawan.

Kemampuan Bertahan

Meskipun dibilang sebagai pemain tidak spesial, nayatanya Hendo (sapaannya) memiliki atribusi cukup menawan perihal urusan bertahan, suksesor Steven Gerrard itu berhasil membukukan rata-rata 2,9 tekel di tiap pertandingan ---jauh lebih banyak ketimbang Joel Matip.

Pengaruh Masif di lapangan

Bagi gelandang seperti Henderson, pengaruhnya di kesebelasan tak bisa diukur dari gol dan asis. Namun salah satu statistiknya yang menonjol adalah 3,3 long balls (bola panjang) per pertandingan.

Angka ini merupakan yang terbaik keempat di Liverpool setelah Van Dijk (mengirimkan 5,3 bola panjang per pertandingan), Alisson (4,8), dan Alexander-Arnold (4,0). Mereka semua adalah pemain belakang; Alisson bahkan penjaga gawang. (dilansir dari laman Opta )

Pergerakan Saat Bola Panjang

Henderson punya kesempatan lebih untuk dilibatkan dalam skema penyerangan Liverpool, meski itu terjadi tidak lebih dari dua atau tiga kali dalam setiap pertandingannya. Skema utama di mana Henderson bisa berkontribusi adalah saat Liverpool mengirimkan bola panjang.

Pergerakan para gelandang Liverpool efektif pada situasi tersebut. Bisa dilihat ketika ia mencetak gol ke gawang Southampton (05/04), dia berlari mencari ruang kosong saat bola panjang dikirimkan ke wilayah sayap kiri pertahanan lawan.

Kepemimpinan dan Komunikasi Baik

Jiwa kepemimpinan membuatnya menjadi panutan bagi seluruh punggawa Liverpool, termasuk Van Dijk yang menilai Henderson merupakan orang paling fantastis yang pernah dia temui. Kemudian Cara komunikasi dan penyampaian taktik secara benar dan sesuai arahan sang pelatih menjadi faktor lancarnya strategi dalam meraih kemenangan.

Selain itu, kepribadian menjadi tolak ukur dalam meraih kesuksesannya sejauh ini. Jurgen Klopp terang terangan bahwa yang dia sukai adalah cara dia menggunakan semua pengalaman yang dialami untuk berbagi dengan segala kerendahan hati, lapang menerima kritikan untuk membantu orang lain melalui situasi sama sepertinya. Ucapnya.

Bek muda, Alexander-Arnold mempunyai penilaian sama. " kami (liverpool) tidak akan berada sejauh ini tanpa dia." Ujarnya kepada ESPN

Begitulah,  secarik titah perjuangan Jordan Henderson dalam tugasnya menjadi pemimpin penuh panutan dan tanggung jawab. Semoga kedepan ia mampu memberikan kontribusi lebih baik lagi untuk kejayaan Liverpool pada khususnya.

Kisah ini menjadi bukti nyata bahwa setiap orang mempunyai cerita perjuangannya tersendiri, entah itu kisah manis bahkan sampai perjalanan yang menguras air mata. Jadi kesuksesan sebenarnya datang dari bagaimana cara kita menyikapi keadaan.

Selamat kepada Liverpool. Selamat Capt !!

You Never Walk Alone !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun