Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Spyware Mengintai, Menkominfo Johnny Plate Ajak SiBerkreasi Edukasi Masyarakat

25 Juli 2021   08:58 Diperbarui: 25 Juli 2021   09:01 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Isu spyware masih menjadi sorotan. Pada akhir 2020, spyware yang diberi nama Pegasus menjadi momok bagi pengguna telepon genggam. Belakangan, dunia kembali dihebohkan oleh kemunculan perangkat pengintai lain, yaitu Devils Togue yang lebih dikenal dengan nama Candiru.

Karuan saja, kemunculan kedua spyware tersebut, terutama Pegasus, tidak bisa dianggap remeh. Untuk menjaga pertahanan siber Indonesia dari serangan spyware mengatasinya, pada November 2020, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate mengatakan kementerian yang dipimpinnya telah menjalin kerja sama dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).

"Hal-hal yang geo-strategis tentu kita harus berbicara dengan lembaga yang berkompeten, yaitu BSSN. Kominfo setelah ini saya akan melihat patroli siber Kominfo," kata  Menkominfo Johnny Plate usai rapat kerja dengan Komisi I DPR RI di Gedung DPR, Jakarta, pada 5 November 2020.

Pegasus adalah spyware yang dikembangkan oleh NSO Group, sebuah perusahaan asal Israel. Perangkat pengintai ini dapat diinstal secara diam-diam pada di ponsel dan perangkat lainnya yang menggunakan OS iOS dan Android.

Karenanya, sebagaimana yang diinformasikan oleh sejumlah media, spyware Pegasus mampu meretas ponsel, khususnya pengguna WhatsApp. Produsen Pegasus yang berasal dari Israel, NSO Group, dituduh meretas 1.400 ponsel oleh perusahaan induk WhatsApp, Facebook.

Sebenarnya, keberadaan Pegasus sudah terendus sejak 2016. Ketika itu, perangkat mata-mata yang mengfambil nama kuda bersayap dalam mitologi Yunani ini sudah mampu membaca pesan teks, melacak panggilan, mengumpulkan kata sandi, melacak lokasi, mengakses mikrofon dan kamera perangkat target, dan mengumpulkan informasi dari aplikasi. 

Kemampuan Pegasus tersebut sejatinya tidak mengherankan. Sebab, Pegasus memang spyware yang didesain untuk memantau semua kegiatan pengguna ponsel, seperti SMS, email, data lokasi, riwayat browsing, panggilan telepon, dan lainnya. Karenanya Pegasus bisa menginfeksi melalui tautan yang dikirim lewat SMS. Pegasus biasanya digunakan pemerintah dan badan intelijen.

Sampai skhir Desember 2020 lalu, peneliti dari pengawas keamanan siber Citizen Lab menemukan adanya serangan Spyware Pegasus pada 1.400 pengguna WhatsApp global. 

Pada 19 Juli 2020, mantan kontraktor NSA Edward Snowden menuliskan cuitannya dengan melampirkan foto layar yang diambilnya dari The Guardian.

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun