Mohon tunggu...
Gavriel Allenfar Daeli
Gavriel Allenfar Daeli Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menyukai musik dan olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Ganda Pria sebagai Single Parent dalam Manajemen Keluarga dan Pengaruhnya dengan Kesejahteraan Keluarga

28 Mei 2023   21:00 Diperbarui: 28 Mei 2023   21:12 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Keluarga merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu kehidupan dan menjadi tempat pertama seseorang memulai kehidupannya. Orang tua memiliki peran yang penting dalam keluarga, sebab mereka merupakan cerminan yang dapat dilihat dan ditiru oleh anak-anaknya. Biasanya orang tua dalam sebuah keluarga terdiri dari satu ayah dan satu ibu. Namun, tidak jarang ditemui apabila dalam sebuah keluarga terdapat single parent atau orang tua tunggal. Keluarga dengan single parent adalah keluarga yang hanya terdiri dari satu orang tua yang memiliki tanggung jawab untuk membesarkan anak-anak tanpa kehadiran, dukungan, dan tanggung jawab pasangannya dan hidup bersama dengan anaknya dalam satu rumah.

Fenomena single parent bukan hanya terjadi di Indonesia yang merupakan negara berkembang, tetapi juga terjadi di berbagai negara maju. Tugas pengasuhan anak akan lebih banyak mengalami hambatan apabila hidup sebagai single parent, salah satunya adalah perkembangan anak akan berpengaruh akibat kurangnya kehadiran salah satu peran orang tua. Begitu juga dengan menjadi seorang single father yang mengalami hambatan dan masalah dalam memenuhi perannya. Dalam usaha untuk memenuhi perannya sebagai single father, seseorang akan dihadapi oleh kelelahan emosional. Terdapat tiga aspek dalam kelelahan emosional, yaitu fisik, emosi, dan mental. Tidak hanya single mother, namun single father juga harus berjuang untuk mengatasi kelelahan tersebut.

Parenting merupakan pola pengasuhan anak atau dimaknai dengan pola asuh anak berupa tindakan atau upaya orang tua dalam mendidik, mengajar, membimbing, mengasuh, dan membiasakan sang anak agar sang anak dapat bertingkah laku sesuai dengan norma dan perilaku masyarakat yang dianggap baik. Setiap orang tua pastinya memiliki pola pengasuhan anak yang berbeda-beda, apalagi pola asuh yang diterapkan seorang orang tua tunggal. Pola asuh yang diterapkan oleh ayah tunggal menurut penelitian Parinduri dan Fadilah (2018), dibagi menjadi tiga antara lain permisif, otoritatif, dan otoriter style parenting. 

Pola asuh permisif merupakan sebuah pola asuh yang menerapkan prinsip kebebasan kepada anak tanpa adanya aturan dan tanpa adanya tanggung jawab yang dituntut oleh orang tua. Pola asuh otoritatif merupakan pola asuh yang menuntut anak, tetapi orang tua juga merespons. Pola asuh seperti ini, orang tua lebih menekankan kemandirian anaknya dalam mengasuh kontrol dirinya sendiri. Pola asuh otoriter merupakan pola asuh yang cenderung tidak konsisten, rendah, tidak menerima kritik, kurang memberikan kebebasan kepada anak, dan hukuman yang keras. Model pengasuhan seperti itu dapat menimbulkan rasa trauma psikologis pada anak dan menyebabkan cedera serta merusak saraf mereka. 

Umumnya pengasuhan anak identik dengan peran seorang ibu, walaupun terdapat beberapa persen dari keseluruhan pengasuhan di seluruh dunia dilakukan oleh seorang ayah. Peranan seorang ayah secara universal dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu paternal engagement, aksesibilitas, dan tanggung jawab. Menjadi seorang ayah tunggal dan menjalankan peran ganda bukan hal yang gampang, terutama dalam hal merawat anak, mengajarkan pendidikan moral kepada anak, dan mengurus pekerjaan rumah lainnya. Adanya perubahan peran ini mengakibatkan beberapa ayah tunggal mengalami kelelahan baik secara fisik maupun emosional. Kelelahan emosional dapat bersumber dari adanya beban tanggung jawab penuh dalam mengasuh anak. Selain itu, adanya pola asuh yang berbeda antara ayah dan ibu tunggal. Seorang ayah cenderung untuk memanjakan anak, posesif, dan kurang percaya bisa mendidik anak. Sedangkan seorang ibu cenderung memiliki pola asuh yang membagi tugas kepada setiap anak agar mempunyai sifat yang mandiri. 

Pola pengasuhan yang dilakukan oleh seorang orang tua tunggal baik ayah tunggal maupun ibu tunggal tentunya dapat menimbulkan dampak positif maupun dampak negatif terhadap anak. Dampak negatif dari hal tersebut dapat mempengaruhi perilaku anak, seperti pemarah, berkata kasar, suka melamun, suka memukul, menendang dan juga menyakiti orang lain. Hal itu sangat mempengaruhi kesehatan mental dan psikis anak. Dampak yang paling tidak diinginkan yaitu apabila anak mencari pelarian di luar rumah, seperti menjadi anak jalanan, terpengaruh narkoba, minum minuman keras, merokok dan sebagainya untuk melenyapkan kegelisahan dalam hatinya. Salah satu faktor anak melakukan hal tersebut karena anak merasa kurang kasih sayang dan perhatian dari kedua orangtuanya. 

Dibalik dampak negatif tersebut tentunya terdapat dampak positif seperti anak akan terhindar dari komunikasi kontradiktif orang tua, tidak akan terjadi komunikasi yang berlawanan dari orangtua seperti ibunya mengizinkannya tetapi ayahnya melarang. Nilai yang diajarkan oleh ayah biasanya diterima penuh karena tidak terjadi pertentangan, ayah berperan penuh dalam pengambilan keputusan  yang tegas, dan anak lebih mandiri serta semakin tangguh karena terbiasa tidak selalu didampingi.

Tantangan yang seringkali dihadapi oleh ayah tunggal merupakan masalah yang bersumber secara emosional, masalah fisik dan psikologis, tantangan dalam menyiapkan pendidikan bagi anak-anak, serta mengasuh dan menyayangi anak-anaknya. Tantangan-tantangan tersebut harus dihadapi seorang ayah untuk menjamin kualitas serta kesejahteraan keluarganya. Keluarga sejahtera dan berkualitas adalah sebuah keluarga yang dapat memenuhi segala kebutuhan dari berbagai aspek, seperti aspek pendidikan, ekonomi, kesehatan, sosial budaya, kemandirian keluarga, dan nilai spiritual. Kebutuhan keluarga dapat terpenuhi dengan pendapatan yang diperoleh dari bekerja dan digunakan konsumsi untuk mencapai kesejahteraan. Maka, pendapatan dan konsumsi dapat dijadikan sebagai parameter sederhana untuk menentukan tingkat kesejahteraan keluarga. Pendapatan yang lebih besar dari tingkat konsumsi memberikan arti bahwa keluarga tersebut memiliki tingkat kesejahteraan, sedangkan keluarga yang memiliki pendapatan lebih kecil dari tingkat konsumsi akan memberikan dampak terhadap kurang sejahteranya keluarga.

Kesejahteraan ayah tunggal dalam kondisi single parent tidak hanya dapat diukur dengan kondisi pendapatan, biaya hidup, dan pertambahan peran ayah dalam keluarga. Kondisi psikologis yang mempunyai berbagai jenis kondisi dan dipengaruhi oleh berbagai faktor juga mempengaruhi kesejahteraan keluarga single parent. Dalam keluarga single parent, peran ayah bertambah untuk menutupi peran yang ditinggalkan oleh ibu. Seorang ayah tunggal umumnya berperan sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah, dan harus merawat anak-anaknya serta mengurus pekerjaan rumah lainnya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun