Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film. ==Tahun baru, awal baru. Semoga semua cita-cita kamu menjadi kenyataan di tahun 2024! ==

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Penculikan Anak Kian Marak, Bagaimana Cara Lindungi Anak-anak?

29 November 2019   13:10 Diperbarui: 29 November 2019   16:32 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (HavokJournal.com)

Beberapa minggu terakhir ini kita dikejutkan dengan maraknya penculikan anak. Di Makassar, Sulawesi Selatan, dua orang anak siswa Sekolah Dasar (SD) diculik oleh seorang pria misterius ketika pulang sekolah pada 21 November 2019 lalu. 

Kepolisian setempat bergerak cepat dan berhasil menemukan kedua anak malang tersebut. Sayangnya pria misterius itu belum tertangkap. (sumber: Kompas.com)

Di Kartasura, Jawa Tengah, seorang bocah perempuan berusia tujuh tahun diculik oleh seorang pria tidak dikenal. Kabar terakhir, pria tersebut telah ditangkap oleh kepolisian setempat setelah menerima laporan dari masyarakat. Sang anak ditemukan di kota Sragen, Jawa Tengah ketika sedang diajak mengamen di jalan. (sumber: SoloPos.com)

Di bulan Oktober 2019 lalu, sebuah kasus penculikan anak menggegerkan kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Seorang anak perempuan siswa Taman Kanak-Kanak (TK) diculik oleh seorang pria tidak dikenal ketika berangkat ke sekolah. Syukurlah berkat upaya dari masyarakat setempat, penculikan itu pun gagal. Kepolisian setempat segera menangkap pelaku. Anak itu kembali ke orangtuanya dengan selamat. (sumber: Kompas.com)

Di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, isu tentang tiga kasus percobaan penculikan anak sempat viral di media sosial. Disebutkan bahwa percobaan penculikan anak tersebut terjadi di lokasi yang berdekatan, yaitu di Kecamatan Waru. Isu tersebut sempat meresahkan warga setempat. Belakangan kepolisian setempat mengklarifikasi bahwa informasi tersebut hoax. (sumber: TribunNews.com)

Sebelas dua belas dengan isu di Kabupaten Sidoarjo, di Kabupaten Bogor, sempat beredar isu penculikan seorang anak yang belakangan ternyata tidak benar. Bocah laki-laki yang diduga korban penculikan ternyata hanya kabur dari rumah. (sumber: Kompas.com)

***

Informasi tentang penculikan anak yang beredar di media massa atau media sosial, terlepas dari sebuah kabar yang ternyata hoax, patut ditindaklanjuti oleh kepolisian sesegera mungkin. 

Orangtua yang mendapatkan informasi tersebut dari media sosial misalnya, meski sang anak bukan korban penculikan, pasti akan merasakan kecemasan yang luar biasa. Respon orangtua pasti segera berusaha mendapatkan kabar tentang anaknya.

Bila sang anak diberi telepon genggam, orangtua tinggal menghubungi anaknya. Lain halnya bila sang anak tidak dibekali telepon genggam, hati orangtua pasti cemas. Tetapi anak yang diberi telepon genggam pun bisa membuat was-was orangtua ketika tidak jua menjawab telepon dari orantua.

Orangtua yang sedang bekerja pun menjadi terganggu pekerjaaannya, khawatir kalau terjadi sesuatu hal pada anaknya. Apalagi bila orangtua bekerja jauh dari lingkungan tempat tinggal atau sekolah anak.

Kalau sudah kejadian, bisa menyesal orangtua seumur hidup. Membayangkan anak tercintanya tersiksa di luar sana, kepanasan, kedinginan, kelaparan. Seperti anak yang diculik di Kartasura, ia diajak mengamen di jalan yang kala siang pasti terik. "Beruntung" anak itu diculik oleh pengamen. Bila diculik oleh kaum pedofilia, pasti lebih mengenaskan. Lebih menyedihkan lagi kalau anak itu diculik oleh psikopat keji. Bisa-bisa sang anak tidak tertolong lagi.

Beberapa cara orangtua melindungi anak dari bahaya penculikan anak
Kasus penculikan anak memang baru bisa ditindaklanjuti dengan segera oleh kepolisian berdasarkan laporan dari orangtua korban atau masyarakat. Namun penculikan anak seharusnya bisa dicegah dengan sejumlah langkah antisipasi yang bisa dilakukan oleh orangtua dan si anak sendiri. Berikut beberapa masukan yang mungkin bermanfaat bagi orangtua.

Kompasianer Cucum Suminar pernah menulis sebuah artikel berjudul "Tips Menghindari Penculikan Anak". Meskipun tulisan tersebut diunggah tahun 2014 lalu, tulisan itu masih relevan dengan situasi sekarang ini. Nah, tulisan ini memperkaya tulisan tersebut, ditambah dengan sejumlah referensi dan pandangan pribadi.

Bagaimana cara orangtua melindungi anak dari bahaya penculikan anak? 

Pertama, hindari mengunggah foto anak atau foto keluarga di media sosial. Orangtua kadang alpa dengan kewaspadaan di media sosial. Saking ikut bahagianya dengan ultah sang anak misalnya, orangtua mengunggah foto-foto ultah anak di media sosial.

Sebelum mengunggah foto anak, pastikan bahwa circle di media sosial adalah orang-orang yang kita kenal. Misalnya keluarga besar, teman kantor, atau tetangga satu kompleks. 

Apabila akun media sosial kita terkoneksi dengan akun orang-orang yang tidak kita kenal, sebaiknya pertimbangkan baik-baik sebelum mengunggah foto tersebut.

Kita tidak tahu karakter orang-orang "asing" yang terkoneksi dengan kita di media sosial. Bisa saja di antara mereka ada penculik anak, pedofilia atau mungkin psikopat jahat. Menghindari memajang foto anak di media sosial jauh lebih bijaksana, juga lebih menenangkan hati orang tua.

Bila orangtua merasa perlu membagikan foto-foto ulang tahun anak misalnya, pastikan bahwa akun media sosial orangtua hanya terhubung dengan orang-orang yang dikenal dengan baik. 

Foto bisa juga dikirim secara japri ke anggota keluarga, sanak famili atau teman akrab. Tidak ada yang salah dengan membagikan foto sang anak, tetapi kewaspadaan tetap menjadi nomor satu.

Kedua, orangtua supaya bijak dalam memberikan fasilitas telepon genggam kepada anak. Kadang orang tua merasa perlu memberikan telepon genggam pintar atau gawai lainnya kepada anak untuk mendukung aktivitas kesehariannya. Juga agar orangtua lebih mudah menghubungi sang buah hati.

Konsekuensinya, orangtua harus mengawasi aktivitas anak ketika berselancar di internet termasuk menggunakan media sosial. Khususnya media sosial di mana rawan terdapat predator yang bisa saja mengamati tingkah polah sang anak dari jauh.

Beri pesan kepada anak-anak agar jangan pernah menambahkan akun orang-orang yang tidak ia kenal di akun media sosialnya. Pastikan akun media sosial orangtua juga terhubung dengan akun media sosial anak sehingga orangtua bisa mengawasi.

Beri pengertian kepada anak supaya tidak mengunggah foto-foto aktivitasnya di media sosial, termasuk tidak memasang status lokasi di mana anak berada, kecuali jika akun media sosial anak hanya terhubung pada keluarga atau teman sekolah misalnya. 

Tidak terbayangkan apabila seorang predator mengetahui lokasi sang anak, ia akan memikirkan seribu cara untuk melakukan niat jahatnya.

Ketiga, pastikan ada yang mengantar sang anak ke sekolah dan menjemputnya ketika pulang sekolah. Akan jauh lebih baik dan lebih aman bila orangtua sang anak yang melakukannya. Tetapi bila orang tua berhalangan, bisa meminta bantuan kerabat dekat atau orang dewasa lain yang dipercaya oleh keluarga.

Pihak sekolah juga harus tahu sang anak diantar dan dijemput oleh siapa. Apabila guru di sekolah tidak mengenal penjemput muridnya, guru harus mendapatkan konfirmasi dari orangtua anak terlebih dahulu, misalnya lewat telepon. Akan lebih baik bila memanfaatkan fitur video call agar sang guru dapat menunjukkan wajah penjemput anak kepada orang tuanya.

Tetapi bila sang anak sehari-hari berjalan kaki baik berangkat ke sekolah dan pulang sekolah, beri pengertian kepada sang anak agar selalu berjalan bersama teman-temannya. Jangan pernah berjalan sendiri. Beri pesan kepada anak supaya menjauhi orang asing atau kendaraan apapun yang mendekati mereka.

Saya pernah melihat seorang bocah laki-laki siswa Taman Kanak-Kanak (TK) yang berjalan ke sekolah sendiri tanpa didampingi oleh orang tuanya. Mungkin karena rumahnya tidak jauh dari sekolah jadi orangtua tidak menemaninya berangkat ke sekolah. DI situ kadang saya merasa gemas dengan orangtua semacam itu. Walaupun mungkin tidak jauh, anak itu harus diantar oleh orangtuanya, apalagi ia masih TK.

Oh ya, hindari juga memberi perangkat sekolah anak yang mengandung nama anak, terutama tas sekolah. Tas sekolah anak yang bertuliskan nama anak sepintas nampak biasa saja, tetapi itu bisa berbahaya. Bagaimana bila tiba-tiba penculik membacanya, lalu mendekati sang anak dan memanggil namanya?

Bisa saja ia mengaku saudara dari jauh atau tetangga satu kampung atau kompleks. Apalagi bila nada bicaranya terdengar manis dan akrab, bisa-bisa sang anak percaya dan ia pun pergi bersama sang penculik.

Keempat, bila anak terpaksa sendirian di rumah ketika kedua orang tuanya sedang bekerja atau ada agenda lain, beri pesan kepada sang anak agar tetap di rumah. Apabila ada orang yang datang ke rumah, siapapun mereka, sang anak tidak boleh membukakan pagar atau pintu rumah.

Bila sanak famili hendak datang ke rumah sebaiknya ketika orangtua sang anak masih belum berangkat bekerja atau ketika mereka sudah sampai rumah.

Bila sang orangtua tergolong mampu, bisa menggunakan jasa babysitter untuk mendampingi sang anak. Bila perlu, orangtua bisa memasang kamera pengawas (surveillance camera atau CCTV) di sejumlah tempat di dalam rumah.

Sekarang ini ada produk CCTV yang terkoneksi dengan internet sehingga orangtua bisa mengawasi sang buah hati dari kantor. Tetapi saya pribadi merasa ragu, bagaimana bila predator anak juga pintar meretas CCTV yang terhubung dengan internet?

Kelima, selalu awasi anak-anak ketika beraktivitas di luar rumah bersama teman-temannya. Bila tidak dapat mendampingi anak bermain di luar rumah, sekali lagi pastikan ia bersama baby sitter atau sanak famili atau orang dewasa lain yang dipercaya.

Beri pesan kepada sang anak agar tidak bermain jauh keluar kampung atau kompleks. Beri pesan agar tidak masuk ke, misalnya tempat yang sepi atau bangunan gedung yang mangkrak.

Kadang anak-anak seusia SD atau SMP suka menjelajah tempat-tempat asing termasuk menjelajah bangunan mangkrak. Padahal  itu berbahaya karena bisa saja bangunan tidak stabil, atau paku-paku berserakan dimana-mana. Tetapi yang juga tak kalah berbahaya, bisa saja ada orang asing bersembunyi di situ dengan niat menculik anak-anak.

Bila perlu, beri pesan juga kepada teman-teman sang anak agar menghindari tempat-tempat seperti itu. Beri pesan supaya tetap berkelompok dan bersama-sama menghindari bila ada orang asing atau kendaraan yang mendekati mereka. Akan lebih baik bila orangtua teman-teman sang anak juga memberi pesan yang sama pada mereka.

Mengawasi anak bermain tidak hanya mencegah terjadinya upaya penculikan anak, tetapi juga menghindari kecelakaan yang bisa saja menimpa sang anak ketika bermain.

Keenam, hindari menghias badan anak perempuan dengan barang berharga, misalnya perhiasan emas. Kadang orangtua senang melihat anaknya cantik dengan perhiasan emas, misalnya kalung, cincin atau gelang. Kadang anak remaja senang dirinya terlihat cantik bila memakainya.

Ketika sedang berjalan ke sekolah misalnya, orang yang jahat bisa saja merampas perhiasan emas yang dikenakan sang anak. Diambil perhiasannya mungkin tidak apa-apa, tetapi bagaimana bila sang anak dilukai atau bahkan diculik. Lebih runyam lagi bila penculik minta tebusan dalam jumlah besar dengan ancaman nyawa sang anak bisa melayang.

Ketujuh, tidak ada hal yang lebih penting selain berdoa kepada Yang Maha Kuasa. Ajarkan anak untuk berdoa sebelum berangkat ke luar rumah untuk segala aktivitasnya, baik sebelum berangkat sekolah, ketika pulang sekolah, berangkat les atau mengaji atau bermain dengan teman-temannya. Berdoa supaya senantiasa dilindungi oleh-Nya, termasuk dari bahaya penculikan anak.  

***

Sebagai orang tua, kita pasti akan memberikan yang terbaik bagi sang buah hati tercinta. Termasuk memberikan jaminan keselamatan dari penculikan anak. Seiring dengan isu tersebut, orangtua kini juga perlu dan harus lebih memperkuat mindset tentang keamanan dan keselamatan anak.

Ketujuh hal di atas bisa menjadi panduan awal untuk menghindarinya. Lebih jauh, di bawah ada daftar bacaan yang menjadi referensi tulisan ini, yang bisa memperluas pandangan orang tua.

Semoga anak-anak kita semua diberi keselamatan di sepanjang perjalanan mereka menuntut ilmu dan aktivitas lainnya sehari-hari. Serta senantiasa sehat secara fisik dan mental, dan tumbuh dewasa menjadi insan yang bertalenta yang berperan serta dalam pembangunan bangsa.

Bacaan:

30 Ways to Help Prevent Child Abduction 

Help Prevent Your Child from Going Missing: Safety Tips from the AAP  (AAP singkatan dari American Academy of Pediatrics atau Akademi Kedokteran Anak Amerika)

Preventing Abductions

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun