Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film. ==Tahun baru, awal baru. Semoga semua cita-cita kamu menjadi kenyataan di tahun 2024! ==

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Tantangan di Sektor Informal yang Berat dan Kadang Menyakitkan

14 September 2020   13:21 Diperbarui: 14 September 2020   15:42 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah seorang pedagang kopi keliling (Dok. Mantab via kompas.com)

Sebentar, kayaknya kata-kata "enak", "porsi banyak" atau "porsi besar", dan "murah" itu jadi kata kunci sukses bisnis makanan. Tapi bukankah makanan yang enak, porsi yang banyak dan harganya murah itu dambaan banyak orang?

Apalagi orang daerah seperti saya bakal sukak banget sama penjual makanan yang baik hatinya sama pembeli nggak tanggung-tanggung. Hehe..

Balik ke penjual kue rumahan itu, kapasitas produksinya pun semakin bertambah hingga akhirnya ia menambah pegawai. Produk kuenya juga mulai mendapat tempat di hati pemirsa, eh maaf, pelanggan dari luar kota.

Awalnya berjualan secara santai, kini ia menjadi kewalahan melayani pembeli. Beberapa pembeli adalah reseller yang membeli dalam jumlah besar untuk dijual kembali. Hal itu lumrah dalam bisnis kue rumahan.

Kesuksesan bisnis kue rumahan pasutri itu ternyata dicium oleh salah satu tetangganya. Tanpa sepengetahuan pasutri itu, diam-diam sang tetangga juga membuat usaha kue serupa. Upaya copycat itu diketahui oleh pasutri tersebut secara tanpa sengaja.

Tapi mereka memakluminya. Mereka sadar bahwa selalu ada saja orang yang seperti itu. Dari segi bentuk kue dan rasa sudah pasti berbeda. Orang pasti akan memilih yang lebih enak, ukuran lebih besar, penampilan lebih cantik dan harga lebih murah.    

Kisah ini mirip dengan seorang ibu rumah tangga di suatu daerah yang memproduksi kue basah rumahan. Seiring waktu, ia akhirnya menemukan sebuah toko dimana ia bisa menitipkan sejumlah kue hasil produksinya. Tempat itu menurutnya ideal. Kue produksinya kadang laku keras dan habis, kadang tersisa. Namanya orang jualan pasang surut seperti itu sudah biasa.

Sang ibu rumah tangga itu memproduksi kue yang juga disukai oleh suami dan anak-anak mereka. Kalau kue produksinya laku dan habis, ia senang. Kalau masih ada sisa, ia juga tidak masalah karena sisa kue akan ia makan bersama keluarga kecilnya.

Suatu waktu sang ibu rumah tangga sakit, membuatnya usahanya terhenti selama kira-kira seminggu atau dua minggu lamanya. Setelah sehat kembali, ia pun melanjutkan usahanya.

Sayangnya ketika ia mengirimkan kue buatannya ke toko tersebut, kue hasil buatannya ditolak oleh pihak toko. Sang ibu rumah tangga menanyakan alasannya, yang direspon bahwa sudah ada pemasok kue serupa yang baru.

Sang ibu rumah tangga itu melihat produk kue itu berukuran lebih kecil dan tidak lebih enak dibandingkan kue buatannya. Ia membawa pulang kue hasil produksinya tentu saja dengan perasaan sedih. Terpaksa ia harus mencari lagi tempat lain untuk menitipkan produk kuenya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun