Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film. ==Tahun baru, awal baru. Semoga semua cita-cita kamu menjadi kenyataan di tahun 2024! ==

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Berkaca dari Wafatnya Mantri Patra, Perlu Evaluasi Sarana dan Prasarana Tim Medis di Daerah Terpencil

26 Juni 2019   19:52 Diperbarui: 27 Juni 2019   03:58 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Almarhum Mantri Patra (Antaranews)

Berita meninggalnya petugas medis bernama Patra Marinna Jauhari atau Mantri Patra yang wafat dalam tugas begitu menggugah hati. Karena helikopter yang terlambat datang menjemputnya, ia harus meregang nyawa. Ia wafat dalam tugas pada 18 Juni 2019 lalu.

Almarhum Mantri Patra bertugas di daerah terisolir, yaitu di Pedalaman Udik Simo Kampung Oya, Distrik Naikere, Kabupaten Teluk Wombana, Papua Barat. Sebagai perawat pelaksana lanjutan di Rumah Sakit Maekere di kota Wasior, ia diwajibkan bertugas di daerah pedalaman selama tiga bulan.

 

Setelah tiga bulan, entah mengapa helikopter yang seharusnya menjemputnya tidak kunjung datang. Almarhum Mantri Patra dan rekannya pun terpaksa menunggu. Hari demi hari, minggu demi minggu, hingga sebulan pun berlalu mereka tak kunjung dijemput. Pada akhirnya selama empat bulan persediaan ransum dan obat-obatan pun habis.

Ia membiarkan sang rekan pergi dengan harapan bisa melaporkan situasi yang mereka hadapi dan meminta bantuan penjemputan. Sementara itu, almarhum Mantri Patra memutuskan tinggal agar bisa memberikan pelayanan kesehatan walaupun dilakukan dengan seadanya dan sebisanya. Mau bagaimana lagi, stok obat-obatan telah habis. Tetapi mungkin ia memilih tinggal karena sebenarnya sudah merasa sakit. 

Nampaknya kondisi tubuhnya dari hari ke hari semakin menurun. Menurut kabar yang beredar, ada seorang warga setempat yang memutuskan berjalan kaki untuk memberitahukan kondisi sang mantri kepada kepala Puskesmas Naikere.

Tetapi terlambat, sang Mantri sudah tidak mampu bertahan dan akhirnya meninggal dunia. Sungguh tragis. Terus terang saya ikut sedih dan prihatin dengan situasi tersebut. Sebuah helikopter akhirnya tiba di Kampung Oya empat hari setelah Mantri Patra wafat. Praktis, tim helikopter bertugas mengevakuasi jenazahnya.

Setelah semuanya terjadi, kita baru menyadari bahwa kita kehilangan salah satu petugas medis berdedikasi tinggi yang layak menjadi teladan bagi petugas medis lainnya.

Pedalaman Udik Simo Kampung Oya, belum tersentuh jalan darat dan jaringan telekomunikasi; bagaimana dengan jaringan listriknya?

Sepintas tentang era Pedalaman Udik Simo Kampung Oya, bila melihat peta lewat Google Maps, lokasinya terletak di area titik warna merah pada gambar peta di bawah ini.

 

Untuk mencapai pedalaman Kampung Oya hanya ada dua pilihan, yaitu perjalanan darat atau udara. Untuk perjalanan darat hanya bisa  ditempuh dengan berjalan kaki karena tidak terdapat jalan darat. Masa tempuhnya bisa tiga hingga lima hari dengan menembus hutan belantara. Ketika tiba di kampung tersebut, almarhum Mantri Patra dan rekannya diantar dengan helikopter.

Sebagai informasi, menjelang Pemilu 2019 lalu, tim KPU setempat mengirimkan logistik Pemilu ke Kampung Oya dengan berjalan kaki menembus hutan belantara. Perjalanan menuju ke kampung tersebut memerlukan waktu sekira empat hari. Kampung Oya adalah salah satu dari tiga wilayah di Kabupaten Teluk Wombana yang terisolir. Wilayah lainnya adalah Ondurara dan Inyora. (sumber: Kabare.id)

Kampung Oya juga kabarnya tidak terjangkau jaringan telekomunikasi. Ketiadaan akses penting tersebut membuat almarhum Mantri Patra tidak bisa berbuat apa-apa. 

Satu hal menggelayut di benak saya, apakah area pedalaman Kampung Oya sudah teraliri listrik? Saya belum menemukan informasinya. Gatra.com pernah menginformasikan bahwa rasio elektrifikasi nasional tinggal 1,7% lagi, atau kira-kira 1,8 juta rumah tangga. Khusus di wilayah Papua Barat, terdapat 3.135 rumah tangga yang belum tersentuh jaringan listrik. Apakah jumlah tersebut juga mencakup wilayah pedalaman Kampung Oya?

Sementara itu, Direktur Bisnis Regional Maluku dan Papua PLN, Ahmad Rofik, pada Agustus 2018 mengatakan pada Kumparan.com bahwa rasio elektrifikasi di wilayah Papua saat ini memang yang paling rendah dibandingkan wilayah lain. Ia mengakui tidak mudah untuk melistriki desa-desa di wilayah Papua yang medannya begitu berat.

Berdasarkan informasi tersebut, melihat lokasi Pedalaman Udik Simo Kampung Oya yang sampai kini masih terisolir, bisa diperkirakan daerah tersebut belum dialiri listrik.

Upaya agar tidak terulang kembali

Berkaca dari kejadian wafatnya Mantri Patra, rasanya sudah waktunya pihak Departemen Kesehatan atau Dinas Kesehatan setempat mengevaluasi manajemen penugasan tim medis di wilayah terpencil atau sangat terpencil. Evaluasi manajemen transportasi dan manajemen sarana / prasarana perlu dilakukan agar kedepannya tidak terulang kembali.

Sebenarnya sudah ada peraturan berkaitan dengan layanan kesehatan di daerah terpencil dan sangat terpencil, yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2015 (Permenkes 90/2015) tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Kawasan terpencil dan Sangat Terpencil. Anda bisa mengunduhnya di tautan ini.

Permenkes tersebut memerinci berbagai aspek mengenai layanan kesehatan di daerah terpencil dan sangat terpencil, termasuk di dalamnya aspek non medis seperti penyediaan sarana dan prasarana. Permenkes tersebut sebetulnya sudah komprehensif dan memadai sebagai pedoman. Lampiran Permenkes tersebut menjelaskan secara detail tentang hal yang bersifat teknis.

Tetapi bila kita amati lebih jauh, Permenkes tersebut ternyata belum cukup rinci. Terutama penjelasan mengenai sarana dan prasarana yang diperlukan tim kesehatan yang ditugaskan di daerah terpencil atau sangat terpencil. Bahkan penjelasan secara rinci juga tidak ditemukan dalam Lampiran Permenkes tersebut.

Karena tiadanya jaringan telekomunikasi di wilayah pedalaman Kampung Oya, dan mungkin daerah-daerah terpencil atau sangat terpencil lainnya, maka rasanya tulisan ini perlu membahas tentang hal ini.

www.peraturan.co.id
www.peraturan.co.id
Dalam Permenkes 90/2015 tersebut, Pasal 15 menyatakan bahwa pengembangan pola pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan kawasan terpencil dan sangat terpencil dilaksanakan dalam bentuk:

a. pelayanan kesehatan bergerak

b. pelayanan kesehatan gugus pulau

c. rumah tunggu kelahiran; dan/atau

d. pelayanan kesehatan berbasis telemedicine.

Terdapat opsi pelayanan kesehatan di daerah terpencil dan sangat terpencil yaitu poin d, pelayanan kesehatan berbasis telemedicine. Artinya, dengan bentuk layanan demikian, maka mutlak memerlukan teknologi informasi dan komunikasi yang memadai. Sayangnya tidak terdapat deskripsi secara detail mengenai spesifikasi sarana yang diperlukan untuk mendukung telemedicine ini.

Bila kita melihat Lampiran Permenkes ini, sub Bagian B.4 tentang Pelayanan Kesehatan Berbasis Telemedicine hanya menjelaskan mengenai format yang diperlukan. Poin tersebut menyatakan bahwa "Untuk dapat berjalan dengan baik, sistem ini (telemedicine, penulis) membutuhkan teknologi komunikasi yang memungkinkan transfer data berupa video, suara, gambar secara interaktif dengan mengintegrasikannya ke dalam teknologi pendukung."

screenshoot pribadi
screenshoot pribadi
Tidak ada penjelasan mengenai spesifikasi teknologi komunikasi yang diperlukan. Tetapi pada prinsipnya teknologi itu dapat melakukan transfer data baik video, suara dan gambar dengan baik. Bila melihat kebutuhan tersebut, teknologi komunikasi yang dipakai harus memadai agar data dari daerah terpencil dan sangat terpencil ke wilayah lain dapat ditransmisikan dengan baik tanpa hambatan.

Wilayah Kampung Oya tidak terjangkau jaringan telekomunikasi. Bila kondisinya demikian, maka ponsel berbasis seluler milik almarhum Mantri Patra dan rekannya (bila ada) praktis tidak dapat dipakai. Bila itu satu-satunya alat komunikasi mereka, maka mereka tidak dapat menghubungi atau dihubungi siapapun.

Sementara itu, menurut Pasal 16 Ayat 4, sarana dan prasarana pendukung  sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b (tentang Tim Pelayanan Kesehatan Bergerak atau TPKB) berupa: c.perbekalan kesehatan; d.peralatan komunikasi; dan e.transportasi pendukung lainnya.

screenshoot pribadi
screenshoot pribadi
Pasal 16 ayat 4c menerangkan tentang perbekalan kesehatan secara khusus diuraikan dalam Permenkes tersebut pada Bagian Kelima tentang Ketersediaan Perbekalan Kesehatan yang meliputi Pasal 30 hingga Pasal 31. Rasanya kedua pasal tersebut sudah cukup jelas menjelaskan tentang logistik medis.

Sementara itu ayat 4d menyebutkan tentang sarana peralatan komunikasi namun tidak dideskripsikan lebih mendetail. Pun tidak terdapat penjelasan lebih jauh di bagian Lampiran. Begitu pula dengan ayat 4e tentang transportasi pendukung lainnya, tidak menjelaskan bagaimana sarana transportasi yang dimaksud agar memudahkan tim kesehatan mengakses wilayah terpencil atau sangat terpencil.

Tetapi, berkaitan dengan kebutuhan transportasi ini, Lampiran Permenkes 90/2015 bagian B.2. tentang Pelayanan Gugus Pulau, pada poin h nomor 3 menjelaskan bahwa dukungan dalam penerapan pelayanan gugus pulau yaitu akses perhubungan dan transportasi darat, udara dan terutama transportasi laut. 

Bagian ini nampaknya berkaitan langsung dengan Pasal 15 tentang bentuk fasilitas pelayanan kesehatan kawasan terpencil dan sangat terpencil dan Pasal 16 ayat 4e tentang transportasi pendukung lainnya.

Ketika almarhum Mantri Patra dan rekannya datang ke pedalaman Kampung Oya, mereka menumpang sebuah helikopter. Sebetulnya kota Wasior dan wilayah Kampung Oya berada di daratan yang sama. Bila mengacu pada Lampiran Permenkes 90/2015 bagian B.2., penyediaan sarana transportasi udara tersebut diterapkan untuk Pelayanan Gugus Pulau.

screenshoot pribadi
screenshoot pribadi
Tetapi karena wilayah Kampung Oya berada di pedalaman di tengah hutan dan wilayahnya terisolir, dimana tidak terdapat jalan menuju ke wilayah tersebut selain harus menembus hutan belantara, Dinas Kesehatan setempat rupanya menetapkan kebijakan menyediakan fasilitas helikopter untuk mengantarkan mereka.

Nampaknya prosedur pengantaran tim medis tersebut telah diimplementasikan dengan baik oleh Dinas Kesehatan setempat atau pihak Rumah Sakit Wasior. Almarhum Mantri Patra dan rekannya bisa bertugas dengan baik dan diterima oleh masyarakat setempat.

Mengenai keterlambatan helikopter yang akan menjemput mereka, kita semua tidak tahu apa yang terjadi di sana. Bisa saja disebabkan oleh hal tertentu, misalnya kondisi cuaca di sana yang sedang riskan bagi transportasi udara sehingga helikopter harus menunggu sampai kondisi cuaca benar-benar aman.

Nah, berdasarkan pada fakta bahwa area Pedalaman Udik Simo Kampung Oya tersebut tidak terjangkau sinyal telekomunikasi, maka perangkat komunikasi berbasis satelit sangat diperlukan oleh tim kesehatan yang ditugaskan di daerah terpencil, khususnya di daerah sangat terpencil. Dalam situasi darurat seperti yang dihadapi oleh almarhum Mantri Patra, seseorang bisa segera berkomunikasi dengan pihak terkait dengan menggunakan perangkat tersebut.

Perlu kita ketahui bahwa perangkat komunikasi berbasis satelit kerap digunakan untuk daerah yang baru mengalami bencana parah yang merusak infrastruktur telekomunikasi yang ada. Misalnya ketika terjadi gempa bumi di Lombok dan Palu -- Donggala tahun 2018 lalu, Kominfo menyediakan sekitar 100 unit telepon satelit. (sumber: Kominfo)

 

Penyediaan perangkat komunikasi berbasis satelit sangat penting, terutama bagi tim medis yang ditugaskan di daerah terpencil atau sangat terpencil. Namun di sisi lain perangkat komunikasi tersebut bak barang mewah. 

Harganya cukup tinggi, lebih tinggi dibandingkan dengan perangkat berbasis seluler. Bahkan untuk spesifikasi terendah pun masih harganya cukup tinggi. Begitu pula dengan tarif teleponnya yang juga tidak murah.

Tetapi perangkat komunikasi tersebut sangat penting, sangat diperlukan oleh tim medis yang ditugaskan di daerah terpencil, khususnya di daerah terisolir seperti di area pedalaman Kampung Oya di mana merupakan area blank spot atau tidak terdapat jaringan seluler. 

Mungkin pihak Dinas Kesehatan setempat perlu bekerja sama dengan Pemerintah Daerah atau Dinas Komunikasi dan Informatika setempat untuk pengadaan perangkat tersebut.

Berikutnya, yang perlu juga dipikirkan adalah tentang perangkat komunikasi berbasis satelit yang memerlukan daya. Untuk itu, perlu dipastikan apakah suatu daerah terpencil atau sangat terpencil telah terjangkau listrik atau belum. Jika sudah, maka tidak menjadi masalah. Tetapi bila belum teraliri listrik, maka perlu solusi.

Misalnya dengan pemasangan panel surya kecil yang cukup untuk memberi daya agar perangkat komunikasi satelit tetap dalam keadaan stand by (siap digunakan sewaktu-waktu). Peralatan panel surya kini telah tersedia di pasaran dengan harga bervariasi. Lagi-lagi pihak Dinas Kesehatan dapat bekerja sama dengan Pemerintah Daerah setempat atau Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) setempat.

Kabar baik, ketika saya sedang mengedit tulisan ini, Antara News Aceh mengabarkan bahwa Bupati Teluk Wondama, Papua Barat, Bernadus Imburi akan melakukan evaluasi menyeluruh terkait penempatan petugas kesehatan di daerah pedalaman. Evaluasi dilakukan agar kejadian serupa tidak terulang.

Bupati mengatakan seperti ini: "Transportasi dan komunikasi yang penting. Tapi melihat kondisi yang ada (alat) komunikasi yang didahulukan. Kalau transportasi berarti kami harus bangun jalan berarti harus tunggu puluhan tahun lagi. Jadi mungkin kami harus siapkan Base Tranciever Station (BTS) atau telepon satelit ya seperti itu kita siapkan, sehingga alat komunikasi dan transportasi itulah yang jadi tugas Pemda untuk siapkan agar meminimalisir kemungkinan jatuhnya korban." (sumber: AntaraNews.com)

Penutup

Tim medis yang diterjunkan di daerah terpencil dan sangat terpencil punya peran penting dalam peningkatan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, Permenkes 90/2015 mengatur tentang hal teknis dan non teknis mengenai layanan tersebut.

Tim medis adalah garda terdepan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, termasuk tim medis yang berada di daerah terpencil dan sangat terpencil. Oleh karena itu, selayaknya disediakan sarana dan prasarana yang memadai agar mendukung kualitas pelayanan mereka. Khusus tim medis yang bertugas di daerah terpencil dan sangat terpencil perlu menjadi perhatian.

Harapan Haspaniati, kakak kandung almarhum Mantri Patra, mungkin menjadi harapan kita semua. Ia berharap agar tidak ada lagi 'Patra-patra' lainnya. Ia juga berharap kejadian yang dialami adiknya tidak terulang lagi.

Semoga hal ini menjadi bahan evaluasi pihak terkait dan kejadian seperti ini tidak terulang kembali di masa mendatang. Aamiin...

Bacaan:

  1. 5 Fakta Kematian Mantri Patra di Pedalaman Papua, Tak Kunjung Dapat Bantuan hingga Kehabisan Stok Obat dan Makanan  --  Kompas.com
  2. Cerita Sedih Mantri Patra, Gugur Saat Tugas di Pedalaman Papua - Detik.com
  3. Kisah Tragis Petugas Medis Saat Bertugas di Pedalaman Papua, Mantri Ini Sakit & Pulang Tinggal Nama -- Tribun News Bali 
  4. Isi Pesan Terakhir Mantri Patra Sebelum Kematian Menjemput Kala Bertugas di Pedalaman Papua Barat - Tribun News
  5. Pemerataan Akses Kesehatan Jadi Tantangan bagi Menkes - Kompas.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun