Setiap hari sabtu saya pergi ke pasar untuk belanja kebutuhan dapur untuk satu minggu. Kali ini saya berniat untuk belanja di pasar rakyat dimana para pedagang nya semua berada dipinggir jalan. Saya belanja disini dengan tujuan saya tidak perlu membayar parkir dan belanja saya tidak perlu ditinggalkan dimana-mana.
Kali ini saya beli sayuran yang berbeda dengan minggu-minggu yang sebelumnya. Saya membeli kol ungu kepada seorang pedagang. Saya mencoba untuk bertanya tentang harga
saya :berapa  sekilo ibu ? Â
Pedagang : 15.000 suster.
Saya : Tidak kurang lagi
Pedagang : Kalau mau yang murah beli ditempat lain.
Waduh,saya terkejut mendengar perkataan itu. Sebenarnya saya jengkel mendengar perkataan itu, tapi saya berusaha menghibur hati sendiri semoga ada yang lebih murah ditempat lain. Memang benar tak jauh dari tempat pedagang yang pertama,ada yang jualan kol ungu. Saya menghampiri pedagang itu dan melakukan hal yang sama.
Saya : Berapa sekilo ibu ?
Pedagang : 12.000 suster,mau berapa kilo suster ?
Saya : Saya mau dua kilo ibu
Hati saya lega. Ternyata ada yang lebih baik,yang bisa diajak kompromi.Saya senang ,ibu penjual juga senang. Harga yang ditawarkan lebih murah dibanding  harga sebelumnya. Yang pertama dijual dengan harga mahal sehingga banyak pembeli yang berpaling darinya.Karena orang lain juga mencari harga yang lebih bersahabat. Mempertahankan harga yang demikian hanya merugikan diri sendiri,membuat jualan sendiri menjadi tidak laku,coba kalau harganya diturunin dikit aja,pasti saya beli.