Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

PSE Kominfo: Berkaca pada Kematian Neda Agha Soltan

2 Agustus 2022   12:38 Diperbarui: 2 Agustus 2022   12:45 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Neda Agha Soltan (Sumber: LATimes.com)

Aturan PSE (Penyelenggara Sistem Elektronik) Kominfo melahirkan beragam sanksi administratif bagi penyedia platform digital. 

Dalam PSE Kominfo yang dituangkan lewat Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 5 Tahun 2020 itu terdapat pasal yang menyatakan jika dalam waktu 1 X 24 jam PSE tidak menghapus (takedown) konten yang dinilai melanggar "ketentuan", maka PSE tersebut akan dikenai sanksi berupa pemutusan akses.

Terbayang betapa repotnya karyawan PSE jika dalam setiap harinya mendapat surat dari Kominfo. Kemudian, karyawan PSE tersebut menghapus satu persatu konten yang oleh Kominfo dianggap bermasalah.

Hoax Kematian Neda Agha Soltan

Tampak sesosok tubuh yang tergeletak di badan jalan. Darah segar membasahi hidung, mulut, dan matanya. Kedua mata gadis cantik itu masih membuka tajam saat kamera yang merekamnya mendekat.

Itulah salah satu rekaman video itu yang viral lewat YouTube, Facebook, dan Twitter. pasca-aksi unjuk rasa menolak hasil Pilpres Iran yang berlangsung di Teheran, Iran, pada 12 Juli 2009.

Gadis yang terekam video itu disebut-sebut bernama Neda Agha Soltan.

Video kematian Neda itu telah meledakkan kemarahan rakyat Iran. Keesokan harinya puluhan kota di Iran dipenuhi massa yang turun ke jalan. Bukan saja di Iran, di sejumlah kota Eropa dan Amerika Serikat berlangsung aksi serupa.

Situasi politik, geopolitik, dan kebijakan nuklir Iran turut memanaskan aksi massa.

Di kota-kota di Iran, massa yang marah melakukan aksi pembakaran. Chaos menjalar dari ibu kota Teheran ke kota-kota lainnya. 

Jika saja ketika itu pemerintah Iran gagal meredamnya, besar kemungkinan Iran menjadi negara pertama yang mengalami Arab Spring.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun