Mohon tunggu...
Sr. Gaudensia Habeahan OSF
Sr. Gaudensia Habeahan OSF Mohon Tunggu... Guru - Biarawati
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hidup ini indah, seindah saat kita dapat berbagi dengan sesama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dipanggil untuk Mencintai

21 Agustus 2020   13:44 Diperbarui: 21 Agustus 2020   13:39 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap orang pasti merasa senang ketika dicintai. Baik dari orang -orang sekitar maupun dari rekan kerja,dan kita merasa nyaman ketika kita dicintai. Cinta yang dimaksudkan disana membawa satu kekuatan tersendiri dan nyata kita alami yaitu ada penerimaan seutuhnya (at home dengan yang lain). Demikian juga sebaliknya yang terjadi ketika kita mencintai orang lain, kita akan mengupayakan apa saja yang membuat hatinya senang. Sgenap kekuatan kita kerahkan untuk menyatakan bahwa aku mencintainya. Wujud cintanya diwujudkan dalam aneka bentuk,bisa lewat perhatian,pemberian dan macam-macam.

Setiap kita tentu berhak untuk mencintai dan dicintai. Kemampuan mencintai adalah kemampuan untuk menaruh rasa empati terhadap orang lain. Mampu merasakan apa saja yang dialami oleh orang lain,entah itu suka ataupun duka. Mencintai bukan saja karena kemapanan hidup seseorang melainkan karena citra Allah yang ditemukan dalam diri sesamanya. Cinta itu tidak egois,tidak memaksakan kehendak sendiri dan juga tidak menyombongkan diri.

Relasi antar sesama manusia merupakan relasi yang solider,setia kawan,saling mendukung dan saling memahami. Relasi ini menjadi satu kekuatan bagi kita untuk menumbuhkan sikap saling dalam diri kita. Saling memiliki,saling menghargai,saling menghormati dan lain-lain.  Dalam relasi pasangan hidup disebut sebagai "Belahan jiwa". Kalau di kalangan religius relasi nya lebih mengarah kepada Tuhan melalui hidup doa dan pelayanannya. Dalam relasi itu juga kita harus menaruh rasa belas kasih antara yang satu dengan yang lain. Pertanyaannya,apakah tindakan mengasihi merupakan sesuatu yang mudah untuk dilakukan ? bagaimana jika hal itu tidak menguntungkan bagi saya ?

Mengasihi adalah kata yang mudah diucapkan, apalagi dalam situasi berkecukupan. Namun kekuatan kasih muncul secara jelas dalam situasi kesulitan. Dalam situasi penderitaan, khususnya di masa pandemi ini, kesedihan, rasa sakit, kekecewaan dan kegelisahan, kasih kita sedang diuji. Ketika melihat orang yang sedang berkekurangan,apakah aku sanggup berbagi ? atau aku hanya memilih sebagai penonton atas derita mereka .

 Dalam hal ini saya teringat sebuah kegiatan yang kami lakukan di awal pandemi,kami atas nama JPIC membagikan sembako kepada orang-orang yang kami lihat kurang mampu,misalnya tukang becak,pedagang-pedagang di lampu merah ,dan juga membagikan sembako kepada orang-orang yang ada dipinggiran. Kegiatan ini rutin dilakukan 2 kali dalam seminggu. Sekali sembako dan sekali lagi makanan. Dalam suatu kesempatan ketika membagi sembako orang banyak menyerbu kami,bukan saja orang -orang yang berkekurangan melainkan orang-orang yang masih sanggup kerja. Berlomba untuk mendapatkan sembako yang kami bawa,biasanya kami bagi dengan cara mengantarnya langsung kerumah warga atau langsung ke orangnya. Kali ini begitu mobil brhenti sudah langsung diserobot dan kami pun terpaksa berhenti untuk membagikan sembako itu. Untuk saya sendiri mencintai dan mengasihi adalah tugas saya,akan tetapi porsi cinta yang dibutuhkan setiap orang itu berbeda. Pada saat itu mata saya terbuka,ketika yang namanya untung ,seseorang itu berusaha untuk mendapatkannya tanpa memperhatikan sekitarnya,terlalu egois  karena hanya mementingkan dirinya  sendiri.Ini merupakan contoh kecil dari tindakan mengasihi.

Dan masih banyak kejadian yang menguji kepribadian kita,apakah kita mampu mengasihi atau tidak ? Dan kesediaan kita untuk mengasihi sering diuji oleh keadaan yang ada di sekitar kita. Entah dalam keluarga maupun di tempat kerja atau tempat yang lain. Ujian itu tampak ketika kita berhadapan dengan situasi-situasi yang tidak kita harapkan,misalnya ketika marah,jengkel dan lain sebagainya. saya sendiri menyadari bahwa aku rapuh dan tidak selalu mampu untuk mencintai. Namun bagaimana dalam kerapuhan itu saya ingin tetap mengasihi sesama  dengan segenap hatiku dan dengan segala kekuranganku, dan membuktikan kasih itu dengan kesetiaan dan kerelaanku untuk mengampuni dan menerima mereka. Sebab mereka adalah mahluk tak sempurna sama seperti saya.

Mengasihi Allah, juga bukan sekedar terwujud dalam ketekunan dan kesetiaan dalam hidup doa dan berserah diri, namun juga terwujud dalam kesetiaan dalam berusaha dan perjuangan dalam mencinta sesama. Bagaimana di tengah situasi sulit, aku juga tetap bisa mencintai Allah yang ada dalam diri sesamaku, karena setiap orang adalah citra Allah. Maka, aku mengasihi sesama bukan semata karena diri manusiawinya , namun karena Allah juga hadir di dalam dirinya. Apabila aku tidak bisa mengasihi sesama dengan kelimpahanku, mungkin aku tetap bisa mengasihi sesamaku dengan doa-doaku.

Mari kita saling mengasihi sebab itu adalah tugas kita bersama.

Salam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun