Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Turki yang Selalu Diuntungkan dengan Serangan Teror, Rencana Invasi Turki ke Suriah yang Tidak Jelas dan Keputusan Brilian Indonesia yang Menolak Bergabung dalam "NATO" Arab

20 Februari 2016   12:34 Diperbarui: 21 Februari 2016   15:31 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Situasi berbalil ketika Rusia menerjunkan prajuritnya pada Awal Oktober 2015. Hanya dalam hitungan minggu satu persatu wilayah yang dikuasai ISIS berhasil direbut. Milisi ISIS dibuat pontang-panting.Sumber-sumber ekonomi ISIS dihancurkan. Truk-truk pengangkut minyak hasil curian dibombardir. Akibat dari gempuran Rusia banyak milisi ISIS yang terpaksa kabur dan mudik ke tanajh airnya. Sementara pasokan milisi ISIS yang banyak berdatangan dari perbatasan Turki-Suriah terhenti.

Tentu saja niat Rusia menerjunkan pasukannya di Suriah berbeda dengan niat NATO & The Gank. Kalau Rusia jelas berniat membantu Suriah dengan melawan ISIS sekaligus FSA. Sementara NATO & The Gank tidak jelas. Di satu sisi ingin menghajar ISIS, di sisi lainnya ingin menggulingkan Assad. Malah, persenjataan yang dimiliki ISIS sebagian merupakan senjata yang diberikan Amerika kepada FSA.

Sederhananya begini. Amerika and The Gank sudah sekian lama mau menggulingkan Assad yang dianggap Koppig ini. Kemauan Amerika and The Gank ini sejalan dengan FSA yang berupaya menjatuhkan Assad. Sedangkan aksi-aksi ISIS di Suriah memakin memojokkan Assad. Jadi, baik Amerika and The Gank, FSA, dan ISIS bisa dikatakan sebagai sekutu. Sementara Turki dan Saudi menjadi bagian dari sahabat Amerika yang menginginkan kejatuhan Assad.

Di lain pihak, Rusia merupakan sahabat dekat dari rezim Assad. Dengan berdiri bersama Assad artinya Rusia berhadapan dengan Amerika and The Gank, FSA, dan ISIS.

Masalahnya, Amerika dan NATO tidak mungkin berperang melawan Rusia.. Hal ini dibutikan dengan sikap Amerika dan NATO yang menjaga jarak dari Turki pasca insiden SU-24 milik Rusia yang ditembak jatuh oleh F-16 milik Turki pada 23 November 2015. Jadi kalau benar ada invasi ke Suriah, Turki hanya mengandalkan dukungan dari koalisi “NATO” bentukan Arab. Jadi sudah jelas tergambar, “NATO” Arab, dan Turki menjadi anggotanya, akan berperang melawan Suriah Assad yang didukung Rusia dan negara-negara pro-Suriah lainnya.

Dari berbagai pemberitaan sepertinya sudah jelas jika tujuan “NATO” Arab adalah menggulingkan Assad, bukan membumihanguskan ISIS. Justru Turki kembali memberi angin segar kepada ISIS. Misalnya, artileri Turki diarahkan ke wilayah-wilayah Suriah yang sudah diduduki oleh Kurdi setelah merebutnya dari ISIS.

Serangan Turki ini tidak hanya membuat pasukan Kurdi terpojok, tetapi juga dimanfaatkan oleh FSA untuk kembali ke Suriah. Ada sekitar 2.000 pasukan pemberontak Suriah yang kembali masuk ke Suriah dengan dalih membantu Turki memerangi Kurdi. 

Jadi semakin jelas, jika “NATO” Arab yang dibentuk secara tergesa-gesa ini akan digunakan untuk menghadapi Rusia, Suriah dan Sekutunya. Sementara NATO bentukan Amerika hanya mendukung dari belakang layar. Inilah contoh paling nyata dari proxy war. Tidak hanya itu, rencana invasi ke Suriah ini juga menjawab pertanyaan, kenapa “NATO” Arab tidak mengajak Suriah, Iran, negara-negara Arab pro-Suriah lainnya untuk bergabung menghadapi teroris. Padahal kalau memang ditujukan untuk melawan teroris sudah semestinya Suriah dan Iran dilibatkan.

Bagaimana dengan Indonesia.

Pertama, Indonesia beruntung karena menolak bergabung dengan “NATO” Arab. Jadi, Indonesia tidak terikat kewajibab untuk ikut dalam perang di Suriah. Atau dengan kata lain, Indonesia tidak menjadi negara boneka yang akan diadu dengan negara lain untuk kepentingan negara lain.

Kedua, tetapi, perang di Suriah yang melibatkan negara-negara Arab akan membawa-bawa isu Sunni-Syiah. Hal ini tentu akan menimbulkan kerawanan sosial di Indonesia. Apalagi sejak perang saudara di Suriah berlangsung, kebencian kepada penganut Syiah di Indonesia terus meningkat.

Ilustrasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun