Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film. ==Tahun baru, awal baru. Semoga semua cita-cita kamu menjadi kenyataan di tahun 2024! ==

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

"No Words Left" dari Lucy Rose, Antologi Ungkapan Hati Tanpa Emosi

24 April 2019   11:11 Diperbarui: 24 April 2019   18:24 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Rocknfool.net

Penyanyi Inggris, Lucy Rose, telah merilis album musik anyar berjudul "Now Words Left". Ini merupakan album studio keempat dari penyanyi asal Surrey, Inggris itu. Tetapi bila dilihat dari label musiknya, ini adalah album studio keduanya setelah dua album sebelumnya dirilis oleh major label Columbia - Sony Music. Album terbaru Lucy ini dirilis secara resmi pada 22 Maret 2019 lalu di bawah label musik independen, Communion Records.

Lewat label independen, Lucy merasa lebih bebas berekspresi. Album ini lahir setelah ia berkutat dengan berbagai hal yang pahit dalam hidupnya. Maka Lucy merasa bebas mengekspresikan kepahitan itu lewat gubahan musik. 

Ia mengungkapkan kisahnya dalam musik tetapi ia tidak ingin membuat orang lain jadi ikut sedih. Lucy ingin orang lain menikmati karya musiknya tanpa perlu terbawa emosi.

Dengan kekuatan intuisi musiknya, Lucy meramu musiknya sedemikian rupa, membuat kisah-kisah yang ia rangkai dalam bait-bait liriknya terdengar melankolis sekaligus cantik. Aura vokal Lucy yang pernah terasa riang di album-album sebelumnya mendadak menghilang di album ini. Oleh karena itu, album ini bisa dibilang sebagai album paling kelam selama karir musiknya.

Tetapi meski disebut sebagai album yang gloomy, musikalitas Lucy membawa nuansa yang berbeda. Seperti yang sudah saya sampaikan tadi, album ini sebenarnya berbagi ketidaknyamanan hidup yang dirasakan Lucy tetapi sekaligus membawa kenyamanan ketika kita menikmatinya track demi track.

"No Words Left" pada dasarnya bergenre folk / indie. Tetapi salah satu situs pengulas musik menggolongkannya pada genre pop / rock. Ada situs pengulas musik lainnya yang menilai ada sentuhan jazz di dalamnya. Mungkin karena elemen piano dan saksofon yang jazzy di beberapa tracks.

Menurut saya album ini berhasil memadukan dua elemen yang saling bertentangan itu dengan baik. Tidak semua musisi bisa melakukannya dengan baik. Malah album ini terasa lebih artsy dibandingkan dengan album-album sebelumnya. Sayangnya semua itu hanya berlangsung selama 35 menit saja. 

Sampul album
Sampul album "No Words Left" (sumber: The 405)
Total ada 11 tracks dalam album ini tetapi masing-masing track memiliki kekuatannya sendiri-sendiri walaupun aransemennya memiliki sejumlah opsi. Ketika menggarap album ini, Lucy berusaha membuat perbedaan dengan sound yang sederhana tetapi ngena.

Ada track yang minimalis dengan satu instrumen gitar yang diproduksi secara lo-fi tanpa vokal Lucy sama sekali ("Just a Moment", yang bahkan ada suara gongongan anjing yang ikut terekam), sementara track lainnya memadukan vokal Lucy dan satu instrumen. "Conversation" adalah salah satu track multi instrumen yang terdengar layaknya sebuah orkestra mini.

Vokal Lucy terasa pas dengan lagu-lagu di album ini. Karakter vokal Lucy dinamis. Ia berhasil pada nada-nada rendah tetapi juga mampu menggapai nada tinggi yang tidak hanya tinggi tetapi kuat. Gaya vokalnya bervariasi mulai dari sekadar cooing di "Now Words Left -- Pt.1" hingga teruji di lagu "Solo(w)", "What Does It Take" dan "Pt.2".

Bila kita menilai lagu-lagu dalam album ini tak lebih dari cerita tentang pasang surut sebuah hubungan antara dua manusia, Anda tidak sepenuhnya benar. Album ini tentang sisi pahit hidup Lucy yang tidak semua tentang persoalan cintanya. Lucy menggubah sendiri lirik setiap lagu.

Coba simak lagu "Treat Me Like a Woman". Itu bukan sebuah lagu sederhana bertema hubungan antara dua hati yang sedang berprahara. Tetapi lebih dari itu. Ia menyentil tentang seksisme di industri musik. Lucy mampu membawakan isu itu secara elegan, dengan vokal meraung di beberapa verse. Saya jadi teringat lagu Alicia Keys yang berjudul "Brand New Me".

Semua lagu dalam album ini menarik untuk disimak. Bahkan lagu interlude-nya juga menarik. Tetapi notable tracks dalam album ini menurut saya adalah "Conversation", "Solo (w)" dan "The Confines of This World". Lagu terakhir terdengar paling catchy alias easy listening. "Nobody Comes Round Here", sebuah lagu balada cantik, boleh saja masuk dalam daftar notable songs.

Menurut saya, rating album ini adalah 8/10. Album ini terasa kuat pada lirik dan melodi. Presentasi musiknya yang terkonsep matang sebetulnya cuma pengiring yang indah. Justru yang menjadi fokus kita ketika mendengarkan album ini adalah vokal Lucy yang membawakan setiap lagu dengan penuh penghayatan, mengungkap pesan. Tak salah bila album ini adalah sebuah antologi ungkapan hati Lucy tanpa emosi.

Berikut adalah video musik "Conversation" dari Lucy Rose.

Sebagai tambahan informasi, Lucy Rose akan tampil di beberapa negara di Asia Tenggara. Bandwagon Asia menginformasikan bahwa tur Lucy Rose ini telah dikonfirmasi oleh promotor Symmetry Entertainment.

Berikut jadwal manggung Lucy Rose di wilayah Asia Tenggara:

  • 12 Juni 2019, M Studios, Kuching, Malaysia
  • 14 Juni 2019, Pavillion @ Far East Square, Singapura
  • 16 Juni 2019, Live Arena, Bangkok, Thailand

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun