Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Seyogyanya Messi Ambil Pelajaran dari Kebangkitan Baggio

30 Juni 2016   05:10 Diperbarui: 16 Juni 2018   22:40 1525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roberto Baggio tertunduk usai kegagalannya mengeksekusi pinalti dalam final Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat pada 17 Juli 1994. (Sumber foto: BBC.co.uk)

Timnas dan rakyat Argentina masih membutuhkan kepiawaian Messi dalam mengolah si kulit bundar. Setidaknya, Sebagaimana Baggio pada Piala Dunia 1998, dua tahun lagi ketika Piala Dunia 2018 digelar di Rusia, Messi pun masih berusia 31 tahun yang bagi pesepak bola dianggap sedang matang-matangnya.

Di Piala Dunia 98 kedahsyatan Baggio malah dinilai melampaui Del Piero yang lebih muda 7 tahun. Dua gol Bagio bagi Italia di Perancis menjadi bukti ketajamannya. Belum lagi asis-asisnya akurat dan umpan-umpan terukurnya. Tidak heran jika ketika itu banyak yang menilai Maldini terlambat memasukkan Baggio untuk menggantikan Del Piero.

Selepasnya dari Piala Dunia 98, bintang Baggio kembali bersinar. Pada 2001 sebuah polling internet menempatkan Baggio sebagai pemain yang paling dicintai. 

Setahun kemudian Italian Football Oscar menggelari Baggio “Most Loved Player”. Sebagai penghargaan kepada Sang Maestro, Brecia yang menjadi klub terakhir yang dibelanya kemudian mempensiunkan nomor 10.

Baggio baru menggantungkan sepatu dan melipat kostum pada 2004. Hari itu, 16 mei 2004, Baggio membela Brescia menghadapi AC Milan dalam sebuah pertandingan amal di San Siro.

Begitu mengetahui kabar akan disampaikannya salam perpisahan dari Il Divin Codino atau Si Buntut Kuda, tiket pertandingan langsung ludes terjual. 

Di menit-menit akhir pertandingan Baggio ditarik keluar. Melihat Baggio keluar lapangan untuk terakhir kalinya, penonton berdiri. Gemuruh tepuk tangan membahana. 

Sesaat kemudian Baggio kembali memasuki lapangan hijau tempat namanya dibesarkan. Kembali tepuk tangan menggemuruh. Untuk sesaat pertandingan ditunda. 

Ketika itulah Baggio menyampaikan salam perpisahannya. Ada keharuan yang menyertai pidatonya. Ada air mata yang menggengi matanya.

Kegagalan penalti Baggio di final Piala Dunia 94 kini menjadi monumen abadi bagi dunia. Dan Baggio tidak pernah melupakan momen terburuknya itu.

Tetapi, Baggio pensiun dari dunia sepak bola bukan karena kegagalannya itu, melainkan dengan kecintaan. Messi pun pastinya ingin mengalami hal serupa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun