Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demi Kesuksesan Tax Amnesty, Jokowi-Ahok Jalan-jalan Mesra Berduaan

4 Oktober 2016   08:16 Diperbarui: 4 Oktober 2016   08:27 2602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat meninjau proyek LTR dan MTR pada 30 September 2016 lalu, Jokowi mengajak jalan Ahok. Hanya Jokowi dan Ahok. Keduanya jalan berduaan setelah sebelumnya Rini Soemarmo memisahkan diri. Banyak yang bilang kalau Jokowi sedang menunjukkan dukungannya kepada Ahok. Dan, nyaris tidak seorang pun yang menyangkalnya. Adakah kacamata lain untuk menangkap pemandangan berbeda dari  komunikasi jalan berduaan ala Jokowi itu?

Jawabannya pastilah ada. Sebelumnya, beredar rumor tentang kedatangan Mesesneg Pratikno ke Hambalang untuk menemui Prabowo Subianto sebelum pencalonan Anies Baswedan. Konon, menurut sejumlah media, kedatangan Pratikno itu untuk menghalangi pencalonan Anies yang saat itu mulai santer akan diusung oleh Gerindra-PKS.

Karuan saja istana langsung bereaksi atas pemberitaan tersebut. Lewat Staf Khusus Presiden Johan Budi, istana membantah keras. Katanya, pemerintah tidak menghalang-halangi pencalonan Anies. Johan pun menegaskan sikap netral pemerintah dalam pilkada.

Selang sehari kemudian, Waketum Gerindra Arief Puyuono membenarkan adanya pertemuan antara Pratikno dengan Prabowo. Hanya saja, menurut Puyuono, Pratino justru menyampaikan dukungan Jokowi kepada Anies. Kata Puyuono, Jokowi berutang budi kepada Anies yang telah membantunya saat Pilpres 2014 lalu. Selain itu, baik Jokowi dan Anies berasal dari satu almamater yang sama: UGM.

Pernyataan Puyuono ini kemudian dipelintir. Sejumlah media menyebut Jokowi mengutus Pratikno untuk menitipkan Anies lewat Prabowo. Karuan saja, Anies pun mendapat “stempel” baru sebagai “barang titipan”. “Anies Baswedan cagub titipan Jokowi”, begitu kata sejumlah media.

Tak ayal lagi, “stempel” baru yang dicapkan kepada Anies itu pastinya membebani upaya kemenangan cagub yang diajukan oleh Gerindra-PKS ini. Sehari kemudian, lewat menyangkal adanya pertemuan antara Pratikno dengan Prabowo. Katanya, ia tidak melihat kedatangan Pratikno ke Hambalang. Sementara, Anies sendiri mengatakan kalau dirinya tidak tahu soal pertemuan tersebut.

Soal adanya pertemuan Pratikno dan Prabowo sendiri sulit dibuktikan kebearannya. Muzani bilang tidak melihat. Sementara Anies mengaku tidak tahu. Kalau pertemuannya saja sulit dipercaya, apalagi soal usulan Jokowi kepada Prabowo untuk mencalonkan Anies. Demikian juga dengan alasan Jokowi menyodorkan nama Anies kepada Prabowo, tidak mungkin hanya karena hutang budi Jokowi kepada Anies serta adanya ikatan almamater.

Masalahnya, sulit mempercayai bukan berarti tidak mempercayainya sama sekali. Tidak ada asap kalau tidak ada api. Masih ada yang mengganjal. Kenapa Anies yang dipilih Prabowo? Bukankah Anies termasuk pendukung Jokowi yang telah menyakiti hati pendukung Prabowo. Apakah tidak ada figur lainnya yang lebih cocok di mata Prabowo selain Anies? Dan, menariknya lagi, Anies tidak tercantum dalam daftar cagub yang disodorkan kelompok tertentu kepada Gerindra maupun kepada PKS. Lebih menarik lagi, masuknya Anies membuat Sandiaga Uno harus rela di-DKI 2-kan.

Kalau Jokowi punya kepentingan dengan Pilgub DKI, itu sudah pasti. Bagaimanapun Jokowi tahu kalau Gubernur DKI harus bisa seiring sejalan dengannya. Jokowi tidak mau mengulangi silang sengketanya antara Gubernur DKI dengan Presiden RI seperti yang terjadi pada saat ia menjabat sebagai Gubernur DKI.

Jokowi tidak mau seperti SBY yang hanya menaruh “telur di keranjang” Foke.  Untuk itu ia harus menempatkan kakinya di semua pasangan cagub-cawagub. Di kubu Cikeas, Jokowi sudah nyaman dengan bergabungnya PKB, PPP, dan PAN. Ketiga parpol itu sudah merapat ke istana. Agus pun bukan sosok yang frontal sebagaimana Yusril Ihza Mahendra atau Rizal Ramli. Karenanya ia harus mendakati satu kubu lainnya: Gerindra-PKS.

Di hari-hari yang menentukan itu, Gerindra-PKS sudah hampir final mengusung Yusril. Saat itu Anies yang diberitakan datang menemui Prabowo pulang dengan wajah kuyu. Pencalonan Yusril pastinya tidak membuat Jokowi merasa nyaman. Yusril dikenal kerap menyerang Jokowi dengan melempar isu-isu yang tidak jelas juntrungannya. Jokowi tidak mau Yusril akan melakukan seperti yang pernah dilakukannya kepada SBY. Untuk itu disodorkanlah nama Anies kepada Prabowo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun