Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dubai, Sebelum Romadhon Tiba

2 April 2022   23:41 Diperbarui: 3 April 2022   00:21 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (sumber: KhaleejTimes.com)

Ini cerita tentang keluarga Pak Yahya yang kaya raya. Kalau disebut sebagai kaya raya, mereka tidak kaya saja, tapi sangat kaya.

Keluarga Pak Yahya bukan golongan orang kaya baru alias OKB. Keluarga mereka sudah kaya dari dulu alias old money. Harta tanah dan rumah tersebar di berbagai kota. Sederet mobil mewah juga mereka punya.

Kehidupan keluarga Pak Yahya begitu sempurna. Bu Yahya adalah istri yang cantik, penyayang, baik hati dan tidak sombong. Keluarga besar Bu Yahya juga dari kalangan old money dari kota lain.

Karena bergelimang harta, kegemaran belanja keluarga Pak Yahya bukan kaleng-kaleng. Bu Yahya gemar belanja barang mewah alias barang branded yang hampir saban hari keluar masuk butik ternama. Makan di kafe atau restoran mewah, wisata ke luar negeri sudah biasa. Begitu pula tur dengan kapal pesiar hampir saban tahun mereka lakukan.

Singkat kata, kehidupan keluarga Pak Yahya sungguh hedon dan gemar foya-foya.. Tunggu, hedon dan foya-foya kan menurut orang biasa. Bagi keluarga Pak Yahya, karena mereka kaya raya, itu adalah hal biasa bagi mereka. Mereka menganggap itu bukan foya-foya karena mereka memang membutuhkannya.

Makan malam di restoran mewah di hotel berbintang, itu karena mereka perlu maka enak. Jalan-jalan ke Eropa hingga ke Kutub Utara juga bukan karena gaya-gaya, tapi karena mereka memang butuh berwisata. Mereka memang senang mengunjungi tempat-tempat baru.

Kalau keluarga Pak Yahya senang makan di restoran mewah, kaum mendang-mending pasti akan bilang "Wah, sayang sekali, mending beli pecel lele di warung kaki lima bisa makan sepuasnya", atau "orang kok hobinya wisata jauh-jauh ke luar negeri. Mending ke Jogja atau Bali. Jadi uangnya buat investasi", dan sejumlah kalimat lainnya.

Telinga keluarga Pak Yahya, apalagi Bu Yahya, sering merasa panas dengan kata-kata seperti itu. Mereka kerap mendengarnya dari para asisten rumah tangga dan supir pribadi. Meski telinga terasa panas, keluarga Pak Yahya menanggapinya dengan senyuman.

Kalangan orang biasa tidak akan pernah mengetahui bahwa keluarga besar Pak Yahya dan Bu Yahya adalah donatur tetap sekian banyak yayasan sosial, panti asuhan, panti jompo, sekolah luar biasa, dan sebagainya. Zakat mal mereka nilainya sangat besar, membuat mulut siapapun akan menganga.

Jadi, mereka yang sering mengatakan 'mendang-mending', mending diam saja. Ibaratnya, orang-orang itu masih di Bumi, keluarga Pak Yahya sudah melampaui tata surya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun