Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film. ==Tahun baru, awal baru. Semoga semua cita-cita kamu menjadi kenyataan di tahun 2024! ==

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Pintu-pintu Penyalahgunaan Data Pribadi yang Mungkin Tidak Kita Sadari

18 Mei 2019   16:21 Diperbarui: 30 Juli 2019   07:34 2324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: CyberInsurance.com

Jadi, pihak toko boleh dibilang sudah "menguasai" data pribadi pelanggannya lengkap dengan KTP dan nomor HP lewat persyaratan administrasi. Saya sendiri tidak yakin apakah manfaat yang diberikan lewat membership sepadan dengan dampak yang ditimbulkan bila data pribadi kita itu beredar di tempat lain?

Saya pribadi tidak pernah menerima tawaran membership dari toko-toko atau gerai begitu saja. Walaupun toko memberi iming-iming misalnya bebas biaya kirim, diskon khusus member, beli satu gratis satu, atau pun kemudahan-kemudahan lain yang tidak saya dapatkan bila saya tidak menjadi member.

Jadi, saya cukup selektif dengan penawaran-penawaran membership dari toko. Konsekuensinya memang saya membayar lebih banyak daripada bila menjadi member. Bila biaya yang harus saya keluarkan realistis, oleh karena saya tidak menjadi member, saya memilih membayarnya. Tetapi bila biaya tidak realistis, saya akan mempertimbangkan untuk membatalkan pembelian saya dan mencari toko lain.

Staf toko atau gerai sebaiknya belajar untuk menghormati pilihan pelanggan apakah akan menjadi member atau tidak. Bila pelanggan sudah mengatakan "tidak", sebaiknya juga jangan memaksa pelanggan. 

Menurut saya hal itu kurang etis. Walaupun dengan mengatakan "Wah sayang lho kalau tidak menjadi member soalnya bisa dapat diskon ini diskon itu, bla bla bla..."

Perusahaan pembiayaan yang teledor mengelola data nasabahnya
Kadang orang rela mengajukan kredit pembelian barang yang bukan termasuk kebutuhan pokok. Misalnya kredit barang-barang home appliances atau barang elektronik rumah tangga, furniture atau pun kendaraan bermotor.

Kadang pihak toko bekerja sama dengan sebuah perusahaan pembiayaan untuk memudahkan orang atau keluarga yang berminat dengan barang-barang yang mereka tawarkan untuk membelinya secara kredit.

Promo kredit ini itu yang ditawarkan oleh perusahaan pembiayaan pun membuat orang tergiur. Pada akhirnya, sebagian orang atau keluarga memutuskan membeli barang yang mereka inginkan secara kredit dengan membayar cicilan setiap bulan selama sekian bulan atau tahun.

Perusahaan pembiayaan pun menerapkan sejumlah persyaratan seperti data diri, nomor HP, fotokopi KTP dan bahkan kadang fotokopi Kartu Keluarga (KK). Nah, bila sudah ada persyaratan KK, sebenarnya ini cukup beresiko karena dokumen tersebut memuat nama ibu kandung seseorang yang mengajukan kredit.

Sering kita menganggap sepele dengan gampang saja menyerahkan semua dokumen-dokumen yang disyaratkan. Memang mau bagaimana lagi, wong bisanya beli secara kredit. Baiklah, tetapi harus hati-hati bila menyerahkan data dan dokumen pribadi. Mungkin nama ibu dan ayah kandung dicoret untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di kemudian hari yang bisa merugikan kita.

Saya ingin berbagi pengalaman. Saya pernah dihubungi oleh seseorang dari sebuah perusahaan yang tidak bergerak dalam bidang perbankan. Penelepon itu memerlukan konfirmasi terkait barang yang pernah saya beli. Pembelian barang itu salah satunya dengan menyerahkan fotokopi KK.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun