Di dunia pewayangan ini, hanya titisan Batara Wisnu yang mampu melihat kebenaran sekalipun kebenaran itu ditutupi timbunan tanah yang menggunung. Seorang titisan Wisnu pastinya sanggup membaca dengan benar kalimat "Pak Jokowi dimenangkan secara legal, tetapi legitimasi ada pada Prabowo" yang dituturkan Rocky Gerung.
Bagi titisan Wisnu kalimat tersebut dapat dijelaskan menjadi "kemenangan Jokowi dalam Pilpres 2019 sudah sah menurut hukum yang berlaku. Tinggal, apakah Prabowo mau menerimanya atau tidak".
Rocky paham benar jika Negara Republik Indonesia adalah negara hukum. Karena kepahamannya itu, Rocky tahu pasti kalau setiap warga negara mau tidak mau harus tunduk pada hukum dan mengakui segala produk-produk hukum di Negara ini.
Karena Jokowi sudah dimenangkan secara hukum, berarti seluruh warga negara harus mau menerimanya. Apalagi kalau warga negara tersebut kerap mengaku-ngaku sebagai negarawan. Dan, Prabowo kerap mengampanyekan dirinya sendiri sebagai negarawan. Inilah kunci yang ditangkap oleh titisan Wisnu.
Jadi, celotehan "Pak Jokowi dimenangkan secara legal, tetapi legitimasi ada pada Prabowo" bukan disasarkan ke arah Jokowi, melainkan ke dada Prabowo. Apakah Prabowo yang mengaku-ngaku sebagai negarawan menerima kemenangan Jokowi yang sudah sah menurut hukum yang berlaku di NKRI?
Kalau Prabowo tidak mau menerima kemenangan Jokowi, berarti Prabowo bukanlah negarawan. Atau setidaknya, tidak layak mengaku-ngaku sebagai negarawan.
Itulah maksud dari celotehan Rocky Gerung yang dibaca oleh titisan Wisnu. Kalau begitu, "Pak Jokowi dimenangkan secara legal, tetapi legitimasi ada pada Prabowo" seharusnya membuat para pendukung Jokowi semakin riang berenang di buteknya kolam. Sebaliknya pendukung Prabowo semakin mengerang kepanasan di atas aspal jalan Merdeka Barat.
Artikel ini sudah diposting di GSite.id