"Aku ini si gembala sapi ... Huali yooo ... Huali yooo."
Lelaki bertubuh gempal itu bernyayi penuh kegembiraan. Langkah kakinya ringan seolah tak berbeban. Sesekali ia berjingkrakan menirukan penunggang kuda yang tengah mengembalakan sapi. Sesekali pula ia berjoged meliukkan pinggangnya yang melar di usianya yang hampir menginjak 70 tahun.
"Apa yang kupikirkan lagi  ... Huali yooo ... Huali yooo."
Ia terus bernyanyi, berjingkrakan, dan bergoyang pinggul. Begitu juga saat ia melewati perempatan di mana sebuah baliho besar dipajang. Matanya melirik membaca tulisan pada baliho, "Ustadz Gasa (Alumni 212)... Menerima Pesanan Ijtima Ulama ... Bisa Ditungggu ... Harga Nego."
Tanpa sadar kaki kanannya menendang kardus yang menggeletak di pinggiran jalan.
"Duarrrr... " Terdengar bunyi ledakan kecil. Bunyi itu diiringi kepulan asap tipis.
Lelaki bertubuh gempal itu terkejut dibuatnya. Matanya membulat membelalak. Sambil mengelus dada kirinya ia berkata,
Perlahan asap tipis menghilang disapu angin. Bersamaan dengan itu nampak sesosok makhluk kecil berkepala botak.
Melihat sosok yang muncul di hadapannya, lelaki bertubuh gempal itu memberanikan diri bertanya, "Pasti mau tanya 'sebutkan tiga permintaan' iya kan iya kan?"
"Hahahahahaha ... " Makhluk itu terbahak. "Tahu saja kau anak muda."