Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film. ==Tahun baru, awal baru. Semoga semua cita-cita kamu menjadi kenyataan di tahun 2024! ==

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Nyampah dan Meludah Sembarangan, Kebiasaan Buruk yang Entah Kapan Sirna

16 Oktober 2019   13:55 Diperbarui: 17 Oktober 2019   02:30 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (sumber: Pixabay.com)

***

Bagaimana kesan Anda setelah membaca cerita yang saya bagikan di atas? Apakah ikut geram atau biasa saja alias maklum? Memang isu ini remeh temeh tetapi tanpa kita sadari hal itu bisa menjadi potret keseharian orang-orang Indonesia.

Kebiasaan membuang sampah sembarangan misalnya, pernah membuat geram salah seorang direksi di sebuah perusahaan tempat saya bekerja. Ia seorang bule dari Eropa. 

Ketika saya dan rekan saya lainnya sedang mendampinginya menjelajah area kantor menjelang pelaksanaan sebuah audit, ia melihat tumpukan sampah yang seharusnya dibuang di tempat sampah.

Kami semua ditanya satu per satu tentang sampah itu. Kami juga tidak mengetahui asal muasal sampah itu. Sang direksi memotret sampah yang dibuang sembarangan itu dan menyebarkannya lewat email kantor.

Nada kalimatnya keras dan kesal terhadap perilaku seseorang yang tidak diketahui siapa orangnya, yang membuang sampah secara sembarangan. Kami menduga mungkin si ini atau si itu. Tetapi pada akhirnya penyelia cleaning service menginstruksikan timnya untuk membereskan sampah itu.

Terlepas karena menjelang pelaksanaan audit, mungkin karena ia berasal dari Eropa yang modern dan bersih, melihat sampah yang tidak pada tempatnya itu adalah sesuatu yang sangat mengganggu atau sangat menjijikkan baginya.

Omong-omong tentang sampah dan bule, Pantai Kuta di Bali, di mana banyak bule di sana, pernah menjadi tempat sampah raksasa. Yup, banyak sekali sampah berserakan di sana. Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana (FKP UNUD) pernah menelitinya. (sumber: Tribun News)

Dari hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa sekira 70 hingga 80 persen sampah di Pantai Kuta adalah sampah plastik. Sampah plastik itu misalnya kemasan minuman botol dan cup. 

Lainnya adalah sampah kayu berupa bambu, kelapa dan lain-lain termasuk sandal. Tumpukan sampah itu sempat membuat wisatawan enggan mampir karena mungkin merasa jijik.

Diduga sampah-sampah itu kiriman dari wilayah lain yang hanyut terbawa arus laut dan terdampar di Pantai Kuta. Penelitian dari FKP UNUD Sebanyak 80 persen sampah berasal dari darat. Itu artinya sampah-sampah tersebut dibuang orang dan dibuang secara sembarangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun