Mohon tunggu...
NewK Oewien
NewK Oewien Mohon Tunggu... Petani - Sapa-sapa Maya

email : anakgayo91@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyoal Dana Desa, Pelaksana "Harus" Jadi Maling

11 Juli 2017   17:04 Diperbarui: 10 Agustus 2017   13:11 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://baranewsaceh.co/2016/03/21/ada-pungli-dana-desa-di-aceh-tenggara/

Hingar bingar terkait dana desa sedang menggelembung di daerah penulis. Pasalnya, dana segar yang dimiliki masyarakat kampung itu 60% nya sudah ditransfer pemerintah ke rekening mereka. Sudah siap dihanguskan demi kemajuan. Sangat terlambat sebenarnya, karena itu untuk sebagian kampung yang lelet, jumlah SILPA akan berpeluang bengkak lagi.

Sama dengan tahun sebelumnya, penghakiman warung kopi warga yang bisa divonis 'tidak tau apa-apa' seperti silet mengiris Pemegang Kekuasaan dan Pelaksana kegiatan. Tanpa ampun, entah itu benar atau tidak, pokoknya salah. Begitu.

Jika ditanya kenapa begitu. Jawaban mereka tahun sebelumnya begitu. Ditanya tau darimana. Mereka bingung menjawab.

Daerah penulis memang bisa dikatagorikan didiami orang-orang yang kurang berpendidikan---prihal ini saya tidak tau pihak yang bisa disalahkan. Bahkan, sebagian masih bingung merincikan belanja dengan jumlah kocek sepuluh lembar pak Karno. Apalagi sampai satu Milyar.

Karena itu proses penyusunan APBKp (APBDes) saja harus merental jasa orang.

APBKp sudah jadi, selanjutnya proses verifikasi di Kecamatan. Tentu saja tidak ada yang instan. Corat-coret dari pihak kecamatan yang sebenarnya ringan saja, tapi bagi yang kurang pengetahuan dan kurang tanggap apa pun yang digores telah jadi berat. Cukup memusingkan kepala.

Disitu pihak Kecamatan punya 1001 cara 'memalak' orang kampung. Dan orang kampung yang tidak mau ribet menjulurkan tangan dibawah meja. Penegak kebenaran yang tidak benar langsung menyambar Amplop dibawah meja. Stempel verifikasi pun ditancap diatas kertas.

"Kalau sudah cair, jangan lupa ya!" Kata terakhir perpisahan sementara yang tersirat maksud.

Kemudian di DPMK juga bisa jadi sama. Malah, konon corat-coretnya lebih berwana. Jumlah anggaran tidak singkron dengan UU dipermasalahkan, tidak masuk logika dipertanyakan dan kegiatan-kegiatannya diutak-atik.

Orang kampung bahkan tidak tau arti "singkron" dan "logika" serta bahasa "tinggi" lainnya kewalahan. Tradisi bahwa semua pertanyaan itu terkait pulus sudah melekat. Tentu tanpa dikomando orang kampung melakukan trik jitu seperti diatas. Jleb, ternyata jika memang itu maksudnya proses langsung jadi.

"Kalau sudah cair, jangan lupa ya!" Kata terakhir perpisahan sementara yang tersirat maksud.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun