Mohon tunggu...
NewK Oewien
NewK Oewien Mohon Tunggu... Petani - Sapa-sapa Maya

email : anakgayo91@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Siapa Sih Tidak Kenal Afi Nihaya dan Basuki Tjahaya?

11 Juni 2017   19:39 Diperbarui: 12 Juni 2017   03:47 976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://kontenesia.com

(Sebelumnya saya memasang tameng praduga tak bersalah) Saya kira kisah keduanya menyerupai proses pembakaran Jagung, tapi pengipas bara terbagi menjadi dua. Salah satu kelompok pengipas ingin bara tetap menyala, hingga pembakaran Jagung terlaksana. Di lain kelompok ingin sebaliknya, alasan mereka juga tidak terbantah, karena menurut mereka Jagung yang sedang terpanggang tidak baik, tidak mengandung gizi kalau dikonsumsi. Jadilah pertentangan keduanya berlanjut, tidak mau ngalah dari kedua kelompok jadi biang masalah. Jagung yang dibakar hanya terbalut jelaga, tidak matangdan arang pun menjadi abu. Tidak penting.

Padahal, saya kira kisah mati-matian orang-orang di---meminjam kata-kata Gusdur---"Taman Kanak-Kanak" sekarang ini jauh lebih penting dari kisah keduanya. Berdasarkan asumsi kelakuan mereka sangat sedang berulah. Mereka-mereka yang dipercaya rakyat sebagai pedang melibas musuh, malah beraksi keras menumpulkan pedang rakyat lainnya yang sedang tajam-tajamnya. Ini saya heran, kok wakil rakyat membuang muka pada keinginan rakyat.

Tapi, setidak penting apapun kisah pasti meninggalkan pembelajaran, kita semua tau. Pertama, rekaman sejarah Afi akan terus diputar dalam ingatan, membuat kita waspada sepinter dan sedoyan apapun kita menulis harus dipastikan kalau kita tidak jadi maling. Bagaimana kalau kita lupa dan terlanjur nulis? Ya, akui saja tidak usah berulah. Kedua,tontonan dari tokoh drama yang bernama Ahok membuat kita akan semakin awas dengan suara yang keluar dari jugur. Bagaimana kalau sudah terucap? Ya, akui saja tidak perlu merasa didiskriminasi dan taat pada hukum meski tidak sengaja---kalau kesandung batu, walau pun tidak sengaja pasti terasa nyeri pada kaki, bukan?

Kemudian, siapa yang bertanggung jawab kalau kisah keduanya berdampak negatif terhadap pengamalan revolusi mental? Ya media dan kita-kita sebagai pengipas bara. Lalu, siapa yang layak dipuji kalau kisah mereka berdampak positif? Ya, media dan kita-kita sebagai pengipas bara.

Lantas, kenapa pada awal saya bertepuk tangan pada orang-orang yang tidak tau Afi dan juga Ahok? Ya, karena mereka tidak atau belum jadi korban media. Hehe.

Akhirnya, apapun itu keduanya telah mencipta sejarah. Terserah sebagai sejarah apa kita menganggap, baik atau tidak. Yang jelas kita akan mengingatnya. Apalagi saat (mungkin) terulang kembali kisah serupa.

Sampai paragraf ini, akhirnya saya pun sadar (pura-pura), pada kenyataannya, saya bilang tadi tidak penting, tapi sudah  turut andil mempublikasikan kedua tokoh. #Wadooh! *Tepok Jidat. ------ Ini plagiat juga, kah?

Karena saringan saya sering tidak meninggalkan ampas, dan lupa mecatat wujud empunya, hingga tidak jarang asal-muasal saripati yang kuhidangkan terbengkalai. Dari itu, saya mohon koreksi dan tentunya banyak minta maaf.

#tes kompasiana baru

Gayo Lues, 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun