Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film. ==Tahun baru, awal baru. Semoga semua cita-cita kamu menjadi kenyataan di tahun 2024! ==

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Mereka dan Aku di Paris, Minsk, Kiev Dan Pripyat

16 Mei 2019   13:37 Diperbarui: 16 Mei 2019   14:03 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari kedua petualangan kami dimulai. Di dalam mobil, aku bertukar tempat dengan seorang turis dari Kenya. Aku mulai berkenalan dengan turis di sebelahku, orang Jerman. Marc dan Daphne menoleh ke belakang, menatapku. Aku hanya tersenyum kepada mereka.

Kami menyusuri jalan di tengah hutan yang tidak lama menyingkapkan sebuah konstruksi sangat besar di depan sana. Di depan, kami semua turun dan berjalan menyusuri pepohonan dan bangunan rusak.

Konstruksi itu adalah DUGA, sebuah radar militer raksasa yang dibangun di tengah hutan. Walau kagum, aku tidak mau meraba besi-besi konstruksi itu. Konstruksinya masih nampak kokoh setelah lebih dari 30 tahun lamanya berdiri.

Beberapa waktu kemudian, kami tiba di kota Pripyat, tempat dimana lima puluh ribuan manusia pernah tinggal, hingga akhirnya pergi begitu saja. Tingat radiasi di kota ini lebih tinggi daripada tempat-tempat yang sudah kami kunjungi.

Kami semua mendengarkan penjelasan Zach dengan seksama tentang situasi kelam di kota yang berdiri pada 4 Februari 1970 itu. Kami ikut merasakan situasi pada hari ketika insiden terjadi. Begitu pula Marc dan Daphne. Aku melihat mata Daphne yang berkaca-kaca. Mungkin ia sedang membayangkan situasi di tempat yang ia pijak, dimana waktu itu banyak orang kebingungan.

Ledakan reaktor nuklir nomor 4 itu cukup dahsyat dan berbahaya. Tanpa wujud, tanpa warna, tanpa bau... Zat radioaktif merengkuh banyak jiwa manusia. Marc mendekap tubuh Daphne yang wajahnya mulai sendu. Air mata mengalir di kedua pipinya.

Setelah beberapa menit berjalan, kami berada di depan bekas taman ria di kota itu. Aku melihat bianglala yang masyhur itu.. Bianglala yang belum sempat dirasakan oleh warga kota. Seakan menjadi saksi bisu atas apa yang pernah terjadi di tempat itu di masa lalu.

Kami memasuki beberapa gedung apartemen yang nampaknya masih kokoh. Tetapi aku mendengar ada sejumlah gedung yang roboh. Satu yang membuatku sedih adalah buku-buku yang tergeletak di lantai begitu saja.

Waktu itu penduduk kota hanya punya waktu tiga hari untuk keluar dari Pripyat, sehingga banyak barang berserakan dimana-mana. Aku memilih tidak menyentuh buku-buku beraksara Rusia itu, walau sebenarnya ingin membuka halaman demi halaman buku. Aku hanya memotretnya.

Tidak lama kami semua keluar dari gedung dan melanjutkan perjalanan kami. Kali ini kami menuju ke PLTN Chernobyl, pusat terjadinya insiden.

Kami sudah berada cukup dekat dengan PLTN yang bangunan reaktornya kini telah ditutupi sepenuhnya oleh sebuah bangunan berbentuk kurva raksasa. Bangunan kurva itu baru dipasang tahun 2017 lalu untuk mengurangi dampak radiasi yang ditimbulkan oleh reaktor nomor 4.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun