Mohon tunggu...
Gatot Priyoharto
Gatot Priyoharto Mohon Tunggu... Lainnya - i am good

i am good as well

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Indonesia Vs Ancaman Stabilitas Eksternal

4 Oktober 2021   17:54 Diperbarui: 4 Oktober 2021   17:57 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pengaruh ekonomi AS

Sebagai negara yang menganut madzhab ekonomi terbuka, perekonomian Indonesia tentu sedikit banyak dipengaruhi dinamika ekonomi global. Sebulan kemarin (September) tercatat beberapa kejadian yang mempengaruhi stabilitas ekonomi global maupun nasional.  

Isu tapering off atau pengurangan stimulus moneter Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed), diprediksi berdampak buruk pada stabilitas eksternal. AS juga untuk pertama kalinya terancam gagal  membayar utangnya (default) yang per Agustus 2021 mencapai USD28,4 triliun. 

Kombinasi keduanya diperkirakan mengakibatkan menguatnya nilai dolar AS, keluarnya modal asing dari pasar keuangan dalam negeri (capital outflow), hingga suku bunga global yang melonjak.

Penguatan kurs dolar AS didorong masih kuatnya wacana tapering yang akan mengakibatkan keringnya pasokan dolar AS. Sedangkan mimpi buruk default akan mengakibatkan nilai obligasi (AS) akan turun, sehingga yield atau jumlah yang harus dibayar untuk utang yang tidak aman meningkat. 

Mengingat pengaruh obligasi AS sangat kuat, maka akan memicu kenaikan suku bunga di seluruh dunia tidak terkecuali Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia.

Gonjang-Ganjing Tiongkok

Tantangan tidak hanya datang dari AS, namun juga dari negeri tirai bambu Tiongkok, yaitu kasus perusahaan Evergrande yang sudah sampai market Tiongkok. Sebagaimana diketahui bahwa Evergrande, perusahaan properti terbesar di Tiongkok, mengalami kondisi gagal bayar sebesar USD308 miliar. 

Bayang-bayang mimpi buruk Lehman Brothers tahun 2008 pun seketika muncul kembali.

Kasus Evergrande ini menjadi potensi krisis karena hutangnya kepada sekitar 300 lembaga keuangan. Jika Evergrande default, maka akan mempengaruhi kemampuan para lembaga keuangan (Bank dll) dalam memberikan pinjaman. 

Bila perusahaan sulit mencari kredit (krisis kredit), mengakibatkan sulit untuk tumbuh bahkan stop beroperasi. Belum lagi image Tiongkok akan kurang menarik dijadikan tujuan investasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun