"Masalahnya, saya mengetahui sering kali terorisme ini dikirim dari negara lain dan sering juga dibuat nyamar, seolah-olah teroris itu dari orang Islam. Padahal itu dia dikendalikan oleh orang yang mungkin bukan orang Islam, atau orang asing, atau bekerja untuk orang asing," ucap Prabowo saat turun di ajang debat capres 2019 pada 17 Januari 2019 (Sumber: Detik.com)
Lantas, Prabowo yang mengaku bersama Luhut Binsar Pandjaitan membentuk pasukan antiteror ini mengklaim paham betul soal terorisme. Prabowo pun menolak stigmatisasi terorisme dan mendukung langkah deradikalisme.
"Saya mengerti benar-benar. Banyak stigmatisasi, saya menolak itu. Saya setuju deradikalisasi," tegas Prabowo.
Penegasan Prabowo yang menolak stigmatisasi Islam sebagai agama teroris dan umat Islam sebagai pelaku aksi teror itu kemudian di-viral-kan oleh para pendukungnya. Seolah-olah penolakan Prabowo atas stigmatisasi itu merupakan produk yang baru saja diluncurkan.
Pada 13 Mei 2018 Presiden Jokowi sudah menegaskan bila terorisme merupakan musuh semua agama.
Tindakan terorisme sungguh biadab. Korbannya anggota masyarakat, anggota kepolisian, bahkan anak-anak. Kita akan hancurkan basis pelaku dan para pendukungnya. Terorisme adalah musuh bagi semua agama -Jkw pic.twitter.com/iFLOW93KZ3--- Joko Widodo (@jokowi) May 13, 2018
Terorisme memang bukan produk semua agama, termasuk juga Islam. Dalam Islam, aksi terorisme bukanlah bagian dari perjuangan alias jihad. Ada banyak perbedaan antara terorisme dengan jihad. Satu di antaranya, aksi terorisme menimbulkan kerusakan, sebaliknya jihad mengarah pada perbaikan. Bahkan, ajaran Islam melarang merusak tetanaman, dalam situasi perang.
Saat debat Pilpres 2019 pun cawapres Ma'ruf Amin menegaskan jika Majelis Ulama Indonesia telah memfatwa haram pada terorisme.
"Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan fatwa bahwa terorisme bukan jihad oleh karena itu haram dilakukan. Bahkan teroris dianggap melakukan kerusakan fasik," ujar Ma'ruf  (Sumber: Tribbunnews.com).
Prabowo juga benar tentang pelaku terorisme yang datang dari luar. Ada Umar al Farouk, pelaku bom natal pada tahun 2000. Farouk yang ditangkap oleh BIN pada 2003 dikabarkan tewas dalam serangan tentara Inggris di Basra Irak pada 2006. Menariknya, Farouk sebelumnya sanggup melarikan diri dari penjara di Afganistan yang dijaga oleh ratusan tentara Amerika Serikat.
Selain Farouk, ada juga Ali Muhammad warga negara asing yang ditangkap pada 2009 lantaran diduga kuat terlibat pendanaan dalam pengeboman Ritz Carlton dan Marriot pada tahun yang sama.