Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film. ==Tahun baru, awal baru. Semoga semua cita-cita kamu menjadi kenyataan di tahun 2024! ==

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Pemerataan Bioskop adalah Kunci Sukses Perfilman Nasional

2 April 2019   23:09 Diperbarui: 3 April 2019   11:16 1117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (sumber: ms-urlop.cz)

Saat ini sejumlah investor asing sudah masuk ke bisnis bioskop tetapi belum ada yang menguasai kepemilikan saham hingga 100%. Maklum, sebagaimana yang saya sampaikan sebelumnya, bahwa investasi di bisnis bioskop ini tidaklah murah. 

Misalnya, CGV Cinemas saat ini dikendalikan oleh empat investor utama yaitu CJ CGV Korea, IKT Holdings Ltd, Coree Capital dan perusahaan nasional PT Graha Layar Prima, Tbk. 

Saat ini CGV Cinemas merupakan jaringan bioskop dengan jumlah layar terbanyak kedua di Indonesia setelah jaringan Cineplex 21.

Sementara itu Cinemaxx merupakan kerja sama antara Lippo Group dengan Cinepolis, salah satu jaringan bioskop terbesar di dunia dari Meksiko. Investor asing lainnya yang masuk adalah Lotte Group Korea yang mengoperasikan Lotte Cinema.

Untuk sementara jaringan bioskop ini masih beroperasi di kota Jakarta. Targetnya membuka bioskop di 60 lokasi  di Indonesia yang akan dilakukan bertahap. Tahun 2019 ini Lotte Cinema berencana membuka dua bioskop baru. (sumber)

Pada tahun 2016 lalu, pernah tersiar kabar bahwa Royal Group dari Uni Emirat Arab lewat anak usaha Cine Royal Cinema LLC akan masuk ke bisnis bioskop di Indonesia. Investasi perl ayarnya kabarnya tidak main-main, sekira 18 milyar rupiah per layar terpadu. (sumber).

Dengan jumlah penduduk kalangan menengah yang semakin meningkat di Indonesia setiap tahunnya, perbioskopan di tanah air memiliki potensi besar. 

Dalam konteks perfilman nasional, semakin banyak jumlah layar bioskop di segala penjuru tanah air, artinya semakin luas distribusi film dimana semakin besar peluang sebuah karya film ditonton oleh lebih banyak audiens. Apalagi jika nantinya pemerintah menerapkan kebijakan setiap bioskop wajb menayangkan 60% film nasional.

Tetapi menurut saya, bisnis tetaplah bisnis. Hanya film-film nasional yang bagus dan "menjual" (baca: memiliki nilai komersial) yang punya peluang besar untuk diputar di bioskop. Karena sepertinya hanya itu syarat sebuah karya film agar menarik banyak penonton datang ke bioskop.

Bacaan:

10 Film Indonesia Yang Paling Ditunggu Tahun 2019 Dari Romantis Hingga Horror 
13 Film Indonesia yang Bakal Tayang di 2019, Ari Irham vs Iqbaal Nih!
Bioskop Independen Dapat Jadi Usaha Menjanjikan 
Film Indonesia Belum Jadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri, Ini Alasannya
GPBSI: Masyarakat Butuh Bioskop Independen 
'Kebangkitan' bioskop independen di Indonesia 
Rekomendasi 10 Film Lokal yang Diprediksi Bakal "Pecah" Tahun 2019. Produksi dalam Negeri nih!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun