Mohon tunggu...
NewK Oewien
NewK Oewien Mohon Tunggu... Petani - Sapa-sapa Maya

email : anakgayo91@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Mewujudkan Cita-cita Masa Kecil di Kompasiana

20 November 2016   21:29 Diperbarui: 20 November 2016   21:55 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pada saat awal masuk SMP, ketika baru pertama masuk sekolah, Guru Bahasa Indonesia masuk. Seperti biasanya selalu dengan acara perkenalan. Kebetulan saya ditunjuk pertama. Setelah memperkenalkan semua, ternyata ada yang kurang, cita-cita. Saya kebingunggan. Apa ya cita-cita saya?

Tiba-tiba tubuhku panas dingin. Berkeringat sambil menggigil. Melihat kondisiku tidak menentu begitu, teman-teman baru pada senyum-senyum semua. Lama terdiam, Guru mendesak dengan menjelaskan apa arti cita-cita. Dengan perasaan malu aku masih bingung, asal ucap saja, “Cita-citaku menjadi Penulis.” Saya yang masih malu, walaupun Buk Guru mengatakan bagus.

Ternyata cita-cita yang disebut ngasal itu, memakan tuannya sendiri. Setiap pelajaran mengarang saya jadi bulan-bulanan Guru, didukung teman-teman. Pak Guru sering mojokin saya: “Calon penulis kok tulisannya jelek. Harus rajin ya.” Atau “Karanganmu Kok begini, kok begitu….” Dll.

Nah, untuk memenuhi cita-cita saya yang terlanjur terucap, jadilah Bulan April lalu saya bergabung di Kompasiana, dengan catatan kalau ada kesempatan. Saya jadi Kompasianer kira-kira sudah lebih satu tahun, hanya menjadi pembaca saja. Memang saya dulunya suka membaca, tapi tidak menulis. Dipikir-pikir sekalian saja menulis.

Kenapa Kompasiana? Padahal bisa buat Blog sendiri? Alasannya, di Kompasiana ada Guru (Admin). Sama saja kayak saya SD dulu, setiap pulang sekolah selalu membawa ponten (nilai), menjadi alas an saya rajin sekolah. Prihal ponten baik ataupun buruk, terserah saja. Ada pengawasan. Jika tulisan baik atau bermanfaat, langsung dicap admin Highligt, atau Headline jika lebih baik lagi. Dicap atau tidak bisa jadi pelajaran kedepannya.

Selain itu, alasan saya betah di Kompasiana karena rame. Penulis/Kompasianer sangat majemuk. Dari berbagai daerah, beragam watak, gaya tulisan. Walaupun tidak aktif semua, seperti saya, tapi banyak jugatulisan tayang setiap harinya. Penulis hebat terdapat diberbagai kanalnya. Di Politik ada Pak Yon Bayu, Mas Sahirul Alim, dll. Di bagian Fiksi ada Ratu Fiksi Fitri Manalu, Pak Ihwanul Halim,,,dll. Yang lebih fresh ada pak Jati. Atau mau agak pusing, berkunjung ke lapak bang S Aji. Dan semuanya memang hebat.

Momen Terbaik Saya
 Kalau kompasianer lain, momen terbaiknya, kerena artikelnya Headline melulu, bagi saya cukup bisa 'posting'. Atau jika teman kompasianer merasa diatas angin kerena artikelnya masuk kanal terpopuler, hit ribuan sampai puluhan ribu, bagi saya cukup admin saja mampir–meski tak dibaca sampai akhir.

Selain itu, yang menjadi momen terbaik saya, ketika ada blog competition yang diadakan pemerintah, swasta juga ok sebenarnya. Saya akan sempatkan nyumbang artikel. Karena siapa tau artikel kita dapat mengkampanyekan kebaikan. Untuk Indonesia loe. Prihal masuk pilihan atau tidak, bukan masalah buat saya, yang penting sudah berbagi dan semoga bermanfaat. Na, tadi saya baru tau ternyata ada artikel saya jadi pilihan. Ini. Hal ini membuat saya senyum-senyum sendiri, bukan karena bonusnya (tidak perlu keras-keras, sebenarnya pingin), tapi menurut keterangannya akan digunakan untuk mengkampanyekan/mensosialisasikan masyarakat. Hebatkan. Bukankah manusia harus berguna untuk sesama?

Dari semua itu, sebenarnya yang paling mengesankan bagi saya adalah karena saya sudah mewujudkan cita-cita saya ketika salah ucap waktu dulu. Meski menulis seperti datangnya gerhana matahari. Heehee.

Musabab, saya jarang online: pertama, karena Sinyal. Maklum kawan tinggal di pedalaman. Tepat tertentu saja bias berselancar, hanya pakai HP (nah masalahnya HP saya jadul, gak bisa log in). Untungnya didalam rumah saya gak bisa, kecuali diatas genteng. Untungnya lagi, keatas genteng harus pakai tangga, dan siap-siap diketawain orang. Kedua, karena Pekerjaan bukan yang kekinian: bermain dengan komputer. Terutama bagi saya, kata admin, jangan terlalu serius, hidup tak melulu online. #ehh, politik ya?

Satu lagi, ada yang mengesankan ketika saya berkompasiana. Yaitu ketika saya mau posting, malam-malam, gerimis pula, ketika saya sudah diatas genteng, eh gak bisa log in. Wadoh. Tapi, saya percaya pada tentara Kompasiana, selalu siap siaga membasmi lawan yang bernama R.

Eh, ini topiknya Curhatkan?

Selamt Ulang Tahun Kompasiana.

Gayo Lues

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun