Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film. ==Tahun baru, awal baru. Semoga semua cita-cita kamu menjadi kenyataan di tahun 2024! ==

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Covid Sub Varian Kraken Menyebar Luas, Kita Mesti Gimana?

12 Januari 2023   13:25 Diperbarui: 12 Januari 2023   13:30 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi. (sumber:  iqbal nuril anwar / Pixabay)

Mendengar kabar meledaknya kasus COVID-19 di China, Korea Selatan dan Jepang membuat saya merasa agak cemas. Menurut informasi, biang keladi meningkatnya kasus COVID-19 kali ini adalah sub varian baru XBB 1.5 atau yang disebut dengan Kraken yang sangat menular.

Sebelumnya mohon maaf bila tulisan saya tentang COVID-19 ini membuat sebagian pembaca kurang nyaman. Saya menyadari sebagian dari kita merasa trauma dengan pandemi ini. Mungkin diantara pembaca ada penyintas, mungkin juga ada yang kehilangan orang-orang yang dicintai, atau mungkin mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dari tempat kerjanya, atau terpaksa harus menutup usaha gegara pandemi ini.

Tetapi saya perlu mengutarakan pendapat saya mengenai hal ini dan juga mengingatkan kepada para pembaca bahwa COVID-19 masih eksis. Meski kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM resmi berakhir, kita masih harus jaga diri dan jaga kesehatan.

Baiklah, menurut CNBC Indonesia, sub varian Kraken berasal dari varian Omicron yang awalnya muncul di India. Dari situ, sub varian itu menyebar ke sejumlah wilayah di dunia antara lain Eropa, Amerika Serikat, Singapura, Malaysia dan Australia.

Karena terjadi peningkatan kasus yang cukup signifikan di banyak negara, Badan Kesehatan Dunia WHO merasa perlu untuk mengingatkan para wisatawan untuk mengenakan masker kembali (sumber: Reuters). Begitu pula pemerintah RI juga mewanti-wanti masyarakat agar tetap waspada dan mengenakan masker (sumber: Kompas.com).

Data terbaru yang disusun Katadata yang mengacu pada data Worldometer mencantumkan Indonesia di posisi keenam ketika terjadi 402 kasus tambahan harian pada Rabu (11/1/23). Indonesia berada di bawah Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong dan Filipina (minus China yang tidak merilis data kasus).

Apa yang membuat saya cemas dengan situasi saat ini adalah semakin kendurnya prokes. Kita sudah melihat warga memadati pasar, pusat perbelanjaan, mendatangi even seperti gathering, konser musik, meet and greet artis terkenal, pameran dan lain-lain. Tak jarang mereka rela berdesakan demi bisa ikut serta dalam suatu even.

Di lingkungan tempat tinggal saya misalnya, warga yang keluar rumah pada umumnya enggan menggunakan masker. Bahkan warga yang sedang batuk pilek pun juga sama saja.

Cuma segelintir orang saja yang masih setia bermasker, diantaranya adalah keluarga saya. Bahkan kami mengenakan dua lapis masker ketika keluar rumah. Beruntung warga sekitar tidak menganggap kami orang-orang yang aneh lantaran kami masih memakai masker. Hehe...

Banyak orang, termasuk sebagian besar warga di tempat tinggal saya, mungkin menganggap pandemi COVID sudah berakhir dan kehidupan sudah kembali seperti semula.  Sudah bebas dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun