Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Semoga Megawati Bukan Adipati Karna yang Menjadikan Risma Sebagai Konta Untuk Memenangi Pilgub DKI 2017

9 Agustus 2016   14:57 Diperbarui: 9 Agustus 2016   21:14 1605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Konta meluncur bukan untuk membunuh Gatotkaca, tetapi untuk menuntaskan takdirnya sebagai senjata tak terlawankan.

Hari itu, hari ke-14 perang Baratayudha, untuk pertama kali dan terakhir kali Konta digunakan. 

Semoga Megawati tidak menjadikan Tri Rismaharini sebagai Konta untuk memenangi Pilgub DKI 2017. Risma memang layaknya Konta yang tak seorang pun sanggup melawannya, bahkan "dewa" dan "dewi" sekslipun. SBY tidak akan sanggup membendung Risma, bahkan Megawati sendiri. Karenanya aksn sangat disayangkan kalau hamya untuk mengalahkan Ahok, PDIP sampao harus menurunkan senjata pamungkasnya.

Ahok tidak sekuat seperti yang digembar-gemborka. Kekuatan Ahok hanyalah ilusi ciptaan pesulap politik. Para pesulap ini membedaki Ahok dengan bubuk survei. Sayangnya, para pesulap ini begitu amatir hingga mudah terungkap trik-triknya. Parahnya lagi, Metrotvnews sebagai corong kampanye Ahok dengan begitu lugunya menyulap tingkat popularitas menjadi tingkat elektabilitas.

Pernah dituliskan di Kompasiana ini simulasi Pilgub DKI 2017. Dalam artikel "Lewat Hitungan ini, Sjafrie bakal ..." terulas dengan jelas angka-angka yang mengacu pada Pilgub DKI 2012, Pileg 2014, dan Pilpres 2014. Hasilnya jika head to head melawan Ahok, Sjafrie akan menang tipis. Padahal dalam simulasi itu, suara PDIP dimasukkan sebagai pemilih Ahok.

Kemudian, menurut survei elektabilitas Ahok berada di sekitar 50 %, jauh di atas para calon pesaingnya. Jika mengacu pafa DPT dengan jumlah pemilih sekitar 7 juta, artinya jumlah pemilih Ahok sekitar 3,5 juta. 

Tetapi. Faktanya jumlah KTP yang berhasil dikumpulkan oleh Teman Ahok hanya berkisar 1 juta. Jauh di bawah 3,5 juta. Padahal KTP dukungan itu dikumpulkan berbulan-bulan lamanya dan pengumpulan KTP itu digelar di sejumlah mal yang ramai oleh pengunjung, kantor-kantor, bahkan konon sampai gang-gang sempit.

Kalaupun mengacu pada Pilgub DKI 2012, untuk memenangi Pilgub 2017 harus mengumpulkan 2,5 juta suara. Angka ini saja masih jauh dari gapaian Ahok. Kalau perolehan suara Nasdem, Hanura, dan Golkar pada Pileg 2014 dijumlahkan, angkanya baru 900-an. Jauh sekali dari perolehan suara yang dibutuhka.

Menurut survei Saiful Mujani, 85 % pemilih PDIP akan memilih Ahok. Perolehan suara PDIP untuk DKI sekitar 1,2 juta. Katakanlah 100 % pemilih PDIP akan memilih Ahok. Dan 100 % pemilih Nasdem, Hanura, dan Golkar akan memilih Ahok.tetap saja angkanya masih di bawah 2,5 juta. Masih kurang sekitar 400-an ribu suara lagi.

Masalahnya jumlah pendukung Ahok dan non Ahok sudah stagnan. Bahkan, kalau Ahok dilekateratksn dengan Jokowi dan PDIP, kestagnanan itu sudah terbaca sejak Pilgub DKI 2012. Itu semua kareba kondisi gagal move on terus dipupuk sejak 2012.

Dengan berbagai data di atas jelas Ahok hanya menang di laga-laga survei saja. Sementara di medan "pemilu", kekuatan Ahok tidak ada artinya sama sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun